Gunung Bawakaraeng

gunung di Indonesia
Revisi sejak 22 Juli 2017 19.11 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Gunung Bawakaraeng atau Gunung Bulu' Bawakaraeng merupakan sebuah gunung berketinggian 2.845 Mdpl yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan meliputi wilayah Kabupaten Gowa dan Kabupaten Sinjai. Suhu minimum adalah sekitar 17 °C hingga maksimum 25 °C. Di lereng gunung ini terdapat wilayah ketinggian, Malino, tempat wisata terkenal di Sulawesi Selatan. Secara ekologis gunung ini memiliki posisi penting karena menjadi sumber penyimpan air untuk Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sinjai. Sejak terbentuknya, Gunung Bulu' Bawakaraeng telah mengalami 3 kali erupsi di pada masa lampau. 2/3 bagian Gunung Bulu' Bawakaraeng terlepas akibat erupsi besar dan sekarang menjadi wilayah Kota Makassar. Ketinggian Gunung Bulu' Bawakaraeng sebelumnya sekitar 6.780 Mdpl[butuh rujukan]

Gunung Bawakaraeng
Titik tertinggi
Ketinggian2.845 Mdpl (9.333 Kaki)
Koordinat5°18′59″S 119°56′39″E / 5.316376°S 119.944274°E / -5.316376; 119.944274
Geografi
LetakSulawesi Selatan, Indonesia
Geologi
Jenis gunungMountain

Geologi

Geologi Gunung Bulu' Bawakaraeng terbentuk oleh endapan vulkanik Gunung Lompobattang terdiri dari lava, tufa lahar dan breksi vulkanik yang telah mengalami pelabukan hingga berubah menjadi lempung lanau dan bersifat pasir gembur. Batuan lainnya yang terdapat di sekitar lokasi bencana antara lain endapan aluvium, endapan sumbat, endapan erupsi parasitik, anggota breksi, endapan vulkanik baturepe dan formasi Camba. Struktur Geologi yang terdapat berupa sesar normal dengan arah relatif utara - selatan dan baratlaut -tenggara. Sungai besar yang berhulu di gunung ini adalah Sungai Jeneberang, Sungai Tangka dan Sungai Dannuang.

Pendakian

Gunung Bulu' Bawakaraeng terletak di 75 Km dari Kota Makassar. Secara Geografis, Gunung Bulu' Bawakaraeng terletak di perbatasan [[[Kabupaten Gowa]] dan Kabupaten Sinjai, sehingga pencapaian menuju puncak gunung ini dapat dilakukan dari dua jalur yaitu, Jalur Lembanna di Kabupaten Gowa tepatnya mulai dari Dusun Lembana, Desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong. Dan jalur satunya adalah Jalur Tassoso’ yang terletak di Dusun Tassoso, Desa Gunung Perak, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai. Waktu tempuh untuk pendakian Bulu' Bawakaraeng dirata-rata jika diukur dari desa terakhir kira-kira 6 – 8 jam perjalanan[1].

Keanekaragaman Hayati

Hutan gunung ini didominasi oleh vegetasi hutan dataran rendah, hutan pengunungan bawah dan hutan pegunungan atas. Tumbuhan yang banyak ditemui diantaranya Jenis pinus, anggrek, edelweis, paku-pakuan, pandan, cengkeh, santigi, rotan, lumut kerak dan lain sebagainya. Sedangkan untuk jenis fauna yang bisa ditemui antara lain, Anoa, babi hutan, burung pengisap madu, burung coklat paruh panjang dan lainnya. Gunung ini merupakan hulu Sungai Jeneberang. Serta merupakan Kawasan Hutan Wisata. Gunung ini juga termasuk kedalam kawasan Hutan Lindung Gunung Lompobattang.

Longsor (Debris Slide)

Pada hari Jumat, tanggal 26 Maret 2004 sekitar pukul 14.00 WITA, Peristiwa Debris Slide terjadi pada kaldera Pegunungan Lompobattang-Gunung Bawakaraeng (sekitar area pos 8 Gunung Bawakaraeng), dengan jumlah buangan material terbesar (±300.000.000 meter kubik). Peristiwa ini mengakibatkan 30 warga meninggal dunia dan menimbum ribuan areal sawah dan perkebunan. Eks wilayah longsor tersebut mengakibatkan daerah aliran sungai (DAS) menjadi labil. Setiap musim hujan, lumpur di kaki Gunung Bawakaraeng mengalir masuk ke Bendungan Bilibili, bedungan terbesar di Sulawesi Selatan yang ada di Kabupaten Gowa, yang menjadi sumber air baku di Gowa dan Makassar. Lumpur juga mengalir masuk ke Sungai Jeneberang, sungai terbesar di Gowa yang membelah Sungguminasa ibukota Kabupaten Gowa serta membendung Kota Makassar di wilayah selatan.

Lihat pula

  1. ^ Jalur Pendakian Gunung Bawakaraeng