Harimau jawa
Harimau jawa | |
---|---|
Foto harimau jawa yang diambil pada tahun 1938 di Taman Nasional Ujung Kulon. | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | |
Subspesies: | P. t. sondaica
|
Nama trinomial | |
Panthera tigris sondaica Temminck, 1844
| |
Wilayah dari Harimau Jawa |
Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) adalah subspesies harimau yang hidup terbatas (endemik) di Pulau Jawa[1]. Harimau ini telah dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis.
Pengenalan
Dibandingkan dengan jenis-jenis harimau di Benua Asia, harimau jawa terhitung bertubuh kecil. Namun harimau ini mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar daripada harimau bali dan kurang lebih sama besar dengan harimau sumatera. Harimau jawa jantan mempunyai berat 100-140 kg, sementara yang betina berbobot lebih ringan, antara 75–115 kg[2]. Panjang kepala dan tubuh hewan jantan sekitar 200-245 cm; hewan betina sedikit lebih kecil[3].
Habitat dan sebaran
Harimau jawa tercatat menghuni hutan-hutan dataran rendah, hutan belukar, dan mungkin pula berkeliaran hingga ke kebun-kebun wanatani di sekitar perdesaan, karena pernah pada masanya hewan ini dianggap sebagai hama sehingga banyak diburu atau diracun orang[3][4][5]. Wilayah jelajahnya tidak melebihi ketinggian 1.200 m dpl.[6]
Macan ini biasa memangsa babi hutan, rusa jawa, banteng, dan kadang-kadang juga reptil serta burung air[3].
Harimau jawa diketahui hanya didapati di Pulau Jawa.[7]
Kepunahan
Pada awal abad ke-19, harimau ini masih banyak berkeliaran di Pulau Jawa. Pada tahun 1940-an, harimau jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Ada usaha-usaha untuk menyelamatkan harimau ini dengan membuka beberapa taman nasional. Namun, ukuran taman ini terlalu kecil dan mangsa harimau terlalu sedikit. Pada tahun 1950-an, ketika populasi harimau jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian angka ini kian menyusut. Pada tahun 1972, hanya ada sekitar 7 harimau yang tinggal di Taman Nasional Meru Betiri.
Ada kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950-an ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini. Terakhir kali ada sinyalemen dari harimau jawa ialah pada tahun 1972. Pada tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di Pulau Jawa. Kemungkinan kecil binatang ini belum punah. Pada tahun 1990-an ada beberapa laporan tentang keberadaan hewan ini, walaupun hal ini tidak bisa diverifikasi.[8][9]
Meskipun demikian banyak laporan penampakan harimau jawa di hutan Jateng dan Jatim.[10][11]
Pada akhir tahun 1998 telah diadakan Seminar Nasional harimau jawa di UC UGM yang berhasil menyepakati untuk dilakukan "peninjauan kembali" atas klaim punahnya satwa ini. Hal tersebut karena bukti-bukti temuan terbaru berupa jejak, guratan di pohon, dan rambut, yang diindikasikan sebagai milik harimau jawa. Secara mikroskopis, struktur morfologi rambut harimau jawa dapat dibedakan dengan rambut macan tutul. Oleh karena itu hingga sekarang masih dilakukan usaha pembuktian eksistensi satwa penyandang status punah ini.
Di samping harimau jawa, ada dua jenis harimau yang punah pada abad ke-20, yaitu harimau bali dan harimau kaspia.
Catatan taksonomis dan etimologis
Secara tradisional, harimau jawa ditempatkan sebagai salah satu dari sembilan anak jenis Panthera tigris, yakni P.t. sondaica. Akan tetapi kajian baru-baru ini terhadap beberapa ciri pada tengkorak harimau jawa, dibandingkan dengan beberapa kerabat terdekatnya, menyimpulkan bahwa ia merupakan spesies yang tersendiri; dengan nama ilmiah Panthera sondaica. Di samping itu, kajian juga berpendapat bahwa harimau sumatera pun merupakan spesies penuh, P. sumatrae; sementara harimau bali adalah anak jenis harimau jawa dengan nama trinomial P. sondaica balica.[7]
Epitet spesifik sondaica merujuk pada pulau-pulau Sunda Besar, yaitu Sumatera, Jawa, dan Bali di mana ditemukan harimau. Ketika nama itu ditelurkan (1844), belum diketahui bahwa taksa dari Sumatera dan Bali berbeda dengan yang dari Jawa.
Penelitian terakhir
Sensus terakhir tentang keberadaan harimau jawa dilakukan selama 1 tahun, yaitu sejak tahun 1999-2000. Survei selama 12 bulan ini berlangsung di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, atas permintaan langsung kepala taman nasional, Indra Arinal, dan didukung oleh Direktur Konservasi Flora dan Fauna, Ir. Koes Saparjadi, karena adanya laporan dari beberapa orang staf taman nasional serta warga setempat yang menduga bahwa harimau jawa masih ada.
Sebanyak 12 staf taman nasional dilatih dengan dibekali 20 unit kamera, selain itu juga mendapat bantuan dari yayasan "The Tiger Foundation" berupa 15 unit kamera inframerah dalam rangka memfasilitasi upaya sensus.
Hasil sensus mengatakan: Tidak ada harimau jawa, hanya sedikit mangsa, banyak pemburu liar.[12]
Dugaan penampakan
Sesekali, laporan tidak resmi dari harimau jawa masih muncul dari penggemar yang percaya harimau masih ada di Jawa.[13]
Pada November 2008, sebuah jasad wanita tak dikenal dari pendaki gunung ditemukan di Taman Nasional Gunung Merbabu, Jawa Tengah, yang diduga meninggal karena serangan harimau. Penduduk desa yang menemukan tubuhnya juga mengklaim beberapa penampakan harimau di sekitarnya.[14]
Dugaan penampakan lain terjadi di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, pada bulan Januari 2009. Beberapa warga mengaku telah melihat harimau betina dengan dua anaknya berkeliaran di dekat sebuah desa yang berdekatan dengan Gunung Lawu. Berita ini memicu kepanikan massal. Pemerintah setempat menemukan beberapa jejak segar di lokasi. Namun, pada saat itu, hewan-hewan yang dimaksud sudah lenyap.[15]
Setelah letusan Gunung Merapi pada Oktober 2010, dua warga Indonesia telah mengklaim penampakan dari bekas cakar kucing besar di abu sisa, yang memicu rumor bahwa harimau atau macan tutul berkeliaran di peternakan yang ditinggalkan untuk mencari makanan. Personil dari taman nasional di dekatnya tidak berpikir bahwa itu bekas cetakan kaki dari harimau.[16]
Pada September 2017, hewan diduga Harimau Jawa terekam kamera di Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).[17]
Galeri
-
Faktor yang dianggap menjadikan harimau jawa punah adalah kerusakan habitat akibat tekanan penduduk dan perburuan intensif pada awal abad ke-20.
-
Seekor harimau jawa ditembak di Malingping, Lebak (tahun 1941).
Lihat pula
Referensi
- ^ Javan Tiger
- ^ Tiger Home: The Javan Tiger - Panthera tigris sondaica
- ^ a b c Tiger Tribe: Javan Tiger
- ^ The Sixth Extinction: Panthera tigris sondaica
- ^ Seidensticker, J. 1987. "Bearing Witness: Observations on the Extinction of Panthera tigris balica and Panthera tigris sondaica". Pages 1–8 in: Tilson, R. L., Seal, U. S. (eds.) Tigers of the World: the biology, biopolitics, management, and conservation of an endangered species. New Jersey :Noyes Publications.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamatemm
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamamazak
- ^ Bambang M. 2002. In search of 'extinct' Javan tiger. The Jakarta Post (October 30).
- ^ Harimau jawa belum punah! (Indonesian Javan Tiger website)
- ^ Populasi harimau jawa dikabarkan masih tersisa di hutan Trenggalek
- ^ Misteri keberadaan harimau jawa
- ^ Javan Tigers
- ^ Bambang M. (2002). In search of 'extinct' Javan tiger. The Jakarta Post, October 30, 2002.
- ^ DetikNews Nov 17, 2008: Pendaki Wanita Tewas di Gunung Merbabu, Diduga Diterkam Harimau
- ^ JawaPos 24 Januari 2009: Harimau Teror Warga Ringin Agung
- ^ The Sydney Morning Herald (2010) Tiger rumours swirl below Indon volcano The Sydney Morning Herald, 2 November 2010.
- ^ Liputan6.com. "Aneh, Harimau Jawa yang Disebut Punah Kedapatan Terkam Banteng". liputan6.com. Diakses tanggal 2017-09-14.