Pengguna:Otniel Nyaua/Bak pasir
Kabupaten Tolitoli | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Mosimbesang, Mesounguu, Motimpedes Magau | |
Lua error in Modul:Location_map at line 423: Kesalahan format nilai koordinat. | |
Koordinat: Coordinates: Missing latitude Argumen-argumen yang tidak sah telah diberikan kepada fungsi {{#coordinates:}} | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Tengah |
Tanggal berdiri | 11 Desember 1960 |
Dasar hukum | Undang Undang No. 51 Tahun 1999 |
Ibu kota | Tolitoli |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | H. Moh. Saleh Bantilan, SH, MH |
• Wakil Bupati | H. Abd. Rahman Hi. Budding |
Luas | |
• Total | 4,079,77 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 225,875 jiwa |
Demografi | |
• Agama | Islam Kristen Katolik Hindu Buddha |
• Bahasa | Indonesia Totoli |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode area telepon | 0453 |
APBD | Rp. |
DAU | Rp. 617.939.040 |
Situs web | www.tolitolikab.go.id |
Kabupaten Tolitoli (bahasa Inggris : Tolitoli Regency) adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Yang terletak di sebelah utara garis khatulistiwa dengan koordinat 0,35°-1,20° Lintang Utara dan 120°-122,09° Bujur Timur. Letak ibukota kabupaten ini di Kota Tolitoli. Kabupaten ini memiliki luas 4.079,77 km² dengan jumlah penduduknya 225.875 jiwa (2015). Kabupaten ini awalnya bernama Kabupaten Buol Toli-Toli. Kemudian dimekarkan menjadi dua kabupaten menurut UU No. 51 tahun 1999, yaitu Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol. Kabupaten ini memiliki julukan sebagai "Kota Cengkeh", di mana tanaman ini menghiasi sebagian besar gunung-gunung yang ada di kabupaten ini.
Etimologi
Nama Tolitoli menurut legenda masyarakat setempat berasal dari kata Totolu yang artinya tiga. Pengertian "tiga" memiliki maksud bahwa masyarakat Tolitoli berasal dari 3 manusia kayangan yang menjelma dan turun ke bumi melalui : Olisan Bulan (Bambu Emas), Bumbung Lanjat (Puncak Pohon Langsat), dan Ue Saka (sejenis Rotan).
Dalam kepercayaan masyarakat Tolitoli, Olisan Bulan dikenal sebagai Tau Dei Baolan atau Tamadika Baolan, Ue Saka dikenal sebagai Tau Dei Galang atau Tamadika Dei Galang. Sedangkan Bumbung Lanjat dikenal sebagai Tau Dei Bumbung Lanjat atau Boki Bulan.
Dalam masa pemerintahan Belanda di Tolitoli, nama Totolu atau Tau Tolu berubah menjadi Tontoli, sebagaimana tertulis dalam "Lange-Contrack" tanggal 5 Juli 1858 yang ditandatangani oleh Dirk Francois dari pihak Hindia Belanda dengan Raja Bantilan Syafiuddin dari pihak masyarakat Tolitoli. Kemudian di tahun 1918 berubah lagi menjadi Tolitoli yang tertulis dalam "Korte verklaring" yang ditandatangani oleh Raja Haji Mohammad Ali dengan pemerintah Hindia Belanda yang ketika itu Nalu menjadi pusat kerajaan.[1]
Sejarah
Sebelum Pemerintahan Hindia Belanda[2]
Menurut sejarah, Tolitoli mempunyai bentuk pemerintahan sendiri yang bersifat kerajaan dan dipimpin oleh seorang raja yang kemudian berganti menjadi sultan. Yang mana kejayaan kerajaan ini bersamaan dengan masuknya agama Islam yang disebarkan oleh para mubaligh dari Kesultanan Ternate sekitar abad ke-17. Sejak kedatangan para mubaligh tersebut hubungan antara kerajaan Tolitoli dengan Kesultanan Ternate terjalin dengan baik, sehingga berdampak pada wilayah kekuasaan yang dikuasai oleh Kesultanan Ternate serta penobatan raja yang berkuasa di Tolitoli harus dinobatkan di Ternate. Sejak pengakuan Kerajaan Tolitoli terhadap Kesultanan Ternate, maka raja di Tolitoli bergelar "Tamadikanilantik" yang selanjutnya diberi gelar Sultan. Yang sekaligus berubah bentuk dari bersifat Kerajaan berganti menjadi Kesultanan, dengan nama Kesultanan Tolitoli.
