Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger

Revisi sejak 25 April 2017 09.46 oleh Aditya Nuryuslam (bicara | kontrib) (tambahkan informasi tentang kekuatan KNIL dari tahun 1923 hingga tahun 1941)

KNIL adalah singkatan dari bahasa Belanda; het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger, atau secara harafiah: Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Meskipun KNIL melayani pemerintahan Hindia Belanda, banyak di antara anggota-anggotanya yang adalah penduduk bumiputra di Hindia Belanda dan orang-orang Indo-Belanda, bukan orang-orang Belanda. Di antara mereka yang pernah menjadi anggota KNIL pada saat menjelang kemerdekaan adalah Mangkunegara VII, Sultan Hamid II, Oerip Soemohardjo, E. Kawilarang, A.H. Nasution, Gatot Soebroto, Didi Kartasasmita dan T.B. Simatupang yang kelak memegang peranan penting dalam pengembangan dan kepemimpinan di dalam angkatan bersenjata Indonesia.

Berkas:KNIL logo.jpg
Logo KNIL

Sejarah

Ketika berlangsung Perang Diponegoro, pada tahun 1826-1827 pemerintah Hindia Belanda membentuk satu pasukan khusus. Setelah Perang Diponegoro usai, pada 4 Desember 1830 Gubernur Jenderal van den Bosch mengeluarkan keputusan yang dinamakan "Algemeene Orders voor het Nederlandsch-Oost-Indische leger" di mana ditetapkan pembentukan suatu organisasi ketentaraan yang baru untuk Hindia Belanda, yaitu Oost-Indische Leger (Tentara India Timur) dan pada tahun 1836, atas saran dari Raja Willem I, tentara ini mendapat predikat "Koninklijk".

Namun dalam penggunaan sehari-hari, kata ini tidak pernah digunakan selama sekitar satu abad, dan baru tahun 1933, ketika Hendrik Colijn –yang juga pernah bertugas sebagai perwira di Oost-Indische Leger- menjadi Perdana Menteri, secara resmi tentara di India-Belanda dinamakan Koninklijk Nederlands-Indisch Leger, disingkat KNIL.

Undang-Undang Belanda tidak mengizinkan para wajib militer untuk ditempatkan di wilayah jajahan, sehingga tentara di Hindia Belanda hanya terdiri dari prajurit bayaran atau sewaan. Kebanyakan mereka berasal dari Perancis, Jerman, Belgia dan Swiss. Tidak sedikit dari mereka yang adalah desertir dari pasukan-pasukannya untuk menghindari hukuman. Namun juga tentara Belanda yang melanggar peraturan di Belanda diberikan pilihan, menjalani hukuman penjara atau bertugas di Hindia Belanda. Mereka mendapat gaji bulanan yang besar. Tahun 1870 misalnya, seorang serdadu menerima 300 Gulden atau setara dengan penghasilan seorang buruh selama satu tahun.

Dari catatan tahun 1830, terlihat perbandingan jumlah perwira, bintara serta prajurit antara bangsa Eropa dan pribumi dalam dinas ketentaraan Belanda. Di tingkat perwira, jumlah pribumi hanya sekitar 5% dari seluruh perwira; sedangkan di tingkat bintara dan prajurit, jumlah orang pribumi lebih banyak daripada jumlah bintara dan prajurit orang Eropa, yaitu sekitar 60%. Kekuatan tentara Belanda tahun 1830, setelah selesai Perang Diponegoro adalah 603 perwira bangsa Eropa, 37 perwira pribumi, 5.699 bintara dan prajurit bangsa Eropa, 7.206 bintara dan prajurit pribumi.

