Debat

Revisi sejak 7 Januari 2006 18.59 oleh Permata Harahap (bicara | kontrib) (Debat kompetitif adalah kegiatan adu argumentasi yang dimainkan dengan format yang jelas dan terstruktur.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.

Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.

Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan ("format") yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.

Debat kompetitif dalam pendidikan

Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).

Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri.

Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas.

Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian, beberapa kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language - ESL).

Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan Singapura.

Debat kompetitif di Indonesia

Artikel Utama: Debat kompetitif di Indonesia

Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda.

Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).

Indonesia juga memiliki kompetisi debat dalam bentuk acara televisi yang disiarkan oleh Televisi Republik Indonesia dengan judul Battle of Wits.

Berbagai gaya debat parlementer

Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:

  • jumlah tim dalam satu debat
  • jumlah pembicara dalam satu tim
  • giliran berbicara
  • lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
  • tatacara interupsi
  • mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
  • tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara
  • hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara
  • jumlah juri dalam satu debat
  • kisaran penilaian

Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:

  • penentuan topik debat (mosi) - apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa saat sebelum debat dimulai ('impromptu')
  • lama waktu persiapan - untuk debat 'impromptu', waktu persiapan berkisar antara 15 menit (WUDC) hingga 1 jam (WSDC)
  • perhitungan hasil pertandingan - beberapa debat hanya menggunakan 'victory point' (VP) untuk menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih ('margin') nilai yang diraih kedua tim atau jumlah 'vote' juri (mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 2-1)
  • sistem kompetisi - sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah 'power matching'

Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat parlemen sebenarnya:

  • topik debat disebut mosi ('motion')
  • tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah ('Government'), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi ('Opposition')
  • pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri ('Prime Minister'), dll.
  • pemimpin/wasit debat ('chairperson') dipanggil 'Speaker of The House'
  • penonton/juri dipanggil 'Members of the House' (Sidang Dewan yang Terhormat)
  • interupsi disebut 'Points of Information' (POI)

Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs")

Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah ('Government') dan satu tim mewakili Oposisi ('Opposition'), dengan urutan sebagai berikut:

  1. Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7 menit
  2. Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
  3. Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
  4. Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
  5. Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
  6. Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
  7. Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit
  8. Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit

Pidato penutup ('Reply speech') menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.

Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:

  • (This House believes) That globalization marginalizes the poor. -- (Sidang Dewan percaya) Bahwa globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.

Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.

Tidak ada interupsi dalam format ini.

Juri ('adjudicator') dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan 'voting'-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat 'unanimous' ataupun 'split decision'.

Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan format ini adalah Java-Overland Varsity English Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity Debating Championship (IVED).

Asian Parliamentary ("Asians")

Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi ('Point of Information') yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga mirip dengan World Schools Style yang digunakan di WSDC.

Di Indonesia, format ini digunakan dalam 'ALSA English Competition (e-Comp)' yang diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC universitas Indonesia.

British Parliamentary ("BP")

Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah ('Government') dan dua lainnya Oposisi ('Opposition'), dengan susunan sebagai berikut:

Opening Government:                  Opening Opposition:
- Prime Minister                     - Leader of the Opposition
- Deputy Prime Minister              - Deputy Leader of the Opposition
Closing Government:                  Closing Opposition:
- Member of the Government           - Member of the Opposition
- Government Whip                    - Opposition Whip

Urutan berbicara adalah sebagai berikut:

  1. Prime Minister - 7 menit
  2. Leader of the Opposition - 7 menit
  3. Deputy Prome Minister - 7 menit
  4. Deputy Leader of the Opposition - 7 menit
  5. Member of the Government - 7 menit
  6. Member of the Opposition - 7 menit
  7. Government Whip - 7 menit
  8. Opposition Whip - 7 menit

Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi ('Point of Information'). Bila diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya.

Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir.

Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi 'Founders Trophy' yang diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.

Format World Schools

Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut:

  1. Pembicara pertama Proposisi - 8 menit
  2. Pembicara pertama Oposisi - 8 menit
  3. Pembicara kedua Proposisi - 8 menit
  4. Pembicara kedua Oposisi - 8 menit
  5. Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit
  6. Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit
  7. Pidato penutup Oposisi - 4 menit
  8. Pidato penutup Proposisi - 4 menit

Pidato penutup ('reply speech') dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi.

Aturan untuk interupsi ('Points of Information' - POI) mirip dengan format BP. POI hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.

Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat juga menggunakan format ini.

American Parliamentary

Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan susunan sebagai berikut:

  • Government
    • Prime Minister (PM)
    • Member of the Government (MG)
  • Opposition
    • Leader of the Opposition (LO)
    • Member of the Opposition (MO)

Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat pendidikan menengah dan tinggi.National Parliamentary Debate Association (NPDA), American Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary Tournament of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas dengan susunan pidato sebagai berikut:

  • Prime Minister - 7 menit
  • Leader of the Opposition - 8 menit
  • Member of the Government - 8 min
  • Member of the Opposition - 8 min
  • Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min
  • Prime Minister Rebuttal - 5 min

California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato sebagai berikut:

  • Prime Minister - 7 menit
  • Leader of the Opposition - 7 menit
  • Member of the Government - 7 menit
  • Member of the Opposition - 7 menit
  • Leader of the Opposition Rebuttal - 5 menit
  • Prime Minister Rebuttal - 5 menit

Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi.

Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.

Debat kompetitif selain debat parlementer

Policy Debate

Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.

Lincoln-Douglas Debate

Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.

Kegiatan lain yang serupa

Model United Nations

Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah dan universitas di dunia. Dalam kegiatan ini, peserta memainkan peran sebagai delegasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili negara tertentu (dalam kompetisi internasional, negara yang diwakili umumnya bukan negara asal sebenarnya dari tim tersebut).

Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta International School (JIS), sebuah sekolah internasional di ibukota, memiliki kegiatan ekstrakurikuler ini.

Moot court

Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat universitas.

Lihat juga

Dartmouth Debate Institute

organise schools debating in New Zealand