Fideisme

Revisi sejak 4 November 2017 09.52 oleh Creutzen (bicara | kontrib) (+kategori)

Fideisme (dari bahasa Latin: fides, iman, percaya)[1][2] adalah pandangan epistemologis yang memahami bahwa keimanan adalah suatu hal yang terpisah dari nalar. Dalam artian lain, iman dinilai lebih tinggi ketimbang nalar dalam menentukan justifikasi atas kebenaran—nalar dinilai tak tepat atau tidak kompeten untuk dilibatkan dalam urusan keimanan.[2][3] Justifkasi kebenaran yang dimaksudkan fideisme tidak terbatas pada justifikasi kebenaran supernatural, melainkan dapat mencakup kebenaran natural.

Secara umum fideisme mempertahankan pemahaman bahwa upaya pembuktian rasional maupun pembuktian ilmiah atas hal ilahi dinilai sesat pikir atau tidak relevan sama sekali. Dalam sejarah perkembangannya, fideisme dapat berarti sebagai suatu formasi dan reaksi atas ketidakseimbangan pemikiran mengenai agama dan religiositas yang melulu bergantung terhadap intelektual dan mengabaikan intuisi.[4]

Dalam sejarah kefilsafatan, banyak teolog dan filsuf mempersoalkan posisi yang tepat antara nalar dan iman untuk menemukan kebenaran atas keyakinan religius, moralitas, dan kebenaran atas ide atau konsepsi metafisis.

Definisi konsep

Meskipun pergerakan fideisme umum ditemukan, akan tetapi, dalam sejarah pemikiran, tidak terdapat kesepakatan mengenai arti definitif atas fideisme itu sendiri. Umumnya konsepsi fideisme selalu digunakan untuk mewakili himpunan atas pandangan-pandangan yang beragam. Pandangan yang beragam tersebut umumnya didasari oleh basis yang serupa, yaitu sebagai terma yang digunakan untuk membangun demarkasi yang diakibatkan tegangan dan konflik yang didasari keimanan, rasionalitas, dan tradisi yang ada.[5] Problem tersebut mengakibatkan pemaknaan umum terma fideisme menjadi kabur dan tidak disepakati. Akan tetapi, dapat dipahami bahwa tinjauan utama fideisme tak lain adalah kritik atas superioritas nalar ketimbang intuisi yang diaplikasikan dalam ranah religi. Meski basis pemahamannya serupa, fideisme dipahami secara beragam.

Salah satu pemahaman umum fideisme adalah menjadikannya sebagai pemaknaan tolak ukur kebenaran ilahiah. Dalam artian lain, fideisme dipahami sebagai traktat epistemologis mengenai kebenaran religius. Fideisme dipahami sebagai pandangan bahwa kebenaran yang dikandung pada praktik dan kepercayaan dalam agama mesti dipahami melalui iman. Sehingga, pembuktian kebenaran ilahiah melalui pembuktian empiris atau pun penalaran dinilai tidak relevan untuk membuktikan kebenaran religius.[6][7]

Klaim tersebut umumnya dianut dalam berbagai bentuk oleh kebanyakan teolog dan anti-rasionalis sedari Santo Paulus hingga beberapa penganut neo-ortodoks.[7] Pemahaman semacam ini sepakat bahwa kebenaran ilahiah tak dapat ditopang maupun dibuktikan oleh pembuktian rasional, melainkan semestinya dipahami sebagai sesuatu yang hanya dapat dicapai melalui keimanan.[5]

Referensi

  1. ^ Lihat fides di Wiktionary
  2. ^ a b Amesbury, Richard (2017). "Fideism". The Stanford Encyclopedia of Philosophy. 
  3. ^ Merriam-Webster. "Fideism". Merriam–Webster.com. 
  4. ^ Platinga, Alvin (1984). "Reason and Believe in God". Dalam Wolterstoff, N. Faith and Rationality. University of Notre Dame Press. 
  5. ^ a b Carroll, Thomas D. "The Tradition of Fideism". Religious Studies. Cambridge University Press (44). 
  6. ^ Quinn, Philip (2005). "Fideism". Dalam Honderich, T. Oxford Companion to Philosophy (edisi ke-2). Oxford University Press. 
  7. ^ a b Popkin, Richard (1967). "Fideism". Dalam Edwards, P. Encyclopedia of Philosophy. Macmillan.