Pulau Ambalau

pulau di Kabupaten Buru Selatan

Pulau Ambelau adalah sebuah pulau vulkanik yang terletak di Laut Banda di kepulauan Maluku. Pulau ini terletak di Kecamatan Ambelau di Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku, Indonesia. Pusat administrasinya terletak Wailua, yang terletak di sebelah selatan pulau. Setengah dari jumlah populasi pulau ini terdiri dari penduduk asli Ambelau yang berbicara dengan Bahasa Ambelau; setengahnya lagi terdiri dari penduduk luar pulau dari Kepulauan Maluku and Pulau Jawa.

Ambelau
Geografi
LokasiAsia Tenggara
Koordinat3°52′S 127°12′E / 3.867°S 127.200°E / -3.867; 127.200
KepulauanMaluku
Titik tertinggi608 m
Pemerintahan
NegaraIndonesia
Kependudukan
Penduduk9.600 jiwa
Peta
Peta Pulau Buru dengan Ambelau di sebelah tenggaranya

Geografi dan Geologi

 
Lokasi

Pulau ini terletak di Laut Banda di selatan Selat Manipa, sebelah tenggara Pulau Buru yang jauh lebih besar. Pulau ini memiliki bentuk lonjong dengan sedikit menonjol di bagian tenggara pulau dan memiliki diameter maksimum 10 km. [1] Pulau ini merupakan pulau vulkanik, dan terdiri dari batu sedimentasi masa Kenozoikum. Reliefnya sebagian besar merupakan pegunungan, dengan puncak tertinggi adalah 608 m (Gunung Baula) dan 559 m (Gunung Nona) di area barat. [2] Pulau ini naik secara vertikal dari laut, dan bagian rata hanya ditemukan di pesisir selatan dan timur. Banyak dari daerah ini, terutama di area pegunungan, diselimuti oleh hutan hujan tropis. [3] Pulau ini juga terletak di zona seismik yang aktif dengan gempa bumi yang cukup sering; signifikan dengan gempa bumi yang terjadi pada Agustus 2006. [4] Flora dan Fauna di pulau ini bermacam-macam mirip dengan yang ada di Pulau Buru. Ada cukup banyak terumbu karang di pesisir Ambelau. [3]

Administrasi

Pulau Ambelau termasuk ke dalam Provinsi Maluku, Indonesia. Sampai tahun 1999, pulau ini berada di daerah Kabupaten Maluku Tengah, lalu masuk ke Kabupaten Buru, dimana pulau ini menjadi kecamatan baru yang terpisah (Kecamatan Ambelau). [5] Pada 2008, ketika Kabupaten Buru Tengah pecah dari Kabupaten Buru, pulau ini menjadi bagian dari kecamatannya, menghapus status kecamatannya. [6] Pulau ini terbagi menjadi tujuh desa dan/atau kelurahan, yaitu Kampung Baru, Lumoy, Masawwa, Selasi, Siwar, Ulima, dan Elara. [1][3] Fonetik dari bahasa lokal mengganti penggunaan kata hidup suka kata kedua pada nama pulau. Hasilnya, sumber dari Barat menamainya Ambelau, sementara sumber dari Indonesia mengejanya sebagai Ambalau, terutama di dokumen resmi dan di situs resmi Kabupaten Baru dan Buru Selatan. [1]

Populasi

Mayoritas populasi Pulau Ambelau (sekitar 9.600 jiwa pada 2009) tinggal di daerah daratan pantai, tersebar di Kampung Baru (1.442 jiwa), Lumoy (950 jiwa), Massawa (838 jiwa), Selasi (1.174 jiwa), Siwar (1.172 jiwa), Ulimo (1.407 jiwa), dan Elara (2.610). [3] Setengah dari populasinya adalah penduduk lokal Ambelau, dan sisanya adalah pendatang dari kepulauan di Maluku yang lainnya dari Sulawesi (kebanyakan Bugis) dan Suku Jawa. Suku-suku ini pindah ke pulau ini kebanyakan lewat program transmigrasi besar-besaran yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda pada 1900-an dan Pemerintahan Indonesia pada 1950-1960. Kelompok etnis-etnis berbicara dengan bahasa dan dialek yang berbeda setiap harinya, sebagai contoh Bahasa Ambelau. Meskipun begitu, kebanyakan orang dewasa menggunakan Bahasa Indonesia dan menggunakannya secara umum dengan suku lain. Secara agama, kebanyakan penduduk Ambelau beragama Islam Sunni dengan sebagian kecil Kristen dan dengan beberapa kepercayaan lokal. [3]

Ekonomi

Ekonomi lokal didominasi oleh pertanian. Sawah padi – hasil panen paling umum di Indonesia – dihindari di pulau ini karena daerah yang berbukit-bukit dan gangguan Babirusa buru yang merusak sawah (yang jarang diburu karena tradisi Islam). Daerah kecil yang subur di daerah pesisir digunakan untuk menanam maizena, sagu, ubi jalar, biji kakao, kelapa, merica jamaika, dan pala. Memancing Tuna dilakukan oleh penduduk desa Masawwa san Ulimo. Sebagian hasil pertanian dan ikan dijual ke pulau terdekat (Pulau Buru), kebanyakan di pasar kota Namlea. [3]

Referensi

  1. ^ a b c "Pemekaran BURSEL" (dalam bahasa Indonesian). Pemerintah Kabupaten Buru (Official site of Buru Regency). 29 ноября 2007 года. Diakses tanggal 27 марта 2010. 
  2. ^ National Geospatial-intelligence Agency (2004) Prostar Sailing Directions 2004 New Guinea Enroute, ISBN 1-57785-569-8 p. 46
  3. ^ a b c d e f "Local knowledge and fisheries management" (PDF). Center for Coastal and Marine Resources Studies, Bogor Agricultural University. 
  4. ^ "Tremor jolts Banda Sea". Antara. 15 August 2006. 
  5. ^ "Undang-Undang Republik Indonesia (UU) Nomor 46 tahun 1999 (46/1999) tentang Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Indonesian Law No. 46 of 1999 establishing provinces North Maluku, Buru and North-eastern Mauluku)" (PDF) (dalam bahasa Indonesian). LL Sekretariat Negara. 
  6. ^ "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2008 tentang Pembentukan Pembentukan Kabupaten Buru Selatan di Provinsi Maluku (Indonesian Law No. 32 of 2008 establishing south Buru district in the Maluku province)" (PDF) (dalam bahasa Indonesian). LL Sekretariat Negara.