Kejang demam

bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh di atas 38°C
Revisi sejak 1 November 2017 10.57 oleh Evan Saap (bicara | kontrib)


Kejang demam merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan paling sering ditemui pada usia 9-20 bulan. Kejang demam merupakan penyakit yang diturunkan, jika orang tua pernah mengalami kejang deman maka anak mereka berpotensi sangat besar untuk mengalami kejang demam. Kejang demam biasanya dianggap sebagai kondisi yang tidak membahayakan. Kejang yang terjadi biasanya bersifat lokal pada awalnya dan hanya akan menjadi kejang umum jika terdapat peningkatan suhu tubuh pasien yang melewati ambang batas. Kejang akibat demam jarang sekali berlangsung lebih dari beberapa menit, selain itu umunya tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan EEG saat kejang terjadi dan pasien memiliki kemungkinan untuk sembuh sempurna.[1]

Menurut konsensus dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.[2][3]


Kejang demam biasanya timbul pada anak dengan suhu tubuh diatas 38 °C (100.4 °F). Selain itu

Kejang demam
Informasi umum
SpesialisasiNeurologi, Kedokteran gawat darurat, pediatri Sunting ini di Wikidata

infeksi virus atau bakteri dan bahkan imunisasi yang menyebabkan demam tinggi seperti herpes virus dapat menjadi faktor penyebab dari kejang demam. Hingga saat ini masih belum ditemukan obat profilaksis antiepilepsi untuk mencegah terjadinya kejang demam. [1]

Perbedaan mendasar antara kejang demam dan penyakit serupa yang lebih serius seperi demam ensephalitis akut atau ensephalopathic adalah terdapatnya kejang fokal ataupun kejang yang berkepanjangan. Selain itu, jika dilihat pemeriksaan EEGnya akan ditemukan kelainan serta ditemukannya kondisi complicated febrile seizures atau kejang demam berulang tiap ada kenaikan suhu tubuh pasien. Pasien seperti inilah yang memiliki prosentase tinggi untuk mengalami komplikasi seperti kejang atypical, petit mal, atonic, dan astatic spells yang diikuti kejang tonic, mental retardation, dan partial complex epilepsy.[1]

Epidemiologi

Berdasarkan studi cohort yang dilakukan Annegers dan temannya pada 687 anak dengan umur rata-rata 18 tahun setelah kejang demam pertama mereka. Secara keseluruhan mereka memiliki kemungkinan 5 kali lebih besar untuk menderita unprovoked seizures selama Anak dengan kejang demam simpel memiliki risiko hanya sekitar 2,4%. Sedangkan untuk anak yang menderita kejang demam kompleks (fokal, beekepanjangan, ataupun kejang demam berulang) memiliki peningkatan risiko 8,17, atau 49 persen bergantung tingkatan komplikasinya.[1]

Jenis kejang Demam

1. Kejang demam sedehana Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang tipe kejangnya umum, singkat dan hanya sekali dalam 24 jam.

2. Kejang demam kompleks Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang memenuhi kriteria berikut : a.Kejang demam yang tipe kejangnya fokal, artinya kejangnya tidak seluruh tubuh misalnya kejangnya cuma tangan kiri saja atau kaki kanan saja. b. Kejangnya berlangsung lebih dari 15 menit. c. Kejang lebih dari satu kali dalam 24 jam

Referensi

  1. ^ a b c d (Inggris) Allan H.Ropper, M.D. and Robert H. Brown, D.Phil., M.D. (2005). Neurology 8th edition. Mc graw hill companies inc.  Teks "DOI: 10.1036/0071469710" akan diabaikan (bantuan)
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama AFP2012
  3. ^ Pusponegoro, Hardiono D; Widodo, Dwi Putro; Ismael, Sofyan, ed. (2006). Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam (edisi ke-Kedua). Jakarta: Badan Penerbit IDAI. ISBN 979-8421-23-X. 

Pranala luar