Senjang
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Artikel ini tidak memiliki bagian pembuka yang sesuai dengan standar Wikipedia. |
Artikel atau bagian dari artikel ini menggunakan gaya bahasa naratif yang tidak sesuai dengan Wikipedia sehingga menurunkan kualitas artikel ini. Bantulah Wikipedia memperbaikinya. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini. |
Sebagaimana daerah lain di Nusantara ini, Kabupaten Musi Banyuasin juga memiliki budaya yang khas yang membedakan dari daerah lainnya. Salah satu diantaranya budaya yang dimiliki masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin ini adalah sastra lisannya. Ada beberapa bentuk sastra lisan yang dimiliki oleh masyarakat Musi Banyuasin, yaitu Cerita Rakyat, Nyanyian Rakyat, Bahasa Berirama dan Puisi Rakyat. Puisi Rakyat juga bermacam-macam, ada yang berupa mantera dan ada pula yang berbentuk pantun. Ini semua menunjukkan kekayaan spiritual nenek moyang kite, dalam hal ini masyarakat Musi Banyuasin. Salah satu kesenian yang terkenal dikalangan masyarakat Musi Banyuasin tempo dulu yaitu kesenian Senjang.
Belum banyak tulisan yang berbicara tentang sastra rakyat Musi Banyuasin. Tulisan yang ada hanya terbatas dalam bentuk karya ilmiah berupa tugas akhir mahasiswa yang tentu saja tidak terpublikasi secara luas. Ada juga beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Sriwijaya yang bekerjasama dengan Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Publikasinya pun amat terbatas. Makalah ini tidak akan membicarakan semua bentuk cerita rakyat itu, melainkan akan membicarakan puisi rakyatnya yang biasa disebut dengan Senjang.
Apa itu senjang
Senjang adalah salah satu bentuk media seni budaya yang menghubungkan antara orang tua dengan generasi muda atau dapat juga antara masyarakat dengan Pemerintah di dalam penyampaian aspirasi yang berupa nasihat, kritik maupun penyampaian strategi ungkapan rasa gembira
Mengapa disebut Senjang
Karena antara lagu dan musik tidak saling bertemu, artinya kalau syair berlagu musik berhenti, kalau musik berbunyi orang yang bersenjang diam sehingga keduanya tidak pernah bertemu. Itulah yang disebut senjang.
Asal Usul Senjang
Kesenian senjang yang merupakan salah satu kesenian khas masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin bermula disalah satu kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Musi Banyuasin yaitu Kecamatan Sungai Keruh. Dikecamatan ini lah pertama kali kesenian senjang dipopulerkan, kemudian mulai dikembangkan ke Kecamatan Babat Toman antara lain Desa Mangun Jaya. Kecamatan Sanga Desa antara lain Desa Ngunang, Nganti, Sanga Desa dan terus ke Kecamatan Sekayu. Karena itu irama Senjang dari tiap-tiap Kecamatan tersebut tidak sama. untuk kecamatan sanga desa yang terkenal dari desa Ngulak II (arip) dan juga yang paling terkenal dari Desa Terusan (mat Jening)
Senjang tidak dapat disimpulkan berasal dari kabupaten Musi banyuasin, Sebab kesenian senjang juga banyak terdapat didaerah lainnya di bagian hulu sungai musi,diatarnya kab. Musi Rawas,Daerah Rupit, Rawas, Muara Beliti, Kota Lubuklinggau, Tebingtinggi, Lintang Empat Lawang, Muara Saling,propinsi Bengkulu daerah Sindang Kelingi, Kota Padang, Lubuk belimbing, Kepala Curup, Kec. Lembak Kota Bengkulu. Memang diakui Pelantun Senjang mayoritas Masyarakat dari kab.Musi Banyuasin tetapi sampai saat ini masih belum dapat disimpulkan secara pasti Senjang berasal dari daerah yang mana. ( Andi portal )
Bentuk Senjang
Bila ditinjau dari bentuknya, senjang tidak lain dari bentuk puisi yang berbentuk pantun (Talibun). Oleh sebab itu, jumlah Liriknya dalam satu bait selalu lebih dari empat baris. Satu keistimewaan dari kesenian senjang ini adalah penyajiannya yang kompleks sehingga menarik. Dikatakan kompleks karena penyajianya selalu dinyanyikan dan diiringi dengan musik. Akan tetapi, ketika pesenjang melantunkan senjangnya musik berhenti. Pesenjang biasanya menyanyi sambil menari. Ia dapat membawakan senjang itu sendirian tetapi tidak jarang pula pesenjang tampil berdua. Walaupun irama senjang ini pada umumnya monoton, tetapi juga mengajak audiens terlibat sekaligus terhibur.
Penampilan senjang tampaknya mengalami perkembangan. Pada zaman dahulu, musik pengiring senjang adalah musik tanjidor. Seiring dengan perkembangan permusikan dewasa ini, tanjidor sudah nyaris langkah digunakan, tetapi penggantinya adalah musik melayu atau organ tunggal. Pada zaman dahulu, penutur senjang biasanya menciptakan senjangnnya secara spontan, sehingga tema yang akan disampaikan disesuaikan dengan suasana yang dihadapinya. Akan tetapi, sekarang kepandaian senjang serupa itu sudah sangat langkah. Pesenjang biasanya menyiapkan senjangnya jauh hari sebelumnya. Bahkan sering terjadi pesenjang menuturkan senjangnya dengan melihat teks yang telah dipersiapkan.
