Kabupaten Sukabumi

kabupaten di Indonesia, di pulau Jawa

Kabupaten Sukabumi (bahasa Sunda: ᮊᮘᮥᮕᮒᮦᮔ᮪ ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ), merupakan sebuah kabupaten yang terletak di barat daya pulau Jawa, tepatnya di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Palabuhanratu. Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bogor di utara, Kabupaten Cianjur di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Lebak di barat. Secara lingkup budaya, kabupaten ini masuk dalam wilayah Priangan Barat, yang memiliki letak strategis sebagai penghubung kawasan Jabodetabek dan Bandung Raya. Sementara secara geologis, Sukabumi terletak pada Sesar Cimandiri yang membelah dataran tinggi di utara dan kawasan perbukitan di selatan.[2][3][4]

Kabupaten Sukabumi
Transkripsi Lain
 • Aksara Sundaᮊᮘᮥᮕᮒᮦᮔ᮪ ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ
Searah jarum jam dari kiri atas: Pantai Karanghawu, Jalanan Pelabuhan Ratu, Air terjun Cikaso, Teluk Pelabuhan Ratu
Motto: 
Gemah Ripah Loh Jinawi
(Tenteram, Makmur, Subur Melimpah)
Kabupaten Sukabumi di Indonesia
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Sukabumi
Lokasi Kabupaten Sukabumi di Indonesia
Koordinat: 6°55′S 106°55′E / 6.917°S 106.917°E / -6.917; 106.917
NegaraIndonesia
ProvinsiJawa Barat
Pembentukan21 April 1921
Dasar HukumBesluit no. 21 Pemerintahan Hindia Belanda
Hari Jadi1 Oktober 1945
IbukotaPelabuhanratu
Pembagian administratif47 Kecamatan
386 Desa
Pemerintahan
 • BupatiDrs. H. Marwan Hamami, M.M.
 • Wakil BupatiDrs. H. Adjo Sardjono, M.M.
 • DAURp. 1.331.012.058.000,00 (2013)[1]
Luas
 • Total4.145,70 km2 (160,070 sq mi)
Ketinggian tertinggi
3.019 m (9,905 ft)
Ketinggian terendah
0 m (0 ft)
Populasi
 (2014)
 • Total2.517.982
 • Kepadatan6,1/km2 (16/sq mi)
Demografi
 • BahasaSunda, Indonesia
Zona waktuUTC+7 (WIB)
Kodepos
431xx, 433xx
Kode area telepon0266
Pelat kendaraanF
IPMKenaikan 0.644 (Menengah)
Situs webPortal Resmi

Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten yang memiliki kesuburan tanah yang baik, dimana kabupaten ini merupakan penghasil utama dari komoditas perkebunan seperti teh, karet, kelapa, dan cengkeh.[5][6] Daerah pesisir barat dari kabupaten ini juga merupakan penghasil utama komoditas perikanan laut seperti tuna terutama di wilayah perairan Palabuhanratu.[7][8][9] Sektor industri di kabupaten ini juga mengalami perkembangan, dimana terdapat pemusatan kegiatan industri berupa alokasi kawasan industri menurut spesialisasi dan tingkatannya.[10][11][12] Daerah selatan dari kabupaten ini memiliki keragaman geologis, biologis dan budaya yang tinggi, dimana di tahun 2015 kawasan Ciletuh di pesisir barat daya Sukabumi ditetapkan sebagai geopark (Taman bumi) nasional oleh UNESCO.[13][14][15]

Sejarah

Era Kerajaan Hindu, Buddha dan Islam

Ditemukannya Prasasti Sanghyang Tapak di daerah Cibadak menjelaskan bahwa kawasan sekitar Kabupaten Sukabumi saat ini setidaknya sudah dihuni oleh manusia sejak abad ke-9 M, dimana isi prasasti tersebut menyebutkan larangan dari penguasa Kerajaan Sunda kepada penduduk setempat untuk menangkap ikan.[16] Terdapat juga peninggalan sejarah lainnya yaitu Prasasti Pasir Datar yang ditemukan di Cicantayan namun tulisan prasasti tersebut belum diterjemahkan sehingga isinya belum diketahui.

