Rebo pungkasan

Tradisi Masyarakat Jawa
Revisi sejak 15 November 2017 07.16 oleh Hariadhi (bicara | kontrib)

Rebo pungkasan atau disebut juga Rebo wekasan adalah kumpulan berbagai aktivitas islami untuk menyambut Hari Rabu terakhir dari Bulan Safar. Aktivitas tersebut antara lain tahlilan (zikir bersama), berbagi makanan baik dalam bentuk gunungan maupun selamatan, sampai sholat sunnah lidaf’il balaa bersama. Namun di beberapa kalangan NU, salat sunnah lidaf'il balaa ini mulai mengalami perubahan dengan disarankan tidak lagi diniatkan untuk memperingati Rebo wekasan, namun sebagai salat sunah sebagaimana salat lainnya saja. [1]

Di Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Rebo pungkasan dianggap sebagai perayaan berlimpahnya ikan. Perayaan ini juga dianggap sebagai upaya menolak bala bagi para nelayan selama melaut.[2]

Sejarah

Awalnya Rebo pungkasan merupakan upacara tradisional yang pada mulanya dilakukan di tempuran (tempat bertemunya dua sungai) Gajah Wong dan Opak, yang berhubungan dengan mitos Sultan Agung saat mengadakan pertemuan dengan penguasa pantai selatan yaitu Kangjeng Ratu Kidul. Karena kemudian dirasakan menimbulkan efek negatif, kemudian acara ini digeser menjadi bentuk acara mengarak gunungan lemper diiringi arak-arakan. [3]

Referensi

  1. ^ Tradisi Rebo Pungkasan, Rabu Terakhir Bulan Safar. dari situs emka
  2. ^ Rebo Pungkasan, Tradisi Syukuran Melimpahnya Ikan di Banyuwangi. dari situs Detik
  3. ^ Tradisi Rebo Pungkasan yang Masih Lestari. dari situs Tembi