Kulur, Temon, Kulon Progo

desa di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta
Revisi sejak 28 November 2017 02.13 oleh 36.73.92.9 (bicara) (Perubahan data demografi, sejarah desa sesuai data yang ada di desa maupun di website resmi desa Kulur, Kecamatan Temon)
Kulur
Negara  Indonesia
ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta
KabupatenKulon Progo
KecamatanTemon
Kode Kemendagri34.01.01.2009  
Luas279.8640 Ha
Jumlah penduduk2856 Jiwa
Peta
 
 
 
Koordinat:


Kulur adalah desa di kecamatan Temon, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Desa kulur  terletak dibagian timur Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo dengan batas wilayah desa :

Sebelah Utara : Selo Barat, Desa Hargorejo Kecamatan Kokap 

Sebelah Timur : Kriyan, Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

Sebelah Selatan : Desa Tawangsari Kecamatan Pengasih dan Kedundang  Kecamatan Temon

Sebelah Barat : Siwates, Desa Kaligintung Kecamatan Temon

Topografi atau bentangan daerah adalah daerah dataran rendah dan daerah pegunungan/perbukitan dengan ketinggian ± 12 m di atas permukaan air laut Samudera Hindia/Laut Selatan Jawa. Pada daerah dataran rendah, desa Kulur dilalui saluran induk Kalibawang yang berada di tengah desa memanjang dari Pedukuhan Polodadi sebelah utara ke barat pedukuhan Kebondalem, Pedukuhan Bojong dan berakhir dipedukuhan Trukan sedangkan pada daerah dataran perbukitan/pegunungan berada di sebelah utara Desa Kulur meliputi sebagian pedukuhan Kaligayam, pedukuhan Setro dan pedukuhan Trukan pada daerah ini disebut hutan rakyat karena telah dilakukan penghijaun dilahan milik masyarakat setempat.

Luas wilayah administrasi Desa Kulur : 279.8640 Ha terdiri atas :

Tanah Pekarangan  : 157.1050 ha

Tanah pertanian     :  44.3420 ha

Tanah pegunungan :  62.3590 ha

Tanah lainnya         :  16.0220 ha 

(termasuk  jalan desa, jalan Kereta api, makam, dan sungai )  

Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan       : Kurang lebih 4 km

Jarak dari Ibu kota Kabupaten                 : Kurang lebih 6 km

Jarak dari Ibukota Propinsi                   : Kurang lebih 45 km

Jarak dari Ibukota Negara                     : Kurang lebih 550 km

Kawasan rawan bencana  

Pedukuhan Kaligayam, Setro dan Trukan merupakan wilayah perbukitan yang rawan terhadap bencana tanah longsor. Pedukuhan Polodadi (lahan persawahan), Kebondalem, Bojong dan Tigaron merupakan daerah rawan genangan air.

Asal Usul Desa Kulur/Legenda Desa Kulur

Setiap desa atau daerah pasti memiliki sejarah dan latar belakang tersendiri yang merupakan pencerminan dari karakter dan ciri khas tertentu dari suatu daerah.

Sejarah Desa atau daerah seringkali tertuang dalam dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun temurun dari mulut ke mulut sehingga sulit untuk dibuktikan secara fakta. Dan tidak jarang dongeng tersebut dihubungkan dengan mitos tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat. Dalam hal ini Desa Kulur juga memiliki hal tersebut yang merupakan identitas dari desa yang akan dituangkan dalam kisah dibawah ini.

Dari berbagai sumber yang telah ditelusuri dan digali, asal usul desa Kulur memiliki versi banyak cerita yang bervariatif. Hal tersebut disebabkan banyaknya tempat yang dikrematkan yang kemudian dipercaya dan dijadikan pedoman sebagai keramat orang pertama yang datang membuka suatu desa. Dari dasar diatas akhirnya legenda desa Kulur diangkat dari seorang tokoh. Karena secara umum masyarakat meyakini bahwa orang pertama yang memberi nama Kulur.

Raden Ayu Pakuwati merupakan salah satu bangsawan Kraton yang diasingkan  (disetrakke, jawa), atau dikucilkan oleh keluarga istana karena dianggap telah membawa aib keluarga, kemudian beliau diasingkan di salah satu bagian wilayah ADIKARTO yang waktu itu masih belum banyak penduduknya, serta belum memiliki nama wilayah.

Kemudian terdengar seseorang yang juga seorang bangsawan, yang sedang melaksanakan dakwah ke wilayah yang sama, yang dikenal sebagai Kyai Mertinggi. Beliau melaksanakan dakwah di wilayah ini dan pada waktu itu telah dilaksanakan pengislaman warga secara massal, yang dilaksanakan di Gunung Sangga Polodadi yang hingga sekarang masih di kenang warga sebagai tempat tirakatan yang setiap setahun sekali melaksanakan upacara bersih desa yang diisi dengan kegiatan Tahlil dan pembaaan sholawat nabi.

Pertemuan Kyai Mertinggi dengan Raden Ayu Pakuwati. Raden Ayu Pakuwati mendapat saudara (sedulur), sesama bangsawan yang sekian lama berada di tempat/wilayah ini, baru sekali ini bertemu dengan seorang bangsawan. Kemudian Raden Ayu Pakuwati mengajak Kyai Mertinggi untuk tetap tinggal /menemani dengan mengatakan : "Sampeyan wus tak aku pinongko sedulur." Pada akhirnya kata tak aku pinongko sedulur (jawa) berubah menjadi kata KULUR, untuk memudahkan ucapan.