Raja pertama yang mendapat kehormatan untuk dilantik dan dinobatkan di Ternate adalah Raja Imbaisug. Raja Imbaisug dan saudaranya Djamalul Alam dipilih bersama-sama di Ternate tahun 1773, dengan ketentuan apabila Raja Imbaisug meninggal maka harus digantikan oleh Djamalul Alam.
Berikut raja atau sultan yang memerintah Kerajaan Tolitoli atau Kesultanan Tolitoli sebelum kedatangan Belanda:
- Raja Imbaisug;
- Sultan Djamalul Alam (saudara dari Raja Imbaisug);
- Sultan Mirfaka (putra sulung dari Sultan Djamalul Alam), memerintah di wilayah Dondo;
- Raja Muhiddin (putra kedua dari Sultan Djamalul Alam), memerintah di Tolitoli dengan julukan Tau Dei Beanna;
- Raja Mohammad Yusuf Syaiful Muluk Muidjuddin bergelar Malatuang yang berarti "yang patut disembah" dengan julukan Tau Dei Buntuna. Raja ini memerintah dari tahun 1781-1812 dan dimakamkan di Buntuna, Desa Tambun. Raja Mohammad Yusuf Malatuang berkedudukan di Kalangkangan dan mendirikan istana di Nalu. Istana tersebut diberi nama Bale Dako (istana besar) atau Bale Masigi (istana yang puncaknya seperti kubah masjid).
- Raja Bantilan Syafiuddin (putra dari Raja Mohammad Yusuf Syaiful Muluk Muidjuddin), pada masanyalah Belanda masuk ke Tolitoli.
Masa Pemerintahan Hindia Belanda
- Raja Bantilan Syafiuddin (1859-1867)
- Raja Haji Abdul Hamid Bantilan (1869-1901)
- Raja Haji Ismail Bantilan (1908-1918)
- Raja Haji Muhammad Ali Bantilan (1918-1919)
- Raja Haji Mohammad Saleh Bantilan (1920-1922)
Pemberontakan terhadap Pemerintahan Hindia Belanda
Masa Pemerintahan Jepang
Pemberontakan Malomba
Masa Setelah Kemerdekaan
Geografi
Geologi
Batas Administrasi
Kabupaten ini memiliki batas-batas wilayah di bagian Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi. Di bagian sebelah timur kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Buol. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Donggala, sedangkan di sebelah barat dengan Selat Makassar.
Iklim
Iklim di Kabupaten Tolitoli dipengaruhi dua musim yaitu musim Barat yang basah dan musim Utara yasng kering. Dimana angin barat bertiup antara bulan Oktober sampai bulan Maret yang ditandai dengan musim penghujan. Sedang angin utara bertiup antara bulan April sampai bulan September yang ditandai dengan musim kemarau.
Pada tahun 2015, suhu udara berkisar pada rata-rata minimum 23,65° C sampai dengan rata-rata maksimum mencapai 31.65° C. Kelembaban udara rata-rata mencapai 78,03%. Curah hujan tahun 2015 sebesar 968 mm, dengan rata-rata sebesar 80,67 mm. [3]
Demografi
Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Tolitoli pada tahun 2015 mencapai 225.875 jiwa. Kecamatan penyumbang jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Baolan dan paling rendah berada di Kecamatan Dako Pamean. Daerah transmigrasi di kabupaten ini berada di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Lampasio, Kecamatan Basidondo, dan Kecamatan Ogodeide. [4] [5]
Bahasa
Masyarakat kabupaten Tolitoli pada umumnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi sehari-hari. Selain itu juga bahasa daerahpun ikut digunakan oleh penduduk asli yang disebut bahasa Geiga. Menurut ahli bahasa Belanda A.C. Kruyt dan Dr. N. Adriani bahasa ini termasuk dalam kelompok bahasa Tomini.[6]
Pemerintahan
Pembagian Administrasi
Kabupaten Tolitoli memiliki 10 kecamatan sebagai berikut :
No | Nama Kecamatan | Ibukota | Luas (km²) |
Desa/ Kelurahan |
Penduduk (jiwa) |
Kepadatan (jiwa/km²) |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Baolan | Tolitoli | 258,03 | 10 | 68.875 | 267 |
2 | Basidondo | Kayulompa | 441,30 | 10 | 11.623 | 26 |