Ikatan senjang juga memiliki pola tersendiri. Sebuah senjang biasanya terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama merupakan bagian pembuka. Bagian kedua merupakan isi senjang yang akan disampaikan. Bagian ketiga merupakan bagian penutup yang biasanya berisi permohonan maaf dan pamit dari pesenjang.
Contoh Senjang
Bagian pembuka senjang dapat dilihat dari contoh berikut:
Cobo - cobo maen gelumbang Entahke padi entah dedak Bemban burung pulo lalang Untuk bahan muat keranjang Cobo - cobo kami nak basenjang Entahke pacak entah dak Kepalang kami telanjur senjang Kalu salah tolong maaf ke
Contoh bagian isi senjang :
Kalu adek ke Palembang Jangan lali ngunde tajur Tajur pasang di Sekanak Bawa batang buah Banono Kala adek bajo linjang Jangan sampai talanjur Kalu rusak lagi budak Alamat idop dak samparno
Contoh bagian penutup senjang:
Kalu nak pegi ke Karang Waru Singgah tegal di Jerambah Pogok Tengah jalan ke Rantau Kasih Nak pegi ke dusun ulak Kami senjang barenti dulu Adat karena abis pokok Kami ucapke terime kaseh Maap ke bae kate yang salah
Berikut ini salah satu contoh senjang secara penuh, senjang ini ciptaan Dorisman Sidik salah satu masyarakat Kecamatan Sungai Keruh.
Assalamualaikum Wr. Wb.....
Makan paoh kanti embacang
oleh gitek buah kemang
pucuk temedak dimakan borong
borong bekicau tekate rami
tedengo sampai tengah laman
jaoh jaoh kami datang
dai desa Jeramba Gantung
oleh endak milu senjang
nak nampilke budaya kami
mpai dak ilang ditelan zaman
celana baru panjang pesak
makai baju lali dasi
bekebaya kancing rusak
muat kopi dalam cerek
aman abes muat lagi
oi kawanku yang ade sikak
mikak zaman globalisasi
budaya luar banyak merusak
kitek lestarike budaya kitek
aman dak kitek sape lagi
payo berangkat naek ketek
ngoncok ke ulu sungai keroh
ade batang tomboh jamur
jamur merang pinggir padi
tomboh dibatang kayu betanang
ayo bajo budaya kitek
budaya kecamatan sungai keruh
ade senjang sastra tutur
tari tradisi, tari kreasi
ade pulek dundai sialang
burung merak burung nuri
burung punai pucuk padi
burung layang pucuk ayo
makai sayap terbang tinggi
terbang sampai kekayangan
bapak juri dan ibu juri
ikaklah pecak senjang kami
kami besenjang mpai ndak bajo
menang lomba harapan kami
kalah lomba man pacak jangan
beli ranjang di ketayu
tengah malam ayam bekokok
singgah dusun talang piase
musim kemarau banyak lebu
musim penghujang tanah melekat
kami besenjang berenti dulu
karne adat abes pokok
kami ucapke terime kaseh
kepade bapak dan ibu-ibu
doake kami balek agek
selamat dunia dan akhirat
Wassalammu’alaikum Wr. Wb
Fungsi Senjang
Bila dilihat dari penampilan dan isi yang terdapat di dalam sebuah senjang, tampak ada beberapa fungsi yang terdapat di dalamnya.
Fungsi I, adalah untuk menghibur. Fungsi ini dapat dirasakan ketika senjang itu akan ditampilkan. Mengapa demikian? ini disebabkan oleh penampilan senjang selalu diiringi oleh musik yang dinamis. Musik dan penuturan senjang tampil secara bergantian. Sebelum bagian pembuka ada musik yang mengiringinya. Antara bagian pembuka dan bagian isi juga diselingi dengan musik. Antara bagian isi dan bagian penutup pun diselingi oleh musik. Pada bagian akhir musik akan muncul lagi. Walaupun irama musiknya yang itu - itu juga, penonton akan merasa terhibur.
Fungsi II adalah untuk menyampaikan nasihat (didaktis). Nasihat ini tidak hanya ditujukan kepada anak-anak, tetapi juga ditujukan kepada para remaja bahkan orang tua. Oleh sebab itu senjang sering dituturkan pada pesta keluarga seperti pesta perkawinan, khitanan dan lain-lain. Pada kesempatan ini semua keluarga baik tua maupun muda, dewasa maupun anak-anak berkumpul. Dengan demikian, semua usia tadi dapat menqikuti penuturan senjang itu. Pesan moral yang dituturkan oleh pesenjang dengan bernyanyi sambil menari itu cukup menqhibur dan tidak terkesan menggurui.
Fungsi III adalah sebagai alat kontrol sosial dan politik Fungsi ini terutama sekali terlihat ketika senjang dituturkan pada acara yang dihadiri pejabat, baik acara pemerintahan maupun acara kekeluargaan. Akan tetapi, karena format penyampaiannya selalu didahului dengan permohonan izin dan maaf dan diakhiri pula dengan permohonan pamit dan maaf. Serta diiringi dengan musik dan tari yang dilakukan pesenjang, kontrol, kritik yang disampaikan oleh pesenjang itu menjadi enak didengar, tidak membuat pihak yang dikontrol atau dikritik tersinggung. Senjang mengkritik tetapi tidak menyakiti, mengontrol tetapi tidak menghujat pihak yang dikritiknya.