Tractatus Logico-Philosophicus

Revisi sejak 25 Oktober 2017 06.20 oleh Creutzen (bicara | kontrib) (ekspansi ==Struktur== dan suntingan kosmetika)

Tractatus Logico-Philosophicus (TLP) adalah salah satu karya Ludwig Wittgenstein sekaligus satu-satunya karya panjang yang dimilikinya. Karya tersebut berpusat pada pembahasan mengenai teori logika dan metode filosofis Wittgenstein atas relasi bahasa dan realitas. Dengan mengidentifikasi relasi bahasa dan realitas, menurutnya, dapat disimpulkan suatu batas ilmu pengetahuan[1] dan batas-batas yang dimiliki bahasa untuk menyatakan realitas.[2]

Tractatus Logico-Philosophicus
Halaman kulit dari cetakan berbahasa Inggris pertama, 1922.
PengarangLudwig Wittgenstein
Judul asliLogisch-Philosphische Abhandlung
SubjekLogika, filsafat bahasa ideal
Diterbitkan1921
Halaman75

Buku ini ditulis sebagai catatan-catatan lepas semasa ia menjadi tentara Perang Dunia I. Semasa cuti militer pada 1918, buku ini dirampungkan[3] dan dicetak dalam berbahasa Jerman dengan nama Logisch-Philosophische Abhandlung. Dengan gaya kefilsafatan yang analitis, buku ini sangat terkenal terutama pada kalangan positivis logis di Lingkaran Wina.

Buku ini ditulis dalam gaya kepenulisan yang ringkas dan ketat. Buku ini tidak ditulis dengan rajutan argumen, melainkan tatanan proposisi-proposisi deklaratif yang dimaksudkan untuk bersifat terbuktikan atas dirinya sendiri (self-evident). Proposisi-proposisi disusun secara umum dalam susunan hierarkis, dengan tujuh proposisi dasar yang diikuti proposisi penjelas. Secara keseluruhan, TLP mengandung 526 proposisi.

Struktur

Meski proposisi-proposisi yang dikandung buku ini disebut sebagai "traktat", akan tetapi Wittgenstein tak berniat untuk mengutarakan doktrin atau menawarkan kebaruan pada pembaca.[4] Kualitas nirdogmatis yang Wittgenstein terapkan dalam TLP secara umum menjelaskan sifat umum keseluruhan proposisi yang terkandung di dalamnya. Tiap-tiap pernyataan diktum ditulis dengan menghindari atau tanpa kecenderungan, argumen, maupun contoh. Makna atas buku ini, menurutnya, "… dicapai hanya pada pembaca yang berpekerti",[5] sehingga diskusi yang mengitari setiap diktum bukanlah hal yang esensial.

Sistem penomoran

TLP terdiri dari tujuh proposisi dasar utama yang diurut dari proposisi umum hingga proposisi penjelas. Penomoran tiap proposisi mematuhi kaidah hierarki yang secara teknis dapat menjelaskan induk proposisi dan ranting penjelas proposisi induk. Secara umum, struktur penomoran proposisi terdiri dari dua sisi: menjelaskan tingkat seberapa primer dan umum sebuah proposisi, dan ekspresi hierarkis yang menunjukkan hubungan penjelas–yang-dijelaskan (induk–ranting).[6][7] Sehingga, proposisi x dapat diikuti penjelas x.0, x.1, x.2 … x.n₁. Proposisi ranting pun dapat memiliki subproposisi dan sub-subproposisi yang tak terhingga, sehingga x.n₁ dapat diikuti oleh x.n₁1, x.n₁2, … x.n₁n₂ dan seterusnya.

Sistem penomoran tersebut secara umum mengadopsi struktur logika matematis yang mengekspresikan derajat kedekatan dengan struktur numerik yang mendahuluinya.[6] Sehingga, interpretasi yang mungkin terjadi adalah, misalnya, proposisi 1.001 memiliki relasi yang lebih dekat pada proposisi 1 ketimbang proposisi 1.01—1.001 dapat dipahami sebagai penjelas konseptual atas terma yang dikandung 1, sedangkan 1.01 menerangkan implikasi langsung atas 1, pun 1.1 adalah penjelas bidang cakupan pengertian yang diterangkan 1, dan seterusnya.

Referensi

  1. ^ TLP 4.113 "Die Philosophie begrenzt das bestreitbare Gebiet der Naturwissenschaft."
  2. ^ TLP §Vorwort "Das Buch will also dem Denken eine Grenze ziehen, oder vielmehr—nicht dem Denken, sondern dem Ausdruck der Gedanken: Denn um dem Denken eine Grenze zu ziehen, müssten wir beide Seiten dieser Grenze denken können (wir müssten also denken können, was sich nicht denken lässt)."
  3. ^ Monk, Ray (1990). Ludwig Wittgenstein, the Duty of Genius. Jonathan Cape. hlm. 154. 
  4. ^ TLP §Vorwort "Dieses Buch wird vielleicht nur der verstehen, der die Gedanken, die darin ausgedrückt sind—oder doch ähnliche Gedanken—schon selbst einmal gedacht hat. Es ist also kein Lehrbuch."
  5. ^ TLP §Vorwort " Sein Zweck wäre erreicht, wenn es Einem, der es mit Verständnis liest Vergnügen bereitete."
  6. ^ a b Wittgenstein, L. (1922). Ogden, C.K., ed. Tractatus Logico-Philosophicus. Routledge & Kegan Paul. The decimal figures as numbers of the separate propositions indicate the logical importance of the propositions, the emphasis laid upon them in my exposition. The propositions n.1, n.2, n.3, etc., are comments on proposition No. n; the propositions n.m1, n.m2, etc., are comments on the proposition No. n.m; and so on. 
  7. ^ Lihat pula ISO 2145 yang nampak mengadopsi pola yang hampir sama dengan sistem penomoran pada TLP.

Bacaan lebih lanjut

  • Tractatus Logico-Philosophicus yang disajikan berdampingan antara salinan asli berbahasa Jerman dan dua terjemahan Ogden–Ramsey dan Pears–McGuiness dalam bahasa Inggris.
    • Wittgenstein, L. (1922). Ogden, C.K., ed. Tractatus Logico-Philosophicus. Routledge & Kegan Paul. 
    • Wittgenstein, L. (1961). Pears, D.; McGuiness, B., ed. Tractatus Logico-Philosophicus. Routledge. 
  • Tractatus Logico-Philosophicus yang disajikan dalam bentuk hierarki bersarang interaktif.
  • White (2006). Wittgenstein's Tractatus Logico-Philosophicus. Reader's Guide. Bloomsbury Academic. 
  • Stern, D.G. Glock, H.J.; Hyman, J., ed. "Wittgenstein's Texts and Style". A Companion to Wittgenstein. John Wiley & Sons.