3 | Dako Pamean | Galumpang | 221,00 | 4 | 9.180 | 42 |
4 | Dampal Selatan | Bangkir | 392,67 | 13 | 22.133 | 56 |
5 | Dampal Utara | Ogotua | 182,88 | 12 | 14.869 | 81 |
6 | Dondo | Tinabogan | 542,50 | 16 | 22.469 | 41 |
7 | Galang | Lalos | 597,76 | 14 | 33.228 | 56 |
8 | Lampasio | Sibea | 626,00 | 9 | 12.157 | 19 |
9 | Ogo Deide | Bilo | 412,13 | 11 | 12.816 | 31 |
10 | Tolitoli Utara | Laulalang | 405,50 | 10 | 18.525 | 46 |
Pemerintah Daerah
Berikut daftar nama Kepala Daerah (Bupati) yang pernah menjabat sejak pembentukannya, mulai sejak masih bernama Kabupaten Buol Toli-toli sampai sekarang.[7]
Nama Bupati | Gambar | Masa Jabatan | Nama Wakil Bupati | Keterangan |
---|---|---|---|---|
H. Rajawali Muhammad Pusadan | 1964 - 1970 | |||
H. Moh. Kasim Razak | 1970 - 1975 | |||
Kolonel (Inf.) Eddy Soeroso | 1975 - 1985 | |||
Kolonel (Inf.) M. Sulaiman | 1985 - 1989 | |||
Kolonel (Inf.) Dede Hatta Permana | 1989 - 1994 | |||
Kolonel (Inf.) H. Gumyadi, SH | 1994 - 1999 |
Nama Bupati | Gambar | Masa Jabatan | Nama Wakil Bupati | Keterangan |
---|---|---|---|---|
Kolonel (Inf.) H. Gumyadi, SH | Januari 1999 – 11 Desember 1999 | |||
Drs. H. Moh. Ma’ruf Bantilan, MM | 11 Desember 1999 – 11 Desember 2004 | |||
Drs. H. M. Syahril Alatas, SH, MH | 12 Desember 2004 – 4 September 2005 | Pejabat Bupati | ||
Drs. H. Moh. Ma’ruf Bantilan, MM | 4 September 2005 – 4 September 2010 | |||
Moh. Saleh Bantilan, SH | 2010 - 2015 | Periode 1 | ||
Dr. Adid Joyo Dauda, M.Si | 14 September 2015 – 17 Februari 2016 | Pejabat Bupati | ||
Moh. Saleh Bantilan, SH | 2016 - 2021 | Periode 2 |
DPRD
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tolitoli untuk Periode 2016 - 2021 terbagi dalam 6 susunan anggota, yaitu 8 fraksi, dimana 2 fraksi memiliki 2 partai politik. Kemudian 3 Komisi (Komisi A, Komisi B, dan Komisi C), dan 4 Badan (Badan Anggaran, Badan Legislasi, Badan Musyawarah dan Badan Kehormatan). [8] [9] [10]
Nama | Jabatan | Gambar | Partai | Fraksi |
---|---|---|---|---|
Andi Ahmad Syarif | Ketua | - | Gerindra | Indonesia Raya Sejahtera |
Mustarim | Ketua II | - | Demokrat | Demokrat Amanat Nasional |
Ir. Hj. Nursidah K. Bantilan, MM | Ketua III | - | Golkar | Golongan Karya |
Nama Fraksi | Jumlah Anggota |
Partai |
---|---|---|
Fraksi Indonesia Raya Sejahtera | 7 | Partai Indonesia Raya (Gerindra) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) |
Fraksi Nasional Demokrat | 3 | Partai Nasdem |
Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa | 3 | Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) |
Fraksi Hati Nurani Rakyat | 3 | Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) |
Fraksi Golongan Karya | 3 | Partai Golongan Karya |
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan | 3 | Partai Persatuan Pembangunan |
Fraksi Demokrat Amanat Nasional | 5 | Partai Demokrat Partai Amanat Nasional (PAN) |
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan | 3 | Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) |
Nama Komisi | Ketua Komisi | Wakil Ketua / Sekretaris |
Jumlah Anggota |
---|---|---|---|
Komisi A | Jonly Uirianto, SH | Nurdin Nadjamuddin, S.Sos / Drs. Yusuf Rante Ta'dung, A.Pt |
6 |
Komisi B | Moh. Faisal Bantilan | Ramli Doho, SH / Hj. Resnawati Pabelu, S.Sos |
6 |
Komisi C | Erwintoso, SH | Faisal Alatas, SH / Irban, ST |
6 |
Sosial
Pendidikan
Tingkat keberhasilan pendidikan di kabupaten ini sedikit mengalami kemajuan, dengan ditandainya persentase jumlah lulusan di tiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, dan SMA/SMK yang mencapai 100% pada tahun ajaran 2015/2016.
