Pokja Papua

Revisi sejak 2 Januari 2006 22.01 oleh *drew (bicara | kontrib) (tambah isi dari artikel "PROFIL SINGKAT POKJA PAPUA")

Perkumpulan Masyarakat Jakarta Peduli Papua atau disingkat Pokja Papua, adalah organisasi non-pemerintah yang didirikan untuk tujuan mendorong perwujudan prinsip-prinsip demokrasi dan pemenuhan hak asasi manusia bagi masyarakat Papua. Secara resmi Pokja Papua, didirikan pada 25 November 2002, bertempatan dengan tahun ke-2 Undang-undang No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Saat ini Pokja Papua beranggotakan sebelas individu.

Pokja Papua telah merumuskan visinya: “(m)enjadi lembaga terdepan yang seniantiasa mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan dan mengawasi implementasi kebijakan bagi Papua yang demokratis, berkeadilan dan melindungi hak asasi dan kebebasan rakyat Papua”. Selanjutnya, Pokja Papua mempunyai misi: “mendorong kebijakan-kebijakan yang demokratis, berkeadilan serta menghormati hak asasi manusia, sehingga bisa memberikan peluang bagi masyarakat Papua untuk mengaktualisasikan dirinya, baik secara politik, ekonomi, social dan budaya.”

Berdasar pada visi dan misi Pokja Papua tersebut, perkumpulan ini merumuskan program yang mempunyai 2 tujuan utama, yakni: 1. berkontribusi dalam advikasi kebijakan agar tercipta tata pemerintahan yang baik di Papua dengan cara mensinergikan inisiatif-inisiatif positif para pemangku kepentingan (multi-stakeholders) di Jakarta; 2. mendorong perwujudan supremasi hukum yang berkeadilan di Papua.; 3. turut serta mendorong dan terlibat dalam dialog konstruktif mencari solusi terhadap problem-problem di papua baik di level lokal, nasional dan internasional.

Selain itu, semua aktivitas Pokja Papua dimaksudkan untuk “menjembatani komunikasi antara organisasi masyarakat sipil di Papua dengan para pembuat kebijakan di Jakarta dan komunitas internasional”

Selanjutnya, output program Pokja Papua dikelompokkan menjadi 3 (tiga) keluaran utama: 1. adanya advokasi kebijakan yang mendorong terciptanya tata pemerintahan yang demokratis di Papua; 2. adanya inisiatif dan dorongan perwujudan supremasi hukum yang berkeadilan, termasuk jaminan dan pemenuhan hak asasi dan kebebasan dasar di Papua, serta; 3. meningkatnya kapabilitas, akuntabilitas dan efektifitas perkumpulan ini untuk menopang semua aktivitas yang telah direncanakan.


Profil Inisiator Pokja Papua

A. Patra M. Zen (Koordinator), Wakil Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Menyelesaikan Sarjana bidang Hukum Pidana di Universitas Sriwijaya dan mendapat LL.M in International Human Rights Law dari University of Essex (Inggris). Aktif menulis di media dan menjadi pembicara diberbagai pertemuan nasional dan internasional. Saat ini tercatat sebagai Koordinator Peneliti pada Inrise (Institute for Economic and Social Research) dan roster pada Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA)

Ammiruddin Al Rahab, Koordinator Program Penghapusan Kekerasan Struktural Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM). Menulis buku antara lain: “Dalam Tawanan Rezim Lama: Situasi Hak Asasi Manusia Sepanjang Tahun 2000” (2001), dan menyunting buku: “Cahaya Bintang Kejora: Papua Barat dalam Kajian Sejarah, Budaya, Ekonomi, dan Hak Asai Manusia” (2000); “Kibaran Sampari: Pembebasan OPM dan Perang Rahasia Indonesia di Papua Barat” (2001).

Andrinov Chaniago, Direktur Center of Indonesion Regional dan Urban Studies (CIRUS). Aktiv sebagai pembicara dalam berbagai seminar dan konferensi.

Pdt. Emmy Sahertian, selain menjadi Kordinator Solidaritas Nasional untuk Papua (SNuP), ia menjabat Sekretaris Eksekutif Indonesian Christian Association for Health Services (ICAHS). Ia aktif melakukan pendidikan hak asasi manusia (human rights education) terutama untuk anak-anak dan pemuda Papua.