Setelah Kerajaan Sunda runtuh di akhir abad ke-16, wilayah barat laut Sukabumi dikuasai oleh Kesultanan Banten, sedangkan sisanya berada dibawah kekuasaan Mataram.[17][18] Pada era ini daerah Palabuhanratu dan Jampang mulai diisi oleh pemukiman rakyat yang berasal dari Sumedang Larang, yang mulai bermukim disana setelah insiden pemberontakan Dipati Ukur, untuk berlindung dari tentara Mataram.[19][20] Setelah Sultan Agung wafat di tahun 1645, wilayah Priangan perlahan-lahan melepaskan diri dari pengaruh Mataram.[21] Di tahun 1674, Pemberontakan Trunajaya berlangsung di Madura dan semakin melemahkan Mataram.[22] Sukabumi yang saat itu merupakan bagian Cianjur dinyatakan lepas dari kekuasaan Mataram di tahun 1677, ketika Trunojoyo berhasil merebut ibukota Mataram.[23][24][25] Mataram secara resmi melepas wilayah Priangan Barat pada 20 Oktober 1677, melalui perjanjian mengenai penyerahan wilayah Priangan di sebelah barat sungai Citarum kepada VOC.[26][27][28] Banten dibawah Sultan Ageng Tirtayasa pernah mencoba untuk menguasai kembali wilayah Priangan antara 1677-1683, namun usaha ini mengalami kegagalan karena Banten mengalami perang saudara antara Sultan Ageng dengan anaknya Sultan Haji.[17][23][29][30]

Pembentukan

Daerah pedalaman Sukabumi mulai dikunjungi oleh bangsa Eropa di akhir abad ke-17, dimana VOC berencana untuk membuka kawasan perkebunan di wilayah Priangan.[31][32] Ekspedisi pertama dimulai tahun 1687, dipimpin oleh Pieter Scipio Van Oostende ke bekas wilayah Pakuan sampai berakhir di Wijnkoopsbaai (Muara Ratu).[33][34] Ekspedisi Scipio lalu dilanjutkan oleh Adolf Winkler di tahun 1690,[35] dan Gubernur Jendral Abraham van Riebeeck di tahun 1703, 1704, dan 1709. Di ekspedisi ketiganya ini ia melewati Gunung Gede dan mengunjungi wilayah sekitar Sukabumi selatan untuk memeriksa penanaman kopi disana.[36][37] Salah-satu ladang kopi pertama yang dibuka oleh Van Riebeeck di Sukabumi bertempat di Goenoeng Goeroeh.[38] Hasil panen kopi pertama secara resmi dikirim pada tanggal 14 April 1711 oleh Dalem Cianjur saat itu, Wira Tanu III.[39] Kawasan perkebunan kopi tersebut semakin membesar di tahun 1723, seiring dengan perluasan Cianjur di masa pemerintahan Hendrick Zwaardecroon.[40][41][42]

Wilayah Sukabumi yang ada dibawah Kabupaten Cianjur di abad ke-18 merupakan bagian dari Karesidenan Priangan (Residentie Preanger Regentschappen). Seiring dengan perkembangan perkebunan kopi dan teh di sekitar Sukabumi, Pada tahun 1776 Bupati Cianjur keenam Raden Noh Wiratanudatar VI membentuk sebuah kepatihan bernama Kepatihan Tjikole yang terdiri dari beberapa distrik yaitu distrik Goenoengparang, distrik Tjimahi, distrik Tjiheoelang, distrik Tjitjoeroeg, distrik Djampangtengah, dan distrik Djampangkoelon dengan pusat pemerintahan di distrik terbesar yaitu Tjikole (sekarang bagian dari Kota Sukabumi).[43]

