Shahih Bukhari

kitab hadis Nabi Islam Muhammad karya Al-Bukhari
Revisi sejak 24 September 2017 15.33 oleh NikenTS (bicara | kontrib) (Menambah Kategori:Sunnah menggunakan HotCat)

Kitab Shahih Bukhari merupakan kitab (buku) koleksi hadits yang disusun oleh Imam Bukhari (nama lengkap: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Ju'fi) yang hidup antara 194 hingga 256 hijriah. Kitab ini juga dikenal dengan al-jami al-Musnad as-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulilah SAW wa Sunanihi wa ayyamihi.[1]

Berkas:ArabicSahihBukhari.jpg
Sampul buku Shahih Bukhari

Koleksi hadits ini di kalangan muslim Sunni adalah salah satu dari yang terbaik karena Bukhari menggunakan kriteria yang sangat ketat dalam menyeleksi hadits. Ia menghabiskan waktu 16 tahun untuk menyusun koleksi ini dan menghasilkan 2.602 hadits dalam kitabnya (9.802 dengan perulangan).

Syarat Bukhari

Imam Bukhari tidak menjelaskan secara gamblang metode seleksi hadits yang dipakai dalam menyusun kitabnya. Namun dilihat dari hadits-hadits yang dicantumkan dalam Shahih Bukhari dan dari pernyataan beliau dalam kitabnya yang lain, at-Tarikh al-Kabir, maka para ahli hadits menyimpulkan sebenarnya ada dua syarat:

1. Kualitas Rijal al-Hadits (para perawi hadits)

Dalam masalah ini, Imam Bukhari hanya memilih hadits yang status perawinya tidak dikomentari jelek oleh para pakar hadits. Utamanya dalam hadits yang berkaitan dengan akidah atau dasar Islam. Kalau pun ada, tetapi komentar itu tidak berpengaruh. Sedangkan Imam Muslim juga mencantumkan hadits yang status perawinya diperselisihkan. Inilah alasan Shahih Bukhari lebih utama dari Shahih Muslim.

2. Ittishal as-Sanad (ketersambungan sanad [perawi hadits])

Sedangkan dalam masalah ini, Imam Bukhari menekankan murid mendengar langsung dari gurunya atau paling tidak bertemu walaupun hanya sekali. Beliu tidak mencantumkan hadits mu'an'an (hadits yang di dalamnya ada perawi tidak dikenal). Kecuali jika berasal dari seorang perawi yang terbukti secara kuat telah mendengar dari gurunya. Sedangkan Imam Muslim tidak menetapkan syarat seketat ini.[2]

Penomoran Hadits

Ada beberapa perbedaan dalam metode penomoran hadits-hadits dalam kitab Shahih Bukhari. Hal ini disebabkan pada awalnya Imam Bukhari memang tidak memberikan nomor dalam menyusun shahihnya. Penomoran diperkenalkan oleh peneliti hadits kontemporer untuk memudahkan pencarian. 

Yang populer digunakan adalah metode penomoran Fuad Abdul Baqi (7563 hadits) yang dipakai dalam kitabnya Fath al-Bari, penomoran Dr. al-Bigha (7124 hadits) dan penomoran al-Alamiyah (7003 hadits). [3]

Referensi

  1. ^ Miswanto, MA, Agus (2012). Agama, Keyakinan, dan Etika. Magelang: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam Universitas Muhammadiyah Magelang. hlm. 36. ISBN 978-602-18110-0-9. 
  2. ^ "Shahih Bukhari Indonesia". maktabah.istinbat.com. Diakses tanggal 2017-03-02. 
  3. ^ "Shahih Bukhari Indonesia". maktabah.istinbat.com. Diakses tanggal 2017-03-02. 

Unduhan

Catatan