Gipsy (Band), merupakan sebuah grup musik yang pernah dikenal dengan nama Sabda Nada. Dibentuk pada tahun 1966, Gipsy beranggotakan Keenan, Onan, Chrisye, Gaury, Atut Harapan, dan Tammy. Seringkali Gipsy memainkan lagu asal luar negeri yang juga populer pada zamannya, seperti The Allman Borthers Band, Blood Sweat and Tears, Keef Hartley, serta Chicago. Walaupun Gipsy sangat terkenal di Jakarta, namun di kota lain (Bandung dan Surabaya) tidak sebegitu terkenal, padahal kedua kota tersebut merupakan salah satu indikator musik tanah air.

Gipsy pernah diajak Ibnu Sutowo untuk manggung di Manhattan, New York pada tahun 1972 selama kurang lebih 6 bulan. Mereka turut mengisi acara hiburan di restoran Ramayana, meskipun sang vokalis utama (Atut Harahap) tidak turut hadir karena telah meninggal dunia. Saat itu pula, hanya sang penyanyi pop Bob Tutupoliy-lah yang mereka iringi. Setelah manggung di kota paman Sam, Keenan dan Chrisye mulai mengepakan sayap menjadi penyanyi. Hingga akhirnya Guruh Soekarnoputra mengajak Gipsy untuk berkolaborasi dan berhasil menghasilkan album rekaman dengan judul Guruh Gipsy pada tahun 1976. Kolaborasi mereka dianggap unik, karena Guruh dikenal dengan kemahirannya dalam menguasai budaya Bali serta Gipsy sebagai sebuah grup ber-genre rock.

Pada awal 1970-an, keduanya pernah manggung bersama di Bank Indonesia dengan mengolaborasikan musik barat dengan musik Bali. Saat itu, musik Bali dipimpin oleh kelompok gamelan, yaitu Waya Suparta Wijaya. Dengan gaya khas Gipsy sebagai grup band dengan jiwa gipsy, menjadikan band tersebut menjadi unik dan berhasil dalam mengembangkan karirnya di rancah musik Indonesia.[1]

Chopin Larung, merupakan salah satu lagu karya Guruh Gipsy. Dengan bertemakan Dewa Laut, lagu ini menggambarkan adanya rasa kebingungan karena tidak mengerti jika bangsanya merusak seni budaya. Hal ini seperti merefleksikan kegelisahan Guruh atas seni budaya Bali yang tercemar oleh kehadiran budaya asing. Untuk mendukung gambaran pada lagu ini, liriknya menggunakan bahasa Bali. Sebenarnya, tidaklah mudah bagi Guruh Gipsy untuk mempersatukan musik mereka ke dalam sebuah komposisi. Seringkali lagu yang mereka padukan harus direkam ulang karena adanya persoalan teknis. Saat itu, Studio Tri Angkasa (tempat Guruh Gipsy rekaman), masih menggunakan sister rekam 16 track, oleh sebab itu pengerjaan album harus melewati waktu 1 tahun (Juli 1975 hingga November 1976) hingga akhirnya siap dipublikasikan. [2]

Referensi

  1. ^ M. Nugroho, Kelik (2015). Almanak Musik Indonesia 2005-2015. Jakarta: Yayasan Tali Kemanusiaan. hlm. 133. ISBN 978-602-73654-0-7. 
  2. ^ "Guruh Gipsy: Salah Satu Inspirator Musik Rock Progresif Indonesia". Qubicle.