Umar Wirahadikusuma

Revisi sejak 11 Maret 2008 10.57 oleh Borgxbot (bicara | kontrib) (Robot: Cosmetic changes)

Umar Wirahadikusuma lahir di Situraja, Sumedang, Jawa Barat, 10 Oktober 1924. Beliau dikenal sebagai jenderal yang tidak banyak cakap bahkan terkesan pendiam. Tetapi beliau mampu mencapai posisi-posisi strategis baik ketika masih aktif di militer maupun ketika telah menjadi waarga sipil. Karir kemiliterannya dimulai ketika beliau lulus dari pendidikan PETA dan ditempatkan di daerah Jawa Barat sebagai komandan satuan PETA di daerah tersebut. Setelah proklamasi tahun 1945 dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) terbentuk Umar ditunjuk menjadi komandan TKR di daerah Cicalengka, kemudian berturut-turut beliau menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Resimen X Tasikmalaya (1946), Ajudan Panglima Divisi Siliwangi (1947), Komandan Batalyon 1-U/III Cirebon (1947). Nama Umar Wirahadikusuma cukup dikenal dikawasan Jawa Barat dan Jawa Tengah ketika ikut dalam penumpasan pemberontakan PKI Musso. Karena itulah pada tahun 1949 beliau ditarik ke Solo menjadi Komandan Batalyon IV/Be XIII Solo. Setelah pengakuan kedaulatan Umar Wirahadikusuma ditarik kembali ke Jawa Barat untuk menjabat Komandan Komando Militer Kota Cirebon (1950), kemudian ditarik lagi ke divisi Siliwangi untuk menjabat Kepala Satuan III Divisi Siliwangi (1951), setahun kemudian dia ditunjuk sebagai Kepala Staf Brigif-L Cirebon (1952), kemudian ditunjuk untuk menduduki jabatan Komandan Resimen XI/Cop Sektor A-I. Tahun 1953 Umar Wirahadikusuma dimutasi ke Medan untuk menjabat sebagai Inspektur Jenderal T dan TIII, lalu tahun 1957 beliau ditunjuk sebagai Komandan Resimen 10-RTP Sibolga. Umar ditarik kembali ke Jakarta tahun 1959 untuk menjadi Komandan Komando Militer Kota Besar Jakarta Raya. Bintang satu bertengger di pundak Umar Wirahadikusuma ketika dilantik menjadi Pangdam V/Jaya yang pertama pada tahun 1960, nama Umar semakin dikenal publik ketika turut andil dalam meredam gejolak pemberontakan PKI tahun 1965 yang dikenal dengan nama G30SPKI. Bantuannya yang cukup besar dalam membantu Mayjend Soeharto (Presiden RI yang ke 2) yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategi Tjadangan Angkatan Darat (Pangkstrad) membuatnya menjadi salah satu orang kepercayaan Mayor Jenderal Soeharto sehingga Umar pun dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Jenderal dan menggantikan Soeharto menjadi Pangkostrad pada tahun 1965, setahun kemudian dia merangkap jabatan sebagai Pangkolaga. Lepas dari jabatan Pangkostrad Umar ditunjuk menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, dan tahun 1969 beliau mencapai karir tertingginya di dunia kemiliteran sebagai Kepala Staf Angkatan Darat menggantikan Jenderal TNI M Panggabean. Setelah meninggalkan dunia kemiliteran, jabatan sipilnya dimulai ketika dia menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan dari tahun 1973 hinggaa tahun 1983. Ketika Seharto terpilih lagi menjadi Presiden RI pada tahun 1983 secara mengejutkan Soeharto kembali menunjuk Umar Wirahadikusuma sebagai Wakil Presiden untuk mendampinginya, hal ini semakin membuktikan betapa percayanya Soeharto pada sosok Umar Wirahadikusuma. Umar Wirahadikusuma menjabat sebagai Wakil Presiden dari tahun 1983 sampai tahun 1988. Beliau menggantikan Adam Malik sebagai Wakil Presiden pada tahun 1983, lalu beliau digantikan oleh Sudharmono sebagai Wakil Presiden pada tahun 1988. Umar Wirahadikusuma wafat di Jakarta pada 21 Maret 2003. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.