Geografi pembangunan
Artikel ini tidak memiliki referensi atau pranala luar ke sumber-sumber tepercaya yang dapat menyatakan kelayakan dari subyek yang dibahas. (ajukan diskusi keberatan penghapusan) Artikel ini akan dihapus pada 25 November 2017 jika tidak diperbaiki.Untuk pemulai artikel ini, jika Anda mempertentangkan nominasi penghapusan ini, jangan menghapus peringatan ini. Silakan hubungi sang pengusul, hubungi seorang pengurus, atau pasang tag {{tunggu dulu}} |
Geografi Pembangunan adalah cabang disiplin ilmu geografi yang mempelajari ataupun mengkaji keterkaitan antara proses pembangunan suatu wilayah dengan kondisi alam serta penduduk wilayah tersebut. Geografi pembangunan mempelajari aspek keruangan geografi (alam semesta dengan segala isinya). Geografi pembangunan diperlukan untuk menyusun rancangan atau perencanaan pembangunan suatu wilayah. Memperhatikan aspek geografi dalam pembangunan berarti memperhatikan keselarasan kebijakan mengelola alam dan hubungannya dengan manusia sehingga tidak terjadi kerusakan alam yang justru merugikan manusia.
Peranan geografi dimanfaatkan dalam aspek keruangan dalam suatu wilayah dalam menyusun rancangan, perencanaan pembangunan wilayah yang bersangkutan. Seperti dalam tata guna lahan, geografi dapat melakukan organisasi keruangan (spatial organization). Data geografi membantu perencanaan dalam menganalisis persentasi pembagian ruang dalam suatu wilayah seperti berapa persen untuk pemukiman, industri, perkantoran, lahan konservasi, perkebunan, menganalisis daerah rawan bencana, dan lain-lain. Selain dapat menganalisis persentasi pembagian ruang dalam suatu wilayah, data geografi juga dapat digunakan untuk menentukan lokasi ideal untuk pembagian ruang tersebut.
Lingkup Geografi dalam Pembangunan
Definisi pembangunan dalam geografi adalah usaha untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat yang dilakukan oleh suatu wilayah tertentu yang memperhatikan segala aspek kehidupan masyarakat. Ada tiga unsur dalam setiap usaha pembangunan yang saling terkait dan saling mendukung terlaksananya pembangunan, yaitu:
- Manusia,
- Sumberdaya alam dan energi,
- Ilmu pengetahuan (iptek) dan lingkungan.
Setiap tahap pembangunan bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tahapan tersebut, pembangunan memiliki prinsip-prinsip berupa keterkaitan ekologi, keterkaitan budaya, memperhatikan sumberdaya (potensi) daerah atau wilayah, partisipasi masyarakat, pemerataan (equity), keterpaduan (interdependency), keseimbangan, keserasian, dan efisiensi. Selain itu, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan yaitu:
- Pengaruh lingkungan;
- Orientasi Pembangunan. Idealnya, pembangunan harus berorientasi ke masa depan, sebab pada dasarnya pembangunan atau pengembangan wilayah adalah proses dimana lingkungan sebagai sumberdaya dipersiapkan untuk lebih ditingkatkan pemanfaatannya untuk masa sekarang dan masa yang akan datang;
- Cita-cita masayarakat. Pembangunan atau pengembangan wilayah tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan masyarakat. Karena itu, setiap upaya pembangunan wilayah idealnya selaras dengan cita-cita masyarakat dan seimbang dengan keadaan atau kondisi lingkungan.
Ruang lingkup disiplin ilmu geografi dalam pembangunan mencakup kegiatan penelitian perencanaan, analisis dan evaluasi. Geografi berusaha meneliti dan mendeskripsikan seluruh fenomena geografi, menganalisis dampak, dan mengevaluasi hasil pembangunan. Ruang lingkup geografi terbagi tiga yaitu:
- Distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk.
- Studi perbedaan area (wilayah), berupa hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya.
- Analisis wilayah secara spesifik dan kerangka kerja regional.
Pendekatan Pembangunan dalam Kajian Geografi
Secara teoritis, dalam menelaah suatu persoalan keruangan, geografi memiliki tiga pendekatan utama yaitu:
- Analisis spasial (keruangan)Pendekatan ini mengkaji persebaran dan penggunaan ruang.
- Analisis ekologis. Pendekatan ini lebih mengkaji konsep ekosistem dan mempelajari organisme hidupseperti manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungan seperti litosfer, hidrosfer danatmosfer.
- Analisis komplek regional sebagai gabungan dari pendekatan 1 dan 2. Pendekatan inimerupakan cara yang lebih tepat digunakan untuk menelaah fenomena geografis yangmemiliki tingkat kerumitan tinggi karena banyaknya variable pengaruh dan dalamlingkup multi dimensi (ekonomi, social, budaya, politik dan keamanan). Salah satucontoh adalah telaah tentang pengembangan atau pembangunan suatu wilayah.
Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yangmenekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), danproses (spatial processess) (Yunus, 1997).Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola danproses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang.Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
- kenampakan titik (point features),
- kenampakan garis (line features), dan
- kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunanelemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawabpertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana strukturKeruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengankepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomenatitik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupuneksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989). Beberapa contoh seperti clusterpattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan membulat(rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), kenampakan gurita(octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungandari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi dimuka selalu disertakandalam setiap analisisnya.Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang danaruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengandimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari.Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan
hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebutdengan menggunakan pendekatan keruangan?Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam danmasyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu dilihatstruktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap inidapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di kawasan hulu sungai Konto.Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya,misalnya curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar.
produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu padawilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai cirikhas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalumenyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkansebagai berikut.Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakansebagai berikut.
- mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dantanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
- Mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelolaalam di lokasi tersebut.
- Mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya.
- Menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan.
- Mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat dipahamisecara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapatdikonsepsikan secara baik.
Pendekatan Ekologis
Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayahitu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antarwilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktortunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhanmemberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebihluas dan kompleks pula.Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakanpendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatanyang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal dan vertikal. Kajian horisontalmerupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifatvertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yangsatu dengan wilayah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unitwilayah sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya danpengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagaiberikut.Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi.Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayahdesa dan kota.