Zirah
Zirah adalah pakaian atau lapisan pelindung yang dikenakan untuk melindungi tubuh maupun kendaraan dari senjata atau benda yang dapat memberi luka fisik. Istilah zirah identik dengan pakaian perlindungan untuk berperang pada zaman dahulu, meskipun pada masa modern polisi dan tentara juga menggunakan zirah yang lebih ringan dan fleksibel.
Dalam perkembangannya, zirah berkembang dari sekadar pakaian berbahan dasar kulit tebal (misalnya kulit trenggiling), kemudian lempengan logam yang dibentuk sesuai tubuh (misalnya kuiras), sampai yang termaju adalah rompi anti peluru. Saat ini yang dianggap sebagai baju zirah umumnya adalah baju besi. Pembagian jenis baju zirah yang terkenal adalah baju zirah dari jalinan rantai (zirah rantai), berbentuk sisik (zirah sisik), dan lempengan padat (zirah lempeng).
Di Nusantara dan berbagai bangsa melanesia dan polinesia lainnya jarang menggunakan baju zirah karena kelangkaan besi di daerahnya. Oleh karenanya lebih bertumpu pada tameng atau perisai kecil untuk mendapatkan kecepatan dan kelincahan dalam pertarungan dibandingkan perlindungan yang ditawarkan baju zirah.
Jenis zirah
Zirah non-logam
Bentuk awal zirah, dengan menggunakan kulit yang tebal diharapkan serangan dan goresan ringan dapat diatasi, tetapi sama sekali tidak berguna untuk mengatasi tebasan dan tusukan langsung.
Hoplite Yunani klasik menggunakan linothorax, dibuat dari beberapa lapis kain linen yang di rendam dalam lem untuk mendapatkan sepotong baju yang keras. Meski ada beberapa yang menganggap bahwa baju zirah ini sebenarnya menggunakan lapisan besi di antara lapisan kain.
Zirah rantai
Pada zaman dahulu, jenis zirah rantai adalah baju zirah yang paling fleksibel. Dibuat dari cincin-cincin yang salin sambung dan dijalin hingga seperti kaus, disebut hauberk. Banyak terlihat digunakan oleh orang-orang Gaul (Perancis modern), Keltik, dan Jerman kuno. Pada awal Republik Romawi juga digunakan sebagai seragam standar.
Rantai zirah ini cenderung pecah jika menghadapi tusukan, atau bahkan jika menghadapi tebasan yang cukup kuat. Karena sifatnya yang fleksibel maka pemakainya masih rentan terhadap senjata-senjata tumpul seperti tongkat, gada, atau pentungan.
Saat ini sudah ada mesin untuk membuat dan menyusun cincin-cincin besi yang dijalin menjadi baju zirah jenis ini. Biasanya baju zirah rantai yang menutupi seluruh tubuh beratnya sekitar 35 pon.
Zirah sisik
Ini adalah jenis baju zirah yang digunakan secara luas sebagai baju zirah di Tiongkok, Persia, dan Bizantium. Biasanya dibuat dari potongan logam berbentuk segi empat atau segilima atau bahkan bulat yang dijahit saling bertumpuk satu sama lain ke sepotong kulit.
Kepopuleran baju zirah jenis ini terutama karena menawarkan perlindungan lebih baik terhadap serangan senjata tumpul daripada jalinan rantai. Karena inilah baju zirah ini populer digunakan pada masa Romawi sebagai alternatif baju zirah rantai.
Terdapat literatur yang menyatakan bahwa baju ini rentan terhadap tusukan yang mengarah ke atas, tetapi sangat jarang terjadi tusukan yang melewati(tanpa memecahkan) sisik-sisik baju zirah jenis ini. Bagaimanapun menusuk keatas dengan tepat cukup sulit dilakukan.
Pada masa silam sisik-sisik ini dibuat dari perunggu, besi, atau baja. Ini tergantung pada kondisi geografis pembuat dan juga tujuan pembuat.
Zirah lempeng
Ini adalah baju zirah yang sering diidentikkan dengan ksatria-ksatria eropa. Sebagaimana yang terlihat jika baju zirah ini akan sangat berat jika dibuat melindungi seluruh tubuh. Meski begitu tidak seperti anggapan umum baju zirah ksatria eropa tidak melebihi 45 pon walau dibuat dua lapis dan menutupi seluruh tubuh.
Salah satu baju zirah yang indah adalah baju zirah yunani klasik yang dibentuk menyerupai otot dada dan perut, banyak digunakan oleh petinggi dan bangsawan Yunani dan Romawi. Lorica segmentata adalah baju zirah standar kekaisaran Romawi yang dibentuk dari lempengan-lempengan panjang untuk menutupi dada, perut, dan bahu.
Terrdapat literatur yang menyatakan bahwa pada abad pertengahan akhir baju zirah jenis ini buatan Jerman cenderung lebih banyak memiliki 'paku' dibanding buatan Itali yang lebih mulus. Meski begitu keduanya tetap sebanding.
Pada perang dunia pertama terdapat sepasukan kekaisaran Jerman yang menggunakan baju zirah ini untuk memberikan perlindungan pada badannya, terutama karena belum adanya rompi anti peluru.