Invasi Sumatra
Invasi Sumatera adalah serangan oleh pasukan Kekaisaran Jepang terhadap Hindia Belanda yang terjadi dari 14 Februari hingga 28 Maret 1942. Invasi ini merupakan bagian dari Perang Pasifik di Asia Tenggara selama Perang Dunia II dan menyebabkan direbutnya Pulau Sumatera. Invasi Sumatera direncanakan terjadi sebelum invasi Jawa untuk menghancurkan sayap barat Sekutu dan memberi akses ke Jawa.
Invasi Sumatera (1942) | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Dunia II, Perang Pasifik | |||||||
Fasilitas pelabuhan di Bandar Lampung dihancurkan agar tidak dapat digunakan Jepang, 20 Februari 1942 | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Belanda Britania Raya Australia Amerika Serikat | Jepang | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Sumatera Tengah: Mayor Jenderal Roelof T. Overakker[1] Sumatera Barat: Letnan Kolonel John Blogg[2] Sumatera Utara: Kolonel George Gosenson[2] Laksamana Muda Karel Doorman[3] |
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang Wakil Laksamana Jisaburō Ozawa[4] Angkatan Laut Kekaisaran Jepang Laksaman Muda Shintarō Hashimoto[5] Angkatan Laut Kekaisaran Jepang Laksaman Muda Kakaji Kakuta[6] Letnan Jenderal Tomoyuki Yamashita Tentara ke-16: Letnan Jenderal Hitoshi Imamura[7] |
Latar belakang
Setelah Jepang berhasil menaklukkan Semenanjung Malaya, Sekutu mulai mengalihkan personelnya pada Desember 1941 ke Sumatera. Pertama pengebom Britania dan Australia dipindahkan secara bergantian ke selatan pulau untuk memulihkan diri dari kekalahan di Semenanjung Malaya. Selain itu, sebuah konvoi membawa 3.400 tentara Australia ke Sumatera.
Dalam sebuah konferensi gabungan pada 16 Desember, Belanda meminta bantuan untuk memperkuat pertahanan Sumatera dan Jawa. Selanjutnya, rencana dilakukan di Sabang untuk mendirikan kamp pasokan Medan dan Pekanbaru. Namun, rencana ini direvisi pada 27 Desember, di mana lapangan udara P1 (Pangkalanbenteng) dan P2 (Praboemoelih) dekat Palembang dipilih sebagai lokasi kantor pusat baru untuk menempatkan relai pengebom operasional. P2 belum ditemukan oleh penerbangan pengintai Jepang sampai saat itu. Karena keadaan lapangan udara yang buruk, relokasi mulai pada 31 Desember; staf lapangan yang dapat bekerja tiba pada awal Januari. Lapangan udara lain terletak di Oosthaven, Bandar Lampung saat ini. Pekerjaan di jalan juga mulai di Medan dan Pekanbaru. Kurangnya senjata antipesawat diperbaiki dengan pengiriman enam senjata antipesawat Bofors berat dan ringan ke setiap lapangan udara Palembang.[8]
Referensi
Catatan
- ^ L, Klemen (1999–2000). "Major-General Roelof T. Overakker". Forgotten Campaign: The Dutch East Indies Campaign 1941-1942.
- ^ a b L, Klemen (1999–2000). "The Japanese Invasion of Sumatra Island". Forgotten Campaign: The Dutch East Indies Campaign 1941-1942.
- ^ L, Klemen (1999–2000). "Rear-Admiral Karel W.F.M. Doorman". Forgotten Campaign: The Dutch East Indies Campaign 1941-1942.
- ^ L, Klemen (1999–2000). "Vice-Admiral Jisaburo Ozawa". Forgotten Campaign: The Dutch East Indies Campaign 1941-1942.
- ^ L, Klemen (1999–2000). "Rear-Admiral Shintaro Hashimoto". Forgotten Campaign: The Dutch East Indies Campaign 1941-1942.
- ^ L, Klemen (1999–2000). "Rear-Admiral Kakaji Kakuta". Forgotten Campaign: The Dutch East Indies Campaign 1941-1942.
- ^ L, Klemen (1999–2000). "Lieutenant-General Hitoshi Imamura". Forgotten Campaign: The Dutch East Indies Campaign 1941-1942.
- ^ L, Klemen (1999–2000). "The Battle for Palembang, February 1942". Forgotten Campaign: The Dutch East Indies Campaign 1941-1942.
Bibliografi
- Womack, Tom (2006). Dutch Naval Air Force Against Japan: The Defense of the Netherlands East Indies, 1941-1942. McFarland & Company. ISBN 0-7864-2365-X.
- Tarling, Nicholas (2001). A Sudden Rampage: The Japanese Occupation of South East Asia. C. Hurst & Co. ISBN 1-85065-584-7.