Pada tahun 2015, jumlah sekolah di Kabupaten Tolitoli sebanyak 85 TK/RA/BA, 245 SD/MI/SDLB, 96 SMP/MTs, 29 SMA/MA, dan 15 SMK. Kabupaten Tolitoli juga memiliki 2 Universitas, 4 Sekolah Tinggi, dan 1 Akademi. Pendidikan tinggi terbesar di daerah ini ialah Universitas Madako yang mana sampai dengan tahun 2015 jumlah mahasiswa seluruhnya adalah 3.171.[11]
Kesehatan
Fasilitas kesehatan di daerah ini tidak terlalu mengalami penambahan jumlah fasilitas. Dibuktikan dengan jumlah fasilitas yang ada sampai dengan tahun 2015 masih sama dengan tahun sebelumnya yang hanya memiliki 1 unit Rumah Sakit, 3 unit Rumah Sakit Bersalin, dan 14 unit Puskesmas. Sementara Polindes mengalami penurunan menjadi 17 unit, sedangkan posyandu dan puskesmas pembantu sebanyak 249 unit dan 74 unit.
Tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan ibu dan bayi tampak cukup tinggi, dengan penanganan dilakukan oleh tenaga medis mencapai 72,72%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh dukun tradisional dari tahun ke tahun mengalami penurunan.[12]
Agama
Kehidupan beragama yang heterogen terjalin dalam kerukunan dan saling menghargai dapat dijumpai di Kabupaten ini. Ditandai dengan beragam agama yang dianut oleh masyarakatnya.
Agama Islam adalah agama mayoritas di daerah ini, dengan penduduk yang menganut agama Islam sejumlah 209.150 (2015). Agama lainnya yang dianut oleh masyarakat kabupaten Tolitoli adalah Kristen dan Katolik yang mayoritas dianut oleh masyarakat pendatang seperti Minahasa, Toraja, Pamona, Sangir, dan lain-lain. Kemudian ada agama Hindu yang dianut oleh masyarakat Bali, dan disusul oleh agama Budha yang umumnya dianut oleh orang-orang Tionghoa.[13]
Pertanian dan Perdagangan
Pertanian
Perdagangan
Transportasi
Darat
Air
Udara
Transportasi udara di daerah ini dioperasikan oleh Bandara Sultan Bantilan. Pesawat yang melayani di Bandara Sultan Bantilan ini adalah pesawat baling-baling milik maskapai Wings Air[14] yang melayani 6 kali seminggu, sebelumnya dilayani oleh maskapai Merpati. Pada bulan November 2016, salah satu maskapai masuk di daerah Tolitoli yaitu Kalstar yang melayani penerbangan setiap hari[15]. Jumlah penumpang yang datang dan pergi menggunakan pesawat pada tahun 2015 meningkat dari tahun sebelumnya. Dimana penumpang yang datang naik sebesar 64,26 %, sementara untuk penumpang yang berangkat naik sebesar 64,27%. [16]
Keuangan
Fasilitas
Olahraga
Kuliner
Media
Flora dan Fauna
Catatan Kaki
Referensi
- ^ Asal usul Tolitoli, diakses 25 September 2017
- ^ Asal-usul Tolitoli, diakses pada 26 September 2017
- ^ Statistik Daerah Kabupaten Tolitoli 2016, diakses 22 Februari 2017
- ^ Statistik Daerah Kabupaten Tolitoli 2016, diakses 22 September 2017
- ^ Kabupaten Tolitoli Dalam Angka 2016, diakses 22 September 2017
- ^ Makalah asal usul Tolitoli, diakses 9 Januari 2017
- ^ Daftar Pemimpin yang pernah Memimpin Tolitoli, diakses 9 Januari 2017
- ^ DPRD Kabupaten Tolitoli diakses 10 Januari 2017
- ^ Fraksi DPRD Kabupaten Tolitoli diakses 9 Januari 2017
- ^ Komisi DPRD Kabupaten Tolitoli diakses 9 Januari 2017
- ^ Kabupaten Tolitoli dalam Angka 2016 Pendidikan, diakses 25 September 2017
- ^ Statistik Kabupaten Tolitoli 2016 Kesehatan, diakses 25 September 2017
- ^ BPS Tolitoli untuk Agama di Kabupaten Tolitoli, diakses 16 Januari 2017
- ^ Bandara Sultan Bantilan, diakses 16 Januari 2017
- ^ Kalstar sukses mendarat perdana di Bandara Tolitoli, diakses 16 Januari 2017
- ^ BPS Tolitoli tentang Transportasi Udara, diakses 16 Januari 2017