Pada tahun 1923 pasca perang Aceh, kekuatan KNIL mencakup 1.260 perwira dan 32.000 prajurit dan bintara (6000 orang dari Eropa, 15.000 orang dari suku Jawa, 1.500 orang dari suku Sunda, 1.000 orang dari Timor, serta 8.500 orang dari suku Minahasa dan Ambon)

Pada tahun 1941 menjelang perang pasifik dan invasi Jepang, kekuatan KNIL mencakup 1.200 perwira dan 34.000 prajurit dan bintara (28.000 diantaranya adalah bumiputra dengan bagian terbesar adalah berasal dari suku Jawa)

Organisasi KNIL Saat Perang Pasifik

Panglima KNIL (Tahun 1941 - 1942) Letnan Jenderal Hein Ter Poorten

Group Militer Bandung dibawah pimpinan Mayor Jenderal JJ. Pesman.

Komando Tinggi Sumatera dipimpin Mayor Jenderal R.T. Overraker.

Komando Teritorial Kalimantan Barat dipimpin oleh Letnan Kolonel D.P.F. Mars

Komando Teritorial Kalimantan Selatan dan Timur dipimpin oleh Letnan Kolonel H.T. Halkema

Komando Lokal Balikpapan dipimpin oleh Letnan Kolonel C. Van den Hoogenband

Komando Lokal Tarakan dipimpin oleh Letnan Kolonel S. De Waal

Komando Lokal Samarinda dipimpin Kapten G.A.C. Monteiro

Komando Teritorial Sulawesi dipimpin oleh Kolonel M. Vooren

Komando Teritorial Timor dipimpin oleh Letnan Kolonel W.E.C. Detiger.

Komando Teritorial Maluku dipimpin oleh Letnan Kolonel J.L.R. Kapitz

Dinas Penerbangan Militer KNIL Surabaya dipimpin oleh Letnan Jenderal Ludolph Hendrik van Oyen.

Pribumi

Tahun 1936, jumlah pribumi yang menjadi serdadu KNIL mencapai 33 ribu orang, atau sekitar 71% dari keseluruhan tentara KNIL, di antaranya terdapat sekitar 4.000 orang Ambon, 5.000 orang Manado dan 13.000 orang Jawa.

Apabila meneliti jumlah perwira, bintara serta prajurit yang murni orang Belanda terlihat, bahwa sebenarnya jumlah mereka sangat kecil. Pribumi yang mencapai pangkat tertinggi di KNIL adalah Kolonel KNIL Abdulkadir Widjojoatmodjo, yang tahun 1947 memimpin delegasi Belanda dalam perundingan di atas kapal perang AS Renville, yang membuahkan Perjanjian Renville. Seorang Indonesia, Sultan Hamid II dari Pontianak, yang dididik oleh dua perwira Inggris, mencapai pangkat Mayor Jenderal dalam posisi Asisten Politik Ratu Juliana.

Pembubaran

Berkas:Surat-pembubaran-KNIL-oleh-Ratu-Juliana.jpg
Surat pembubaran KNIL oleh Ratu Juliana

Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, maka pada tahun 1950 KNIL dibubarkan. Berdasarkan keputusan kerajaan tanggal 20 Juli 1950, pada 26 Juli 1950 pukul 00.00, setelah berumur sekitar 120 tahun, atau KNIL dinyatakan dibubarkan. Berdasarkan hasil keputusan Konferensi Meja Bundar, mantan tentara KNIL yang jumlahnya diperkirakan sekitar 65.000 anggota 26.000 diantaranya masuk ke "Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat" (APRIS) dan harus diterima dengan pangkat yang sama. Beberapa dari mereka kemudian pada tahun 70-an mencapai pangkat Mayor Jenderal TNI. Sisa tentara KNIL yang mayoritas berasal dari Ambon diperkirakan sekitar sebanyak 39.000 orang, mengambil opsi pensiun atau masuk ke dalam Angkatan Bersenjata Kerajaan Belanda dan bertugas di Papua ataupun Suriname. Beberapa diantara mereka terlibat dalam kontingen Belanda pada Perang Korea (1950 - 1953)

Daftar Komandan KNIL

Pranala luar