Di tanggal 13 Januari 1815, Kepatihan Tjikole berganti nama menjadi Kepatihan Soekaboemi. Nama Soekabumi diusulkan oleh Dr. Andries de Wilde, seorang ahli bedah pemilik perkebunan teh yang mempunyai usaha perkebunan kopi dan teh di daerah Soekaboemi. Asal nama "Sokaboemi" berasal dari Bahasa Sansekerta soeka, "kesenangan, kebahagiaan, kesukaan" dan bhoemi, "bumi, tanah". Jadi "Soekabumi" memiliki arti "tanah yang disukai".

Dari Kepatihan menjadi Kabupaten

Kabupaten Sukabumi sendiri mulai berdiri sejak ditetapkan berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Dirk Fock tertanggal 25 April 1921 no. 71 di mana dijelaskan status baru Soekaboemi sebagai Kabupaten (Regentschap) tersendiri yang terpisah dari Kabupaten Tjianjoer, mulai berlaku sejak 1 Juni 1921. Bupati pertamanya adalah R. A. A. Soerianatabrata, Patih terakhir dari Kepatihan Soekaboemi. Pada tahun 1923, Karesidenan Priangan dimekarkan menjadi tiga bagian yaitu West Preanger (Priangan Barat) berpusat di Soekaboemi, Midden Preanger (Priangan Tengah) berpusat di Bandoeng dan Oost Preanger (Priangan Timur) berpusat di Tasikmalaja. R. A. A. Soerianatabrata sendiri memerintah sampai tahun 1930.

Bupati kedua Kabupaten Soekabumi adalah R. A. A. Soeriadanoeningrat yang memerintah sampai masa pendudukan Jepang. Terjadi perombakan pembagian administratif di wilayah Jawa Barat pada masa pemerintahannya. Dibentuk 5 Karesidenan baru di Jawa Barat, yaitu Residentie Bantam (Karesidenan Banten), Residentie Batavia (Karesidenan Batavia), Residentie Boeitenzorg (Karesidenan Bogor), Residentie Tjirebon (Karesidenan Tjirebon) dan Residentie Preanger Regentschappen (Karesidenan Kabupaten-Kabupaten Priangan). Kabupaten Soekaboemi yang sebelumnya merupakan bagian dari Karesidenan Priangan barat untuk selanjutnya dimasukkan sebagai bagian dari Karesidenan Bogor, karena itu wilayah Kabupaten dan Kota Sukabumi saat ini memiliki plat nomor kendaraan F.[44]

Masa penjajahan Jepang

Setelah Jepang menaklukkan Hindia Belanda pada 8 Maret 1942, dikeluarkanlah UU no. 27 tahun 1942 tentang perubahan Tata Pemerintahan Daerah pada tanggal 5 Agustus 1942. Karesidenan (Residentie Preanger Regentschappen) berganti nama menjadi Syukocan dan kepala daerahnya disebut Syukocanco. Kabupaten (Afdeling) berganti nama menjadi Ken dan kepala daerahnya disebut Kenco. Kenco pertama Soekaboemi masih R. A. A. Soeriadanoeningrat. R. A. A. Soeriadanoeningrat sendiri wafat pada tahun 1942 dan digantikan oleh R. Tirta Soeyatna sebagai Kenco kedua.

Awal Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dilaksanakan pertemuan Musyawarah oleh tokoh-tokoh seperti Mr. R. Syamsoedin, Mr. Haroen dan Dr. Aboe Hanifah yang menyepakati akan mengirimkan delegasi ke Karesidenan Boeitenzorg untuk mendesak pelaksanaan serah terima kekuasaan dari Jepang ke Indonesia. Apabila gagal, disepakati juga akan diadakannya aksi massa pada tanggal 1 Oktober 1945 yang terdiri dari Badan Keamanan Rakyat, Kepolisian, KNID, Alim Ulama dan Utusan daerah.

