Pelumutan, Kemangkon, Purbalingga

desa di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah


Pelumutan adalah sebuah desa di kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia. Sungai serayu adalah pembatas desa bagian selatan yang langsung masuk wilayah Susukan Banjarnegara. Dan kebarat sedikit sudah masuk wilayah Banyumas. Desa ini bernama Plumutan atau beberapa ejaan menulis sebagai Pelumutan. Saya tidak tau pasti yang mana yang lebih benar. Kami sekeluarga di desa ini adalah murni berdarah jawa dengan sub suku dialek ngapak-ngapak. Penduduk desa rata-rata adalah orang jawa. Belum ditemukan etnis tionghoa atau pendatang dari luar suku saat ini. Kecuali mereka yang melakukan perkawinan antar suku itupun biasanya tinggal di luar Pelumutan.Belum ditemukan catatan yang pasti mengenai asal muasal nama plumutan dan siapa penduduk pertama. Juga kapan desa ini pertama kali berpenduduk.Yang membuat saya ( kontributor ) terlempar jauh ke Jakarta adalah karena pada saat itu tahun 2000-an lapangan kerja di daerah kami sangat susah. Minimal ini menurut saya, karena sekarang perkembangan desa kami sangat jauh membaik, iklim usaha dan lapangan kerja juga jauh berkembang. Berbekal ijazah seadanya saya memutuskan untuk hijrah merantau pergi ke Jakarta dan melamar pekerjaan. Desa pelumutan ini unik. Fakta yang nyata pada jaman itu / era 90-an Desa ini tergolong masuk kategori desa tertinggal ( dulu ada istilah desa IDT- Inpres Desa Tertinggal ) tetapi uniknya banyak melahirkan anak-anak berprestasi. Ini sangat membanggakan. Paling tidak ini diperkuat pernyataan guru SMP saya pada saat itu melihat nama pelumutan sebagai kantong siswa berprestasi, banyak anak-anak yang konon cerdas tetapi karena faktor biaya mereka tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi (Mungkin ini termasuk saya).

Pelumutan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenPurbalingga
KecamatanKemangkon
Kode pos
53381
Kode Kemendagri33.03.01.2003 Edit nilai pada Wikidata
Luas30km
Jumlah penduduk1753 orang
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 7°28′46″S 109°22′1″E / 7.47944°S 109.36694°E / -7.47944; 109.36694

Rata rata petani adalah mata pencaharian penduduk desa. Disamping ada buruh dan pedagang. 

Penduduk desa mayoritas beragama islam. Walaupun mungkin generasi orang tua masih menganut islam yang berbau-bau abangan atau islam adat. Dari keturunan warga desa Pelumutan banyak yang sudah menyebar ke seluruh pelosok nusantara.Oiya kita bicara nenek moyang orang Plumutan dulu yah... Konon menurut cerita bapak saya, nenek moyang orang Plumutan adalah berasal dari Gumelem - Susukan Banjarnegara. Disana sampai sekarang masih terdapat peninggalan berupa petilasan yang menurut cerita ada silsilah dari Sunan Giri. Salah satu walisongo penyebar agama islam di jawa. Nenek moyang kami adalah pengikut atau abdi dari sunan giri. Makanya sampai sekarang disana ada daerah yang disebut sebagai Gerilangan. Atau giri ilangan, dimana menurut cerita orang tua ini adalah tempat sunan giri muspro atau hilang tiada bekas. Kembali ke pelumutan, sekarang jalanan disana sudah sangat bagus. Ekonomi juga berjalan, berbeda dengan era sewaktu saya masih disana belasan tahun silam - Jalanan masih jelek.

Ada 1 pasar desa yang namanya pasar Grumung. Terletak di barat desa yaitu di grumbul Catutan. Disini pusat ekonomi masyarakat berputar. Tidak hanya masyarakat Pelumutan saja tetapi warga senon dan bokol juga banyak yang berkunjung ke pasar ini. Termasuk mungkin warga dari Karang Salam atau Plana dari seberang selatan sungai Serayu. Struktur desanya menganut peninggalan jaman mataram. Dibawah desa ada namanya grumbul. 