Frans Maniagasi, intelektual asal Papua ini aktif dalam Forum Sabang Merauke (FORSAM), menjabat Ketua. Menulis artikel di media cetak dan aktif menjadi pembicara di berbagai seminar, konferensi dan diskusi public yang membahas Papua. Salah satu bukunya berjudul: “Masa Depan Papua: Merdeka, Otonomi Khusus & Dialog” (2001)

Indra J. Piliang, kolumnis muda ini lahir di Pariaman, Sumatra Barat, 19 April 1972. Menyelesaikan S-1 di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1997). Selain menjadi peneliti pada Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta, dengan fokus Otonomi Daerah, ia juga aktivis Berantas (Perhimpunan Rakyat Jakarta untuk Pemberantasan Korupsi).

M. Ridha Saleh, saat ini menjabat Deputi Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Sebelumnya pakar lingkungan hidup ini aktif di Yayasan Pendidikan Rakyat.

Suster Maya, aktivis kemanusiaan ini, tercatat juga aktif dalam Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI), desk Papua.

Philips Jusario Vermonte, lahir di Manila, 14 Juli 1972. Saat ini tercatat sebagai peneliti pada Departemen Hubungan International Centre of Strategic and International Studies (CSIS) dan dosen di Departemen Hubungan Internasional Universitas Paramadina. Menyelesaikan sarjana bidang hubungan internasional di Universitas Padjajaran (1996), menyandang MA bidang studi hubungan internasional dari University of Adelaide, Australia (2000). Mahasiswa program Doktor pada Political Science Department Northern Illinois University (Dekalb, Illinois), US. Aktif menulis di berbagai penerbitan dan menjadi pembicara di berbagai pertemuan nasional dan internasional.

Usman Hamid, mantan aktivis dan eksponen ‘98. Saat ini menjabat Kordinator Badan Pekerja Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).

Wolas Krenak, aktivis Papua, sekarang bekerja sebagai wartawan senior di Suara Pembaruan, salah satu harian ibu kota.

Alamat Pokja Papua: Jalan Mendut No. 3 Jakarta Pusat 10320 Indonesia. Telepon /Fax. 62-21-7099 5377 email. [email protected] milist. [email protected]

Pranala Luar


Opini Pokja Papua

D - Darurat Otonomi Daerah oleh Indra J Piliang

I - Inkonsistensi Jakarta terhadap Papua oleh Frans Maniagasi

K - Kado Damai untuk Papua oleh Indra J Piliang

M Menjajaki Pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi oleh Usman Hamid

N - Nestapa Papua dan Konsistensi Kita oleh Frans Maniagasi

O Otsus Papua di Ujung Tanduk oleh Frans Maniagasi

P - Papua 42 Tahun Integrasi dalam NKRI oleh Frans Maniagasi - Pemerintah Baru dan Agenda Papua oleh Frans Maniagasi - Presiden Terpilih Harus Memperhatikan Masalah Papua oleh Frans Maniagasi

S - Solusi Damai untuk Papua oleh Indra J Piliang

U - Urgensi Menteri Otonomi Khusus oleh Indra J Piliang


Pokja Papua dalam Media

B - Bias Migran jika Pilkada Langsung Papua

D - Dewan Adat Papua: Rakyat Papua Menolak Pemekaran

K - Kejaksaaan Harus Pertimbangkan Dissenting Opinion - Kelaparan. Maniagasi: Tak Semua Warga Meninggal Kelaparan - Kesalahan Tangani Papua Terus Berlangsung

M - Majelis Rakyat Papua Segera Terbentuk - Mendagri: MRP Dibentuk Sebelum Pilkada - Mendagri Tak Berhak Tunda Pilkada Irjabar - MRP Tidak Dibentuk, Pilkada di Papua Potensial Rusuh

P - Pemerintah Diharapkan Bijaksana Soal Papua - Pemerintah Pusat Jangan Mengadu Domba Rakyat Papua - Pemerintah Harus Perbaiki Kesalahan Tangani Papua - Pilkada Butuh Rp 923,3 Miliar - Pengembalian Otsus: Lemahnya Penegakan HAM di Papua. Memotret Persidangan Abepura di Makassar - Pilkada di Papua Harus Tunggu MRP Terbentuk - Pilkada di Papua Harus Tunggu MRP Terbentuk - Pilkada Irjabar "Separatisme Jakarta" Ancam Integrasi Papua - Pilkada Irjabar. Soal Otsus Papua, Pemerintah Dinilai Tidak Serius - Presiden Terpilih Harus Miliki Paradigma Baru terhadap Papua - Pokja Papua Desak Pembentukan MRP Selambatnya Juni - Pokja Papua: Pemerintah Perlu Merespons Dengan Bijak Atas Sikap Dewan Adat

S - Segera Bentuk MRP - Solusi Papua Tak Jelas

W - W. Papua, bone of contention between govt and Papuans - West Papua: Jakarta's Exploitative Policies Lead to Mistrust