Setelah diumumkan pada tanggal 1 Oktober 1945 di mana perundingan di Boeitenzorg mengalami kegagalan, massa pun hari ini juga melakukan aksi mengurung kantor Kempetai untuk membebaskan seluruh tahanan politik dan menyita seluruh persenjataan didalamnya. Di Lapangan Victoria (Sekarang Lapangan Merdeka Kota Sukabumi) bendera Jepang diturunkan dan diganti dengan bendera Merah Putih secara resmi. Kantor-kantor pemerintahan pendudukan Jepang juga direbut pada hari itu juga. Hanya dalam beberapa hari seluruh Kabupaten Sukabumi telah dapat dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia. Terjadi penggantian besar-besaran para pejabat Kewedanaan dan Kecamatan yang tidak pro-kemerdekaan dengan tokoh-tokoh yang pro-kemerdekaan.

Setelah berada dibawah kendali Pemerintahan Republik Indonesia, pada akhir 1945 Mr. Haroen diangkat sebagai Bupati Sukabumi pertama paska-kemerdekaan, sedangkan Mr. R. Syamsoedin diangkat menjadi Wali Kota Kota Sukabumi. Istilah-istilah administratif pemerintahan Jepang sendiri diganti dengan Istilah Indonesia, seperti Ken yang diubah menjadi Kabupaten. Tanggal 1 Oktober pun ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Sukabumi.

Kabupaten Sukabumi Kontemporer

Geografi

Berikut merupakan batas wilayah Kabupaten Sukabumi:

Utara Kabupaten Bogor
Timur Kabupaten Cianjur
Selatan Samudera Hindia
Barat Kabupaten Lebak

Dengan luas wilayah 4.128 km², Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terluas kedua di Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi. Batas wilayah Kabupaten Sukabumi 40 % berbatasan dengan lautan dan 60% merupakan daratan. Wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki areal yang relatif luas yaitu ± 419.970 ha. Pada Tahun 1993 Tata Guna Tanah di wilayah ini, adalah sebagai berikut : Pekarangan/perkampungan 18.814 Ha (4,48 %), sawah 62.083 Ha (14,78 %), Tegalan 103.443 Ha (24,63 %), perkebunan 95.378 Ha (22, 71%) , Danau/Kolam 1. 486 Ha (0, 35 %) , Hutan 135. 004 Ha (32,15 %), dan penggunaan lainnya 3.762 Ha (0,90 %). Beberapa puncak gunung terdapat di bagian utara, diantaranya: Gunung Halimun (1.929 m dpl), Gunung Salak (2.211 m dpl), dan yang tertinggi adalah Gunung Gede (2.958 m dpl) dan Gunung Pangrango (3.019 m dpl) yang secara administratif berada di Kecamatan Kadudampit. Di antara sungai yang mengalir adalah Sungai Cimandiri dan Sungai Cikaso, yang bermuara di Samudra Hindia.

Pembagian administratif

Kabupaten Sukabumi terdiri atas 47 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 364 desa dan 4 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kota Palabuhanratu.

Daftar Wilayah

 
Perkebunan Teh di Goalpara, Sukabumi Utara pada masa Hindia Belanda

Adapun Daftar Wilayah dan Kecamatan di Kabupaten Sukabumi adalah:

  1. Wilayah Utara:
    1. Kecamatan Cicurug
    2. Kecamatan Cibadak
    3. Kecamatan Cikidang
    4. Kecamatan Kalapanunggal
    5. Kecamatan Parungkuda
    6. Kecamatan Nagrak
    7. Kecamatan Ciambar
    8. Kecamatan Caringin
    9. Kecamatan Cisaat
    10. Kecamatan Cicantayan, Sukabumi
    11. Kecamatan Cidahu
    12. Kecamatan Kabandungan
    13. Kecamatan Bojong Genteng
  2. Wilayah Tengah:
    1. Kecamatan Jampang Tengah
    2. Kecamatan Surade
    3. Kecamatan Jampang Kulon
    4. Kecamatan Cibitung
    5. Kecamatan Waluran
    6. Dan lain-lain
  3. Wilayah Selatan:
    1. Kecamatan Cisolok
    2. Kecamatan Ciracap
    3. Kota Palabuhanratu
    4. Dan lain-lain

