Pizzaiuolo adalah praktek kuliner yang berasal dari Napoli, ibukota Campania, Italia. Praktek ini telah berlangsung sejak abad ke-16 dan telah diturunkan secara turun temurun. Dengan jumlah mencapai 3000, praktek kuliner ini digunakan sebagai sumber mata pencaharian.[1]

Terdapat 3 kategori pelaku pizzaiuolo, yakni master pizzaiuolo, pizzaiuolo dan pembuat roti.Master Pizzaiuolo atau disebut dengan "Masto" dalam bahasa setempat adalah orang yang sangat menguasai semua tahapan dan bertanggung jawab terhadap generasi baru pizzaiuoli. Selain itu seorang masto juga bisa melakukan pertunjukan seni pizza di hadapan publik. Di bawah 'masto' ada 'guaglione' atau pizzaiuolo muda. Pelaku ini mengikuti gerakan tubuh dari master dan memastikan seni untuk menjadi seorang master. Terakhir adalah pembuat roti. Ia bertugas pada pembakaran pizza ke dalam oven kayu (disebut juga dengan 'pampuglie') dan memiliki kemampuan untuk dapat membedakan kayu yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengelolanya agar pizza yang dihasilkan sempurna.[1]

Pada pelaksanaannya, pizzaiuolo melibatkan empat tahapan untuk menghasilkan sebuah pizza. Tahapan pertama adalah menggulung adonan kemudian membentuknya menjadi bola atau dalam Bahasa Italia disebut sebagai staglio. Kedua adalah yakni melebarkan (Istilah Bahasa Italia: ammaccatura) dan memutar adonan sampai dapat diberikan topping pizza. Istilah ini dinamakan schiaffo atau saat adonan menjadi lebar dan elastis. Selanjutnya, master pizzaiuolo mengolesi saus tomat dan sisa bahan-bahannya ditaburkan dari tengah ke arah luar searah jarum jam. Tahapan terakhir adalah memasukkan pizza ke dalam oven kayu dan memutarnya dengan sekop pizza. Sekop tersebut digunakan untuk melindungi tangan dari panasnya oven.[2]

Pengakuan UNESCO

Kampanye tentang pengajuan pizzaiuolo untuk terdaftar sebagai budaya yang diakui oleh UNESCO telah berlangsung sejak 2009.[3] Setelah bertahun-tahun melakukan kampanye, akhirnya pada 2017 UNESCO mengabulkan permohonan Italia dengan menetapkan pizzaiuolo sebagai warisan budaya dunia tak benda kemanusiaan milik Italia. Keputusan tersebut disahkan di Pulau Jeju, Korea Selatan pada 7 Desember 2017 setelah Italia melakukan kampanye sejak 2009. Atas penetapan ini Menteri Pertanian, Makanan dan Kehutanan Italia, Maurizio Martina memberikan respon dengan menulis kicauan "Victory!" di twitter, sementara menteri pertanian sebelumnya, yakni Pecoraro Scanio mengunggah video tentang kemenangan.[4][5]

Keberhasilan diakuinya pizzaiuolo sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO tak terlepas dari peran Asosiasi Pizzaiuoli Neapolitan. Asosiasi yang berdiri sejak tahun 1988 itu aktif menjalankan akademi pelatihan atau dikenal juga dengan nama "bottega" dengan menerima sekitar 120 pelajar setiap tahunnya. Keberhasilan juga didapatkan melalui berdirinya museum pizza internasional pertama di Italia sejak 2013 dan tanda tangan petisi dalam mendukung pengajuan pizzaiuolo sebagai warisan budaya dunia yang dilakukan oleh sekitar 2 juta orang. Hal-hal tersebutlah yang kemