Ketela pohon
Gambar deskriptif dari Koehlers Medizinischepflanzen
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Genus:
Spesies:
M. esculenta
Nama binomial
Manihot esculenta
Crantz
Manihot esculenta

Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima) adalah perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Makanan ini menjadi makanan pokok pengganti nasi di daerah Bogor (tentunya di wilayah timur (terutama Cileungsi, Klapanunggal, Citeureup, Babakan Madang, Jonggol, Cariu, Sukamakmur dan Tanjung Sari) dan barat (terutama Jasinga, Cigudeg, Nanggung dan Sukajaya)), Gunung Kidul, Wonogiri, Pacitan, Blitar, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Deskripsi

Perdu, bisa mencapai 7 meter tinggi, dengan cabang agak jarang. Akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2–3 cm dan panjang 50–80 cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi manusia.[butuh rujukan]

Umbi ketela pohon merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionina.[butuh rujukan]

Sejarah dan pengaruh ekonomi

Sejarah Budidaya dan Penyebarannya

Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay, sejak kurang lebih 10 ribu tahun yang lalu. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada banyak, semua kultivar M. esculenta dapat dibudidayakan. Walaupun demikian, bukti-bukti arkeologis budidaya singkong justru banyak ditemukan di kebudayaan Indian Maya, tepatnya di Meksiko dan El Salvador.

Produksi singkong dunia diperkirakan mencapai 192 juta ton pada tahun 2004. Nigeria menempati urutan pertama dgn 52,4 juta ton, disusul Brasil dgn 25,4 juta ton. Indonesia menempati posisi ketiga dgn 24,1 juta ton, diikuti Thailand dgn 21,9 juta ton (FAO, 2004[1]) Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia.

Di Hindia Belanda

Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810[2], setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 dari Brasil. Menurut Haryono Rinardi dalam Politik Singkong Zaman Kolonial, singkong masuk ke Indonesia dibawa oleh Portugis ke Maluku sekitar abad ke-16. Tanaman ini dapat dipanen sesuai kebutuhan. “Sifat itulah yang menyebabkan tanaman ubi kayu seringkali disebut sebagai gudang persediaan di bawah tanah,” tulis Haryono.[butuh rujukan]

Butuh waktu lama singkong menyebar ke daerah lain, terutama ke Pulau Jawa. Diperkirakan singkong kali pertama diperkenalkan di suatu kabupaten di Jawa Timur pada 1852. “Bupatinya sebagai seorang pegawai negeri harus memberikan contoh dan bertindak sebagai pelopor. Kalau tidak, rakyat tidak akan mempercayainya sama sekali,” tulis Pieter Creutzberg dan J.T.M. van Laanen dalam Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia.[butuh rujukan]

Namun hingga 1876, sebagaimana dicatat H.J. van Swieten, kontrolir di Trenggalek, dalam buku De Zoete Cassave (Jatropha janipha) yang terbit 1875, singkong kurang dikenal atau tidak ada sama sekali di beberapa bagian Pulau Jawa, tetapi ditanam besar-besaran di bagian lain. “Bagaimanapun juga, singkong saat ini mempunyai arti yang lebih besar dalam susunan makanan penduduk dibandingkan dengan setengah abad yang lalu,” tulisnya, sebagaimana dikutip Creutzberg dan van Laanen. Sampai sekitar tahun 1875, konsumsi singkong di Jawa masih rendah. Baru pada permulaan abad ke-20, konsumsinya meningkat pesat. Pembudidayaannya juga meluas. Terlebih rakyat diminta memperluas tanaman singkong mereka.[butuh rujukan]

Peningkatan penanaman singkong sejalan dengan pertumbuhan penduduk Pulau Jawa yang pesat. Ditambah lagi produksi padi tertinggal di belakang pertumbuhan penduduk. “Singkong khususnya menjadi sumber pangan tambahan yang disukai,” tulis Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia V. Hingga saat ini, singkong telah menjadi salah satu bahan pangan yang utama, tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Di Indonesia, singkong merupakan makanan pokok ketiga setelah padi-padian dan jagung.[butuh rujukan]

 
Pabrik Tapioka Kedung Kawung Cikalahang milik firma Goan Goan & Co, Cirebon, Jawa Barat (tahun tidak diketahui)

Hindia Belanda pernah menjadi salah satu pengekspor dan penghasil tepung tapioka terbesar di dunia. Di Jawa banyak sekali didirikan pabrik2 pengolahan singkong untuk dijadikan tepung tetapioka. Seperti dalam buku Handbook of the Netherlands East Indies, pada tahun 1928 tercatat 21,9% produksi tetapioka diekspor ke Amerika Serikat, 16,7% ke Inggris, 8,4% ke Jepang, lalu 7% dikirim ke Belanda, Jerman, Belgia, Denmark dan Norwegia. Biasanya tepung olahan singkong tersebut dimanfaatkan sebagai bahan baku lem dan permen karet, industri tekstil dan furniture.[butuh rujukan]