Pariwisata

- Situs Cungkuk

  • Wisata Alam
Untuk mereka yang menyukai petualangan alam, mendaki Gunung

Gede atau Gunung Pangrango di Taman Nasional Gede-Pangrango di utara Kota Sukabumi merupakan suata pengalaman menarik. Di sini dapat ditemui berbagai jenis ragam tumbuhan serta Bunga Edelweis yang abadi di puncak Petualangan menantang lainnya adalah arung jeram di Sungai Cicatih atau di Sungai Citarik, yang berada 30 km sebelah selatan Kota Sukabumi.

  • AWWI (Agro Widya Wisata Ilmiah)
  • Wisata Situ Batukarut, pasirhalang, sukaraja dan merupakan sumber air PDAM Kab/kota Sukabumi berada 5 km dari Kota Sukabumi
  • Wisata Pantai Ujung Genteng di Kec. Ujung Genteng
 
Penyu Raksasa di Ujung Genteng. Ujunggenteng merupakan salah-satu daerah penyu raksasa berkembang-biak di Indonesia

Arti Lambang Kabupaten Sukabumi

Lambang Perisai :

Menggambarkan perlindungan Pemerintah Daerah terhadap penduduk dan semua kekayaan alam di wilayah Kabupaten Sukabumi.

Warna Hitam :

Berarti kekal dan abadi

Warna kuning :

Berarti keadaan yang gilang gemilang

Gambar Punggung Penyu dan Sayap Walet :

Menggambarkan sumber daya alam yang sangat potensial, dan warna HIJAU pada kotak punggung penyu melambangkan kehidupan yang tentram, subur, dan makmur.

Gambar Kujang melambangkan :

Pusaka Kerajaan Pajajaran yang dahulu kala berkuasa di bumi Jawa Barat, termasuk Kabupaten Sukabumi

Kata "Gemah Ripah Loh Jinawi" :

Adalah semboyan yang mengandung makna Tenteram Makmur Subur Melimpah.

Pusat Perbelanjaan

  • Pasar Kecamatan Cibadak
  • Pasar Kecamatan Cisaat
  • Pasar Kecamatan Cicurug
  • Pasar Kamis Cicurug
  • Pasar Minggu Cicurug
  • Pasar Kambing Cicurug
  • Pasar Baru Semi Modern Kota Palabuhanratu
  • Pasar Ikan Kota Palabuhanratu
  • Pasar Ikan Cibaraja
  • Labora Indah Cibadak
  • Pasar Selasa Gegerbitung
  • Dan Kecamatan Lainnya di Sukabumi
  • Pasar Kemis Kalapanunggal
  • Pasar Gilang center sukaraja
  • Pasar Pangleseran

Pemekaran Daerah

Kabupaten Sukabumi Utara

Rencananya Kabupaten Sukabumi Utara ini akan dimekarkan dari Kabupaten Sukabumi menjadi Kabupaten mandiri. Penduduk Sukabumi Utara menuntut pemekaran karena alasan bahwa Sukabumi Utara merupakan daerah yang maju pesat Perekonomiannya terutama dibidang Industri dan Jasa dibanding wilayah lain di Kabulaten Sukabumi, karena merupakan daerah Perkotaan. Daerah Sukabumi Utara juga merupakan daerah penyumbang PAD yang cukup besar bagi Kabupaten Sukabumi, dan juga merupakan daerah Padat penduduk yang membutuhkan pelayanan yang prima dan mudah dari pemerintah daerah.

