Wacana gombal adalah bentuk komunikasi verbal yang membutuhkan kreativitas melalui permainan bahasa.[1]. Wacana gombal sempat menjadi sangat populer di kalangan kaum muda dalam pergaulan sehari-hari.[1] Publikasi wacana gombal banyak terdapat di situs web, bahkan muncul juga dalam beberapa program televisi. [1] Wacana gombal adalah bagian dari wacana humor.[2] Dengan demikian, wacana gombal sering kali menyimpang dari aturan-aturan berkomunikasi yang ditentukan oleh prinsip pragmatik, baik secara tekstual maupun interpersonal. [2] Dewasa ini wacana gombal muncul sebagai suatu hiburan ringan yang merakyat.[2] Wacana gombal biasanya menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku. [3]

Berkas:Operavanjava.jpg
Opera van Java menjadi salah satu program televisi yang memuat wacana gombal di Trans7

Struktur Wacana Gombal

Wacana merupakan komunikasi verbal atau percakapan. [4] [5] Gombal memiliki arti omong kosong atau rayuan. [6]Bentuk wacana gombal adalah dialog. [1] Maka, wacana gombal melibatkan dua pihak yang berperan sebagai pembicara dan pendengar secara bergantian.[1] Dua bagian pokok dalam wacana gombal adalah pengantar dan ketidakterdugaan.[1] Pengantar adalah bagian yang memberikan rangsangan kepada mitra tutur untuk membuat penasaran mitra tutur.[1] Ketidakterdugaan merupakan bagian yang berfungsi membelokkan persepsi untuk menciptakan rasa gombal dan efek lucu.[1]


Tipe-tipe Wacana Gombal

Wacana Gombal Sederhana

Wacana gombal sederhana terdiri dari dialog sederhana berisi inisiatif dari pembicara pertama lalu disusul tanggapan dari pihak pendengar (kedua).[1] Tanggapan dari pihak kedua biasanya berupa ungkapan perasaan semata atau juga sekadar pertanyaan retoris.[1]

Contoh:

A : Butuh waktu tiga detik untuk bilang aku cinta kamu. Tiga jam ngejelasin. Dan tiga abad untuk ngebuktiinnya..

B : Gitu ya? Makasi sayank...[1]

Wacana Gombal Kompleks

Wacana gombal kompleks memiliki paling tidak dua bagian inisiatif dari pihak pertama dan dua bagian tanggapan dari pihak kedua.[1] Dalam wacana gombal kompleks dialog bisa menjadi lebih beragam.[1]

Contoh :

A : Neng, boleh lihat tangannya?

B : Boleh Bang..

A : Kok tangan Neng kasar banget sich?

B : Ah masa sich?

A : Pasti Neng sering nyuci hatiku ya?[1]

Latar Belakang Munculnya Wacana Gombal

Wacana gombal hadir sebagai hiburan lewat media massa.[1] Pelopor wacana gombal dalam media televisi adalah dua stasiun televisi, yaitu Trans TV dan Trans7.[1] Dua stasiun tersebut memang ingin hadir sebagai stasiun televisi hiburan.[1] Hiburan yang paling umum adalah humor dan wacana gombal menjadi bagian darinya.[1] Kehadiran wacana gombal dalam stasiun televisi menjadi model bagi masyarakat banyak, sehingga muncul fenomena nggombal dalam kehidupan sehari-hari.[1] Selanjutnya, wacana gombal muncul juga di dunia maya lewat situs web.[1] Akhirnya, wacana gombal menjadi bagian dari budaya populer dalam masyarakat.[1]

Aspek Linguistik dalam Wacana Gombal

Wacana gombal memanfaatkan beberapa aspek kebahasaan:[1]

  1. Aspek Fonologi [1]
    1. Permainan fonem
    2. Penambahan suku kata
  2. Ketaksaan [1]
    1. Ketaksaan leksikal: polisemi dan homonimi
    2. Ketaksaan gramatikal : idiom dan peribahasa
  3. Gaya bahasa[1]
    1. Hiperbola
    2. Elipsis
    3. Metafora
    4. Personifikasi

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y Sony Christian Sudarsono (2013). "Permainan Bahasa Dalam Wacana Gombal". 7 (edisi ke-1st). Universitas Sanata Dharma. 
  2. ^ a b c Sony Christian Sudarsono (2013). Wacana Gombal dalam Bahasa Indonesia:Kajian Struktural, Pragmatis, dan Kultural (Tesis). Universitas Sanata Dharma. p. 15,26,28,29,31,41,42,79. 
  3. ^ Sotya Manggasri (2013). Pemakaian Bahasa dalam Wacana Rayuan Gombal di Internet (Tesis). Universitas Gajah Mada. p. 120. 
  4. ^ "Kamus Besar Bahasa Indonesia". Diakses tanggal 22 April 2014. 
  5. ^ Depdiknas (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. hlm. 1552. ISBN 978-979-22-3841-9. 
  6. ^ "KBBI daring". Diakses tanggal 22 April 2014. 

[1]