Singkong adalah nama lokal di kawasan Jawa Barat untuk tanaman ini. Nama "ubi kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam bahasa Melayu secara luas. Nama "ketela" secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Portugis "castilla" (dibaca "kastiya"), karena tanaman ini dibawa oleh orang Portugis dan Castilla (Spanyol).[butuh rujukan]

Pengolahan

Cara memasak umbinya dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu; pertama, dengan cara direbus. Direbus setelah kulitnya dikelupas dan dicuci serta setelah dipotong-potong sesuai keinginan. Untuk cara pertama ini, umbi singkong dapat direbus dengan air. Dapat juga direbus dengan air Legen atau dengan air Nyeor (buah Kelapa). Kedua, dengan cara digoreng. Digoreng setelah kulitnya dikelupas dan dicuci. Untuk cara kedua ini, umbi dapat langsung digoreng setelah dipotong-potong sesuai keinginan atau direbus terlebih dahulu sebelum digoreng. Ketiga, dengan cara dibakar. Untuk cara ketiga ini, umbi dapat dibakar tanpa kulitnya dikelupas dan dicuci.[3]Selasa, 18 April 2017.

Umbi singkong dapat dimakan mentah. Kandungan utamanya adalah pati dengan sedikit glukosa sehingga rasanya sedikit manis. Pada keadaan tertentu, terutama bila teroksidasi, akan terbentuk glukosida racun yang selanjutnya membentuk asam sianida (HCN). Sianida ini akan memberikan rasa pahit. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Proses pemasakan dapat secara efektif menurunkan kadar racun.[butuh rujukan]

Apabila umbi harus dimasak dengan cara direbus, air yang digunakan haruslah air yang tidak tercemar. Apabila umbi direbus dengan air Legen atau dengan air Nyeor (air buah Kelapa) akan menghasilkan aroma khas setelah masak. Dapat juga direbus dengan air yang telah dilarutkan di dalamnya gula Aren. Sebagaimana umbi yang direbus dengan air Legen atau dengan air Nyeor (air buah Kelapa), direbus dengan air yang telah dilarutkan di dalamnya gula Aren juga akan menghasilkan aroma khas setelah masak.

Umbi yang telah dimasak, dapat dimakan dengan petis, garam, garam campur cabe, gula aren, ikan laut rebus, ikan laut goreng, ikan laut bakar, kecap, kuah sup/kuah sop dan kuah bakso. Daunnya biasa digunakan sebagai sayur bening atau racikan pecel. Dapat juga ditambahkan sebagai bahan racikan kuah sup. Baik umbinya maupun daunnya, sama-sama bermanfaat bagi yang mengkonsumsi.

Dari pati umbi ini dibuat tepung tapioka (kanji).

Penggunaan

 
Singkong segar
 
Singkong kupas

Dimasak dengan berbagai cara, singkong banyak digunakan pada berbagai macam masakan. Direbus untuk menggantikan kentang, dan pelengkap masakan. Tepung singkong dapat digunakan untuk mengganti tepung gandum, cocok untuk pengidap alergi gluten.

Kadar gizi

Kandungan gizi singkong per 100 gram meliputi:[4]

Sedangkan daun singkong yang banyak dijadikan sayuran pada masakan Sunda dan masakan Padang memiliki nutrisi sebagia berikut:[5]

Nutrisi Satuan Kadar
Protein gram 6.8
Kalsium mg 165
Fosfor mg 54
Besi mg 2.0
Vitamin A IU 11000
Vitamin C mg 275

Etimologi dan sinonim

Singkong adalah nama lokal di kawasan Jawa Barat untuk tanaman ini. Nama "ubi kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam bahasa Melayu secara luas. Nama "ketela" secara etimologi berasal dari kata "castilla" (dibaca "kastilya"), karena tanaman ini dibawa oleh orang Portugis dan Castilla (Spanyol).[butuh rujukan]

Dalam bahasa lokal, bahasa Jawa menyebutnya pohung, bahasa Sangihe bungkahe, bahasa Tolitoli dan Gorontalo kasubi, dan bahasa Sunda sampeu.[butuh rujukan]

Produksi sedunia

Produksi singkong dunia (2008) [6]
Posisi Negara Banyaknya 
Ton
1   Nigeria 52.403.500
2   Brasil 25.441.700
3   Indonesia 24.009.600
4   Thailand 21.912.400
5   Republik Demokratik Kongo 15.569.100
6   Angola 14.333.500
7   Ghana 14.240.900
8   Vietnam 9.875.500
9   India 8.076.000
10   Mozambik 6.267.160
Dunia

Lihat pula

Referensi

Referensi umum

  1. FAO, June 2003 cassava market assessment, 2003
  2. Cereda, M.P. and Mattos, M.C.Y. (1996). "Linamarin - The Toxic Compound of Cassava". Journal of Venomous Animals and Toxins (online) 2 (1), 6-12; ISSN 0104-7930 [2]

Referensi khusus

Pranala luar