Pranala luar

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diakses tanggal 2013-02-15. 
  2. ^ "Perpustakaan Digital ITB - WELCOME | Powered by GDL4.2". digilib.itb.ac.id. Diakses tanggal 2017-04-25. 
  3. ^ Gatra. Era Media Informasi. 2006-01-01. 
  4. ^ Tempo. Badan Usaha Jaya Press Jajasan Jaya Raya. 2006-01-01. 
  5. ^ Adriati, Ira (2004-01-01). Perahu Sunda: kajian hiasan pada perahu nelayan di Pantai Utara dan Pantai Selatan Jawa Barat. Kiblat Buku Utama. ISBN 9789793631288. 
  6. ^ Pangan, Indonesia Badan Ketahanan (2005-01-01). Profil 60 tahun pembangunan ketahanan pangan Indonesia. Diterbitkan oleh Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, Republik Indonesia bekerjasama dengan PT Visi Karaya Persada. 
  7. ^ "KKP Terus Pacu Pertumbuhan Industrialisasi Kelautan Dan Perikanan". kalbar.antaranews.com. Diakses tanggal 2017-04-25. 
  8. ^ MPlan, Entatarina Simanjuntak, ST; ST, Melisa Aulia; ST, Andri Budi Wicaksono; ST, Borris Afdhal Anwar; ST, Zagita Heryani Putri; ST, Chalisha Dwiriastya (2016-06-10). Konsep dan Arahan Kebijakan Daerah Provinsi Dalam Pengembangan Infrastruktur Wilayah Pulau Jawa-Bali. Pusat Perencanaan Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat. ISBN 9786027473201. 
  9. ^ "Pelabuhan Ratu Bangun Industri Ikan Tuna". Poskota News. 2012-04-06. Diakses tanggal 2017-04-25. 
  10. ^ SUKABUMI, BPMPT KAB. "Peluang Investasi Sektor Industri Kabupaten Sukabumi | BPMPT Kab. Sukabumi". BPMPT Kab. Sukabumi. Diakses tanggal 2017-04-25. 
  11. ^ "Sukabumi akan Buat Perda Kawasan Industri | Republika Online". Republika Online. Diakses tanggal 2017-04-25. 
  12. ^ "KABUPATEN SUKABUMI - Bidang Industri Fokus Kembangkan Lima Sentra". www.neraca.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-25. 
  13. ^ "UNESCO Kukuhkan Ciletuh Sebagai Geopark Nasional". National Geographic Indonesia. 2015-12-31. Diakses tanggal 2017-04-25. 
  14. ^ "Geopark Ciletuh, Perawan yang Memantaskan Diri". Pikiran Rakyat. 2016-09-03. Diakses tanggal 2017-04-25. 
  15. ^ "Geopark Ciletuh Juga Miliki Keragaman Budaya". Pikiran Rakyat. 2016-08-19. Diakses tanggal 2017-04-25. 
  16. ^ Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (1992). "Kerajaan Sunda". Sejarah nasional Indonesia: Jaman kuno. PT Balai Pustaka. hlm. 376. ISBN 979-407-408-X ISBN 978-979-407-408-4. 
  17. ^ a b Ch, M. Nasruddin Anshoriy (2008-01-01). Bangsa inlander: potret kolonialisme di bumi Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. ISBN 9789791283601. 
  18. ^ G. G. Bandilenko, E.I. Gnevusheva, D.V. Deopik, V.A. Tsyganov (1992). History of Indonesia. hlm. 175-179. 
  19. ^ Ekajati, Edi Suhardi (1982-01-01). Ceritera dipati ukur: karya sastra sejarah Sundar. Pustaka Jaya. 
  20. ^ Sasmita, Saleh Dana; Padmadisastra, Sulaiman; Johansyah, Inci; Djenen (1986-01-01). Geografi budaya dalam wilayah pembangunan daerah Jawa Barat: peneliti/penulis, Saleh Danasamita, Sulaeman Padmadisastra, Inci Johansyah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 
  21. ^ Behrend, T. E. (1990-01-01). Amarah. Yayasan Obor Indonesia. ISBN 9789794613313. 