Plumutan terdiri dari banyak grumbul 

1. Kedung Ketur

2. Kedung Lumbu

3. Cungis

Selanjutnya masuk wilayah dusun 1

4. Plumutan ( ndukuh)

5. Muntang

Selanjutnya masuk dusun 2

6. Catutan

7. Madas Malang

Masuk ke dusun 3

Mohon kalau salah pembaca yang tau dapat mengkoreksinya, agar lebih memvalidkan informasi ini. Grumbul-grumbul tersebut tidak serta-merta menjadi sebuah dusun tetapi beberapa grumbul menjadi satu dusun.

Yah struktur nya memang begitu dari jaman dahulu.

Pusat pemerintahan ada di ndukuh atau Plumutan. Istilah ndukuh digunakan untuk menyebut nama grumbul yang sekaligus digunakan sebagai nama desa yang mewakili grumbul disekitarnya atau lebih keren nya ibukota desa deh....

Beberapa migrasi penduduk pelumutan ;

1. Transmigrasi di tahun 80-an. Transmigrasi ini membawa salah satunya keturunan keluarga kaki martasentana. Tujun transmigrasi adalah palembang dan lampung. Mereka salah satunya adalah eyang tumun / uwa reksa dan paman mukro. Mereka telah meninggal dunia beberapa bulan yang lalu dan sekarang generasi penerusnya masih terus meneruskan adat budaya plumutan. Dan mereka masih terus merasa sebagai wong plumutan walau tidak lahir dan besar disana.

2. Migrasi ke Purbalingga Kota

Ini terjadi di keluarga eyang tisah. Sekitar tahun 60-an eyang tisah muda dipersunting oleh seorang polisi dari Purbalingga kota. Belakangan mereka tinggal di kelurahan Planjan - Kalimanah - Purbalingga. Itu lho sekitar pom bensin selatan terminal purbalinga. Anak cucunya masih terus merasa bahwa Pelumutan adalah asal muasal nenek moyangnya. Di catatan saya anak cucu eyang tisah ini menyebar ke Cilacap, Bogor, Serang banten.

Masih banyak migrasi lain yang saya masih blm memiliki datanya. Seperti ke kalimantan, malang, jakarta (paling banyak). 

Jika pembaca ada yang merasa sebagai orang pelumutan silahkan ditambahkan atau dikoreksi. Saya bangga menjadi wong Plumutan.

Nama kepala desa pelumutan yang berhasil saya himpun dari jaman dulu ;

1. Eyang penatus ( nama tidak tahu ). eyang ini memerintah sejak jaman belanda. masih sedikir catatan saya tentang eyang ini.

2. Eyang penatus 2 ( nama juga blm tau. nanti saya telpon bapak dulu deh namanya siapa ). Eyang penatus yang kedua ini memerintah sampai sekitar tahun 1984. Menurut sejarah yang saya dengar, eyang ini sangat tegas. disegani di wilayah Kemangkon. Beliau meninggal ketika masih menjabat sebagai kepala desa karena pada saat itu memang kepala desa dijabat seumur hidup. Yang saya ingat ciri khas eyang penatus ini memakai baju hitam, belangkon, celana komprang dan menggunakan tudung besar. Itupun ingatan saya sejauh saya tau beliau karena beliau meninggal ketika saya masih sangat belia ( 3 tahun )

3. Bapak Sumaryo. Memerintah dari tahun 1984 - 1992. Adalah seorang guru sebuah sekolah di kala itu yang rela meninggalkan pekerjaan PNS sebagai guru karena terpanggil untuk mengabdi ke desa tercinta. Beliau memerintah 1 periode dan telah memberikan warna tersendiri akan desa tercintaku ini.

4. Bapak Harianto BA. beliau adalah seorang profesional putra daerah yang berpengalaman di Jakarta. Rela meninggalkan jakarta dan kembali ke kampung halaman untuk mengabdi. Beliau memerintah desa dari tahun 92 sampai 99.

3. Bapak Cipto Yuwono. Karena kecintaan kepada masyarakat dan masyarakat juga masih sangat mencintainya beliau memimpin pelumutan selama 2 periode. Tahun 99 sampai tahun 2014 yang lalu.

Beliau juga berlatar belakang profesional yang lama berkiprah di jakarta. Belakangan beliau aktif di partai tertentu.

4. Bapak Kismono. Beliau adalah orang yang memerintah di desa sampai sekarang. Saya tidak memiliki catatan banyak tentang pak Kismono ( maaf lagi sambil menghimpun data ) sumber ; http://mungkar.blogspot.co.id/2015/07/plumutan-purbalingga-adalah-tanah.html

Fasilitas Umum