Sejarah Prancis

Revisi sejak 27 Oktober 2017 17.17 oleh Diraliya (bicara | kontrib) (Memperbaiki struktur kalimat)

Bukti tertulis mengenai sejarah Perancis dimulai pada Zaman Besi. Yang menjadi tanah Perancis saat ini merupakan tanah yang pada zaman itu disebut oleh bangsa Romawi sebagai Galia. Para penyair Romawi mencatat bahwa terdapat tiga grup etno-linguistik utama di daerah Galia : kelompok Gaul, kelompok Aquitani, dan kelompok Belgae. Kelompok Gaul merupakan kelompok terbesar yang kemudian bahasa mereka digunakan oleh orang-orang Kelt.

Bangsa Romawi dan Kartago membentuk koloni yang terletak di pantai Mediterania dan pulau-pulau di lepas pantai sekitarnya selama milenium ke-1 sebelum Masehi. Republik Romawi kemudian mengambil daerah Gaul bagian selatan dan menjadikannya provinsi Gallia Narbonensis di akhir abad ke-2 sebelum Masehi. Setelahnya, pasukan Romawi di bawah pimpinan Julius Caesar menaklukkan daerah sisa Gaul dalam Perang Galia yang terjadi tahun 58-51 SM. Setelahnya muncul budaya Gallo-Romawi dan daerah Gaul semakin terintegrasi pada Kekaisaran Romawi.

Di akhir kekuasaan Kekaisaran Romawi, daerah Gaul kemudian diserang secara barbar dan menjadi tempat migrasi oleh suku Franka Jerman. Raja Clovis I kemudian menyatukan sebagian besar Gaul di bawah kekuasaannya di akhir abad ke-5, yang menyebabkan dominasi kaum Franka di wilayah ini selama ratusan tahun. Kekuasaan Kaum Franka mencapai puncaknya di bawah pimpinan Charlemagne. Kemudian pada abad pertengahan muncul Kekaisaran Carolingian Charlemagne di bagian barat, dan mencapai puncak kejayaannya di bawah peraturan yang dibuat oleh Hugh Capet pada tahun 987.

Setelah kematian Raja Direct Capetian (Perancis :Capétiens directs) pada tahun 1328, terjadi krisis yang menyebabkan serangkaian pertempuran antara Wangsa Valois dan Wangsa Plantagenet. Pertempuran antara dua Wangsa ini disebut pula dengan Perang Seratus Tahun, yang dimulai pada tahun 1337, setelah Phillip VI berusaha untuk menghilangkan Kadipaten Aquitaine dari pemegang warisannya, Edward III dari Inggris. Wangsa Plantagenet menuntut takhta akan kekuasaan Perancis. Meskipun kemudian Wangsa Plantagenet meraih kemenangan di awal, termasuk saat berhasil menangkap John II dari Perancis, dewi fortuna berpihak pada Wangsa Valois di akhir pertempuran. Salah satu sosok yang terkenal pada pertempuran ini adalah Jeanne d'Arc, seorang gadis petani yang berani memimpin pasukan Perancis melawan Inggris yang kemudian menjadi tokoh pahlawan nasional Perancis. Pertempuran antara Valois dan Plantagenet berakhir dengan kemenangan di tangan Valois pada tahun 1453.

Kemenangan pada Perang Seratus tahun berdampak pada penguatan nasionalisme Perancis yang meningkatkan kekuatan kerajaan Perancis. Selama periode yang disebut sebagai Rezim Ancien, Perancis bertransformasi menjadi kerajaan absolut dengan sistem pemerintahan sentralisasi. Pada abad berikutnya, Perancis mengalami zaman Renaisans dan Reformasi Protestan. Pada puncak Perang Agama Perancis, Perancis kemudian dihadapkan dengan krisis lainnya, saat raja terakhir Valois Henry III bertempur melawan faksi Wangsa Bourbon dan Wangsa Guise. Henry IV dari Perancis, keturunan dari keluarga Bourbon, menang dalam pertempuran tersebut dan kemudian mendirikan dinasti Perancis Bourbon. Kerajaan kolonial yang berkembang mendunia kemudian terbentuk pada abad ke-16. Kekuatan Politik Perancis mencapai puncaknya di bawah pemerintahan Louis XIV dari Perancis yang membangun Istana Versailles.