  22. ^ West Java Miracle Sight: A Mass of Verb and Scene Information. MPI Foundation. 2005-01-01. 
  23. ^ a b Suryaningrat, Bayu (1982). Sajarah Cianjur Sareng Raden Aria Wira Tanu Dalem Cikundul Cianjur. Rukun Warga Cianjur-Jakarta, Jakarta. 
  24. ^ Wajah pariwisata Jawa Barat. Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Tingket I Jawa Barat. 1986-01-01. ISBN 9789798075001. 
  25. ^ Abdurachman (1986-01-01). Naskah Sunda lama di Kabupaten Sumedang. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  26. ^ Ensiklopedi Jakarta: culture & heritage. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman. 2005-01-01. ISBN 9789798682506. 
  27. ^ Ekajati, Edi Suhardi (1984-01-01). Masyarakat Sunda dan kebudayaannya. Girimukti Pasaka. 
  28. ^ Younce, William C. (2001-01-01). Indonesia: Issues, Historical Background and Bibliography (dalam bahasa Inggris). Nova Publishers. ISBN 9781590332498. 
  29. ^ Direktori peluang investasi di Provinsi Banten. Pemerintah Provinsi Banten. 2008-01-01. 
  30. ^ Banten kota pelabuhan jalan sutra. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. 1995-01-01. 
  31. ^ Beekman, E. M. (1988). Fugitive Dreams: An Anthology of Dutch Colonial Literature. University of Massachusetts Press. hlm. 90. ISBN 0870235753. 
  32. ^ Brommer, Bea (2015). To My Dear Pieternelletje:Grandfather and Granddaughter in VOC Time, 1710-1720. Leiden: Brill. hlm. 19. ISBN 9789004293328. 
  33. ^ Graaf, Hermanus Johannes de (1949-01-01). Geschiedenis van Indonesië (dalam bahasa Belanda). W. van Hoeve. 
  34. ^ Volkslectuur, Dutch East Indies Kantoor voor de (1926-01-01). Nederlandsch Indie: platen atlas met korten beschrijvenden tekst (dalam bahasa Belanda). Volkslectuur. 
  35. ^ deel. Bijlagen. Excursen (dalam bahasa Belanda). Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. 1911-01-01. 
  36. ^ Zakaria, Mumuh M. (2010-01-01). Kota Bogor: studi tentang perkembangan ekologi kota abad ke-19 hingga ke-20. Sastra Unpad Press, Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran. ISBN 9786028795081. 
  37. ^ Iguchi, Masatoshi (2017-01-25). Java Essay: The History and Culture of a Southern Country (dalam bahasa Inggris). Troubador Publishing Ltd. ISBN 9781784628857. 
  38. ^ Danasasmita, Saleh (1983). Sejarah Bogor, Volume 1. Bogor: Pemerintah Daerah Kotamadya DT II Bogor. hlm. 85. 
  39. ^ DBNL. "Nieuw Nederlandsch biografisch woordenboek. Deel 6 · dbnl". DBNL (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2017-04-25. 
  40. ^ Klaveren, N. A. (1983). The Dutch Colonial System in the East Indies. Springer. hlm. 60. ISBN 9789401768481. 
  41. ^ Kumar, Ann (1997). Java and Modern Europe: Ambiguous Encounters. Routledge. hlm. 292. ISBN 1138863149. 
  42. ^ Modern Ceylon Studies (dalam bahasa Inggris). University of Ceylon. 1982-01-01. 
  43. ^ Jaya, Ruyatna (2003). Sejarah Sukabumi. Sukabumi City Government. hlm. 8. 
  44. ^ Saptariani, Nani (2008). Menepis kabut halimun: rangkaian bunga rampai pengelolaan sumberdaya alam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 15. ISBN 9789794616628.