Adnan Kapau Gani

pahlawan nasional Indonesia
Revisi sejak 15 Mei 2017 10.12 oleh Glorious Engine (bicara | kontrib) (←Suntingan ReynaldoRompas (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Achmadmaulanaibr)

Dr. Adnan Kapau Gani atau biasa disingkat A.K. Gani (16 September 1905 – 23 Desember 1968) adalah seorang dokter dan politisi Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II.[1]

Adenan Kapau Gani
Gani, 1946
Wakil Perdana Menteri Indonesia ke-1
Masa jabatan
11 November 1947 – 29 Januari 1948
Menjabat bersama Setyadjit Soegondo, R. Syamsudin dan Wondoamiseno
PresidenSoekarno
Perdana MenteriAmir Sjarifuddin
Sebelum
Pendahulu
Tidak ada
Sebelum
Masa jabatan
3 Juli 947 – 11 November 1947
Menjabat bersama Setyadjit Soegondo
PresidenSoekarno
Perdana MenteriAmir Sjarifuddin
[[Menteri Kemakmuran Indonesia]] 3
Masa jabatan
2 Oktober 1946 – 29 Januari 1948
PresidenSoekarno
Perdana MenteriSoetan Sjahrir
Amir Syarifuddin
Sebelum
Pendahulu
Darmawan Mangunkusumo
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1905-09-16)16 September 1905
Belanda Palembayan, Sumatera Barat, Hindia Belanda
Meninggal23 Desember 1968(1968-12-23) (umur 63)
Indonesia Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
KebangsaanIndonesia
IMDB: nm6570223 Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Latar belakang

A.K. Gani lahir di Palembayan, Sumatera Barat, pada tanggal 16 September 1905. Ayahnya adalah seorang guru. Ia menyelesaikan pendidikan awalnya di Bukittinggi pada tahun 1923. Kemudian ia pergi ke Batavia untuk menempuh pendidikan menengah dan mengambil sekolah kedokteran. Dia lulus dari sekolah dokter STOVIA pada tahun 1926.

Kehidupan

Sejak remaja Gani aktif dalam kegiatan politik dan organisasi sosial. Pada era 1920-an, ia giat di berbagai organisasi kedaerahan seperti Jong Sumatranen Bond dan Jong Java. Pada tahun 1928 ia terlibat dalam Kongres Pemuda II di Jakarta. Pada tahun 1931 ia bergabung dengan Partindo, yang telah memisahkan diri dari Partai Nasional Indonesia tak lama setelah penangkapan Soekarno oleh pemerintah kolonial.

Pada tahun 1941, Gani membintangi sebuah film yang berjudul Asmara Moerni dan berpasangan dengan Djoewariah. Film ini disutradarai Rd. Ariffien dan diproduksi oleh The Union Film Company.[2] Meskipun sebagian kalangan menganggap keterlibatan Gani dalam film telah menodai gerakan kemerdekaan, namun ia menganggap perlu untuk meningkatkan kualitas film lokal. Meski mendapat kritikan, film satu-satunya itu sukses secara komersial.

Setelah pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, Gani menolak untuk berkolaborasi. Oleh karena itu ia ditangkap pada bulan September 1943 hingga bulan Oktober tahun berikutnya.

Pemerintahan

Setelah proklamasi dan selama masa revolusi fisik, Gani memperoleh kekuasaan politik dengan bertugas di kemiliteran. Pada tahun 1945, ia menjadi komisaris PNI dan Residen Sumatera Selatan.[3] Dia juga mengkoordinasikan usaha militer di provinsi itu. Gani menilai Palembang sebuah lokomotif ekonomi yang layak untuk bangsa yang baru merdeka. Dengan alasan, bahwa dengan minyak Indonesia bisa mengumpulkan dukungan internasional. Ia merundingkan penjualan aset-aset pihak asing, termasuk perusahaan milik Belanda Shell. Gani juga terlibat dalam penyelundupan senjata dan perlengkapan militer. Beberapa koneksinya di Singapura, banyak membantu dalam tugas ini.

 
Gani pada 3 Oktober 1946(1946-10-03) (umur 41)

Sejak 2 Oktober 1946 hingga 27 Juni 1947, Gani menjabat sebagai Menteri Kemakmuran pada Kabinet Sjahrir III. Ketika menjabat sebagai Menteri Kemakmuran, ia bersama dengan Sutan Sjahrir dan Mohammad Roem menjabat sebagai delegasi Indonesia ke sidang pleno ketiga Perjanjian Linggarjati. Dia juga bekerja untuk membangun jaringan nasional perbankan serta beberapa organisasi perdagangan.

Setelah jatuhnya Kabinet Sjahrir, ia bersama Amir Sjarifuddin dan Setyadjit Soegondo menerima mandat untuk membentuk formatur kabinet baru. Dalam kabinet tersebut, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Kemakmuran. Gani adalah anggota kabinet pertama yang ditangkap pada masa Agresi Militer Belanda I, namun kemudian ia dibebaskan. Dalam Kabinet Amir Sjarifuddin II, ia juga duduk pada posisi yang sama hingga kejatuhan kabinet ini pada tanggal 29 Januari 1948.

Setelah revolusi berakhir pada tahun 1949, Gani menjadi Gubernur Militer Sumatera Selatan. Pada tahun 1954, ia diangkat menjadi rektor Universitas Sriwijaya di Palembang. Ia tetap aktif dan tinggal di Sumatera Selatan hingga wafat pada tanggal 23 Desember 1968. Dia dimakamkan di Taman Pemakaman Pahlawan Siguntang di Palembang. Gani meninggalkan seorang istri Masturah, dan tidak mempunyai anak hingga akhir hayatnya.

Penghormatan

Untuk mengenang jasa-jasanya, pada tanggal 9 November 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada A.K. Gani. Gelar ini diterimanya bersama dengan Slamet Rijadi, Ida Anak Agung Gde Agung, dan Moestopo berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 66/2007 TK. Selain itu namanya juga diabadikan sebagai nama rumah sakit di Palembang, Rumah Sakit AK Gani dan nama ruas jalan beberapa kota di Indonesia.

Referensi

  1. ^ Ruben Nalenan, H. Iskandar Gani; Dr. A.K. Gani: Pejuang Berwawasan Sipil dan Militer; 1990
  2. ^ Rosihan Anwar, Sejarah Kecil : Petite Histoire Indonesia jilid 3, Kompas, 2009
  3. ^ suarasumsel.com AK Gani, Dokter yang Pemberani dan Jago Berdiplomasi