Sedangkan wilayah dimana Raden Ayu Pakuwati tinggal pada akhirnya disebut sebagai SETRO, yang berasal dari kata di setrakke (jawa) yang berarti dikucilkan.

Beberapa tokoh masyarakat sebagai sumber informasi tentang nama desa yang disarikan oleh tim penyusun antara lain:

1. Soehari Wiryosiswanto.

2. Sukarman Harsoyo Susanta.

3. Rng. Marto Suwanto Pratiknyo.

4. Kasiran Joyo Sumarto.

5. Sadikan Hadipranoto

Sejarah Pemerintahan Desa

Pada jaman penjajahan Belanda Desa Kulur berbentuk Kalurahan yang dipimpin seorang Lurah yang membawahi 6 padukuhan yaitu :

1. Padukuhan Kaligayam

2. Padukuhan Polodadi

3. Padukuhan Tigaron

4. Padukuhan Trukan

5. Padukuhan Setro

6. Padukuhan Kebondalem

Tiap padukuhan dipimpin oleh seorang Dukuh yang membawahi wilayah padukuhan dan telah menjalankan tugas fungsinya dengan baik. Sebagai imbalan dari pelayanan, Pemerintah desa menyediakan lahan sawah ( tanah bengkok ).

Seiring dengan perkembangan jaman padukuhan Kebondalem dan Tigaron mengalami pemekaran wilayah dari dua padukuhan menjadi tiga padukuhan.

Daerah padukuhan Tigaron yang dikenal dengan sebutan Brengkel dan daerah padukuhan Kebondalem yang dikenal dengan sebutan Bojong digabung menjadi satu wilayah padukuhan dengan nama Padukuhan Bojong, sehingga Desa Kulur yang semula enam padukuhan menjadi tujuh padukuhan yaitu :

1. Padukuhan Kaligayam

2. Padukuhan Polodadi

3. Padukuhan Tigaron

4. Padukuhan Trukan

5. Padukuhan Setro

6. Padukuhan Kebondalem

7. Padukuhan Bojong.

Dari masa berdirinya desa Kulur sampai dengan sekarang telah mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan Lurah / Kepala Desa.

Adapun nama Lurah / Kepala Desa Kulur adalah sebagai berikut :

1. Lurah Demang Pantja

2. Lurah Puspowirogo

3. Lurah Atmodidjojo

4. Lurah Kromosendjojo

5. Lurah Pademodiwirjo

6. Lurah Suwandi Probohardjono ( tahun 1973 - 1980 )

7. Lurah Nur Hadi Rahmanto ( tahun 1984 - 2003 )

8. Kepala Desa Albanani Heru Irianto.Bc.Hk. ( 2004 -2014 )

9. Kepala Desa Adi Nugroho, S.Pt. (2015 - Sekarang)

Sejarah Pembangunan Desa

Pembangunan di desa Kulur dapat dicatat pembangunannya pada beberapa era kepemimpinan Lurah/Kepala Desa yang masing-masing memiliki hal-hal yang menonjol anatara lain sbb :

1. Masa kepemimpinan Demang Pantja

  • Pembangunan Masjid Kauman ( Masjid Desa )

2. Masa kepemimpinan Lurah Puspowirogo

  • Pembangunan Kantor Desa

3. Masa kepemimpinan Lurah Atmodijojo

  • Pembangunan jembatan ( timur Masjid Kauman )

4. Masa kepemimpinan Lurah Kromosendjojo

  • Pembangunan Balai Desa ( Joglo kayu )

5. Masa kepemimpinan Lurah Pademodiwirjo

  • Pembangunan Sekolah Dasar ( SD Negeri Kulur )
  • Jalan tembus Polodadi - Kebondalem
  • Balai makam Gunung Tahunan
  • Masa kepemimpinan Lurah Suwandi Probohardjono
  • Jalan lingkar tapal kuda
  • Pagar balai desa
  • Lapangan Mbabrik Trukan

6. Masa kepemimpinan Lurah Nur Hadi Rahmanto

  • Rehab Kantor dan Balai Desa
  • Pendirian pasar desa "CIKLI"
  • Pendirian kios desa
  • Pendirian Gedung TK
  • Pelebaran jalan Desa
  • Listrik masuk Desa
  • Pengaspalan jalan Desa
  • Penghijauan
  • Rehab balai makam Gunung Tahunan

7. Masa kepemimpinan Kepala Desa Albanani Heru Irianto.Bc.Hk.

  • Jembatan Desa Setro-Kaligayam
  • Penambahan & rehab gedung TK pertiwi ekokapti
  • Pembangunan Poskesdes
  • Rehab Jembatan Bojong Ngeprih (Trukan )
  • Rehab Balai Desa dan tempat parkir
  • Mushola Balai Desa
  • Air bersih sendang Kaligayam
  • Peningkatan jalan desa dengan rabat beton
  • Peningkatan jalan lingkungan dengan cor blok
  • Peningkatan jalan aspal desa
  • Jembatan Jaten bulak Polodadi
  • Pembangunan Gedung PAUD
  • Pengaman tanggul kali nagung dengan bronjong