Kapal penjelajah Jepang Maya

Kapal penjelajah berat Jepang

Maya (摩耶) adalah satu dari empat kapal penjelajah berat dalam kelas kapal penjelajah kelas-Takaoyang aktif dalam Perang Dunia II milik Angkatan Laut Kekaisaran Jepang (IJN). Nama para saudarinya adalah Takao, Atago dan Chōkai.[1]

Maya
Sejarah
Kekaisaran Jepang
Nama Maya
Asal nama Gunung Maya
Dipesan FY 1927
Pembangun Kawasaki Shipyards, Kobe
Pasang lunas 4 Desember 1928
Diluncurkan 8 November 1930
Mulai berlayar 20 Juni 1932
Dicoret 20 Desember 1944
Nasib Terkena torpedo dan tenggelam oleh USS Dace, 23 Oktober 1944
Ciri-ciri umum
Kelas dan jenis Kapal penjelajah kelas-Takao
Berat benaman 9.850 t (9.690 ton panjang) (standar), 15.490 t (15.250 ton panjang) (muat penuh)
Panjang
  • Perpendikuler: 1.925 m (6.316 ft)
  • Keseluruhan: 20.376 m (66.850 ft)
Lebar 19 m (62 ft) – 204 m (669 ft)
Sarat air 611 m (2.005 ft) – 632 m (2.073 ft)
Tenaga 132.000 shp (98.000 kW)
Pendorong Turbin bergir 4 poros, 12 pendidih Kampon
Kecepatan 355 kn (657,5 km/h; 408,5 mph)
Jangkauan 8.500 mil laut (15.740 km) pada 14 knot (26 km/h)
Awak kapal 921–996
Senjata
Pelindung
  • Sabuk utama: 38 to 127 mm
  • Geladak utama: 37 mm (maksimal)
  • Geladak atas: 12.7 sampai 25 mm
  • Sekat: 76 sampai 100 mm
  • Turet senjata: 25 mm
  • Pesawat yang
    diangkut
    3x pesawat terbang apung (1x Aichi E13A1 "Jake" & 2x F1M2 "Pete")
    Fasilitas penerbangan 2 katapel pesawat terbang

    Maya lahir dan baru dinamakan pada tanggal 8 November 1930, dan merupakan bagian dari Armada Kedua IJN di Yokosuka membentuk kesatuan "Sentai-4" bersama semua saudarinya. Ia merupakan anak ketiga dari kelas Takao, namun karena waktu penugasannya bersamaan dengan adiknya, Choukai, maka mereka sering disebut sebagai "saudari kembar tak identik".

    Sebelum masa Perang Dunia II, Maya sudah terlibat dalam Perang Sino-Japanese II dengan memimpin Divisi Ke-6 IJN dari Nagoya ke China pada Agustus 1937. Dan sebelum masa Perang Dunia II, Maya mengalami lebih sedikit modifikasi dibanding kedua kakaknya, sehingga nyaris membuatnya dan Choukai bisa disebut sebagai cabang kelas dari Atago dan Takao. Pada masa-masa awal Perang Dunia II, Maya bersama dengan kedua kakaknya ditempatkan di Distrik Pertahanan Mako untuk persiapan invasi ke Filipina. Namun, sampai 8 Desember 1941, Maya masih tetap berada di Mako sampai akhirnya bergabung dengan Ashigara dan Kuma untuk mengawal pendaratan tentara Jepang di Vigan dan Teluk Lingayen. Maya juga berpartisipasi dalam invasi ke Kepulauan Natuna.

    Sepanjang karirnya, Maya sangat sering terlihat dalam beberapa operasi militer dari ujung utara sampai selatan wilayah pasifik. Catatan sejarahnya termasuk yang paling lengkap dari semua kapal penjelajah berat Kekaisaran Jepang yang pernah ada. Secara umum, operasi-operasi militer yang pernah diikutinya sepanjang sejarah adalah Kampanye Hindia Belanda, Kampanye Aleutian (Pertempuran Kepulauan Aleutian, Pertempuran Kepulauan Komandorski, dan Operasi Cottage atau evakuasi tentara Jepang dari Pulau Attu), Kampanye Guadalkanal (Pertempuran Eastern Solomons, Pemboman Henderson Field, dan Pertempuran Santa Cruz), Kampanye militer Kepulauan Solomon (Pemboman Rabaul), Pertempuran Laut Filipina, dan Pertempuran Teluk Leyte.

    Pertempuran terakhir Maya terjadi pada saat Pertempuran Palawan Passage yang merupakan bagian dari Pertempuran Teluk Leyte. Maya dan semua saudarinya membentuk "Sentai-5" bersama dengan tiga kapal tempur Yamato, Musashi, dan Nagato. Pada tanggal 23 Oktober 1944, mereka disergap oleh beberapa kapal selam Amerika dimana USS Darter berhasil menenggelamkan Atago dan Takao terlebih dahulu, sebelum USS Dace akhirnya juga ikut mengakhiri perjalanan hidup Maya dengan empat torpedo yang membuat 336 kru dan kaptennya bersama-sama menemaninya ke peristirahatan terakhirnya.

    Referensi

    1. ^ Jentsura, Hansgeorg (1976). Warships of the Imperial Japanese Navy, 1869–1945. Naval Institute Press. ISBN 0-87021-893-X.  page 84