Harry Murti
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Harry Murti (lahir dengan nama Raden Mas Harimurti Koentjoro lahir 22 Oktober 1969) adalah Enterpreneur. Ia merupakan sosok langka di Indonesia, yang awalnya berprofesi sebagai drummer, kemudian mengubah diri jadi pembuat drum handal secara otodidak. Pada 1995, ia mendirikan Harry Drum Craft, yang memproduksi drum berkualitas premium, berdasarkan pesanan dengan harga terjangkau. Ia juga mendirikan dan memimpin Jakarta Drum School. Keahliannya di di dunia musik, tanpa terduga membawanya menjadi penulis. Sejumlah karya tulisnya sudah termuat di Tabloid MUMU, Majalah NewsMusik dan Majalah Audio Pro
Harry Murti | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Raden Mas Harimurti Koentjoro 22 Oktober 1969 Jakarta, DKI Jakarta |
Suami/istri | Norini Setiariani |
Anak | Muhammad Rezky Murti Kevin Ariffi Murti Remo Ibrahim Murti |
Orang tua | RM Koentjoro Widagdo Nilawati Indra |
Almamater | Institute Teknologi Dirgantara SMA Purnama Tirtayasa SMP Negeri 19 Jakarta SD Gunung Kebayoran Baru |
Pekerjaan | Enterpreneur |
Sunting kotak info • L • B |
Masa Remaja
Di jaman SMP pada era 1980-an Harry berinisiatif membentuk band bersama Franky Sihombing (ayahnya Petra Sihombing), Kadek Rihardika, dan Faisal Indra Putra . Band yang diberi nama Rush Rockers (karena gemar dengan musik dari kelompok band Rush) selalu menjadi juara di berbagai festival. Di antara tahun 1982-1985, saingan Rush Rocker adalah Band SMP 12 (Indro Hardjodikoro), Band Titra Marta (Iwan Hasan ) dan Band Pangudi Luhur (Krisna Prameswara).
Sejak awal mengenal drum, Harrry terbiasa memainkan peralatan berkualitas bagus buatan luar negeri. Ini terjadi lantaran, salah satu Om nya bernama Faisal Indra Putra ex drummer kelompok WOW bersama Iwan Madjid dkk, memiliki drum Yamaha YD 9000. Sebuah drum dengan spesifikasi terbaik dan mahal di jaman itu. Ical bisa memiliki drum tersebut karena berhasil memenangkan festival band di Jepang. Drum YD 9000 hanya dibuat oleh Yamaha sebanyak dua buah. Satu untuk pemenang festival, satu lainnya untuk kelompok band jazz fushion : Casiopea.
Sejak diijinkan menggunakan drum hadiah dari Jepang, selera Harry dalam menggunakan drum jadi semakin tinggi. Ia pun jadi bawel jika menemukan drum berkualitas buruk saat latihan di studio ataupun manggung. Namun untuk bisa memiliki drum sendiri dengan kualifkasi bagus dan mahal, jelas tidak mudah. Terlebih, untuk minta pada orang tua belum tentu dibelikan. Harry berfikir, ia harus bekerja dan memiliki banyak uang. Tapi bekerja bukan saat lulus kuliah, melainkan detik itu juga.
Di saat senggang, Harry banyak membaca majalah luar negeri seperti Modern Drummer, Bass Player dan lain-lain. Dalam majalah itu banyak review yang mengupas tentang drum. Dari situ, Harry memahami bahasa yang digunakan dalam musical industry. Ada terminologi - terminologi khusus yang digunakan pada drum.
ia juga mulai berani mengutak-atik drum yang dimainkannya, jika suaranya tidak sesuai yang dikehendaki. Berbekal ilmu dari membaca, Harry pelan pelan mendapat pengetahuan baru tentang drum. Bukan hanya itu, ilmu ini membuatnya berani membuka kesempatan menerima service dari teman-teman yang memiliki masalah dengan drum mereka.
Kegemaran utak atik drum, membuat Harry keasyikan. Kuliahnya di Institute Teknologi Dirgantara jurusan Aeronotika yang dimasukinya sejak 1988 – dan sudah masuk pada semester ke tujuh, tidak memancing minatnya lagi. Harry makin terobsesi bisa membuat drum sendiri. Dan dengan berani ia memutuskan tidak lagi menjadi pemain dan beralih profesi menajdi pengrajin drum. Ia bahkan mendirikan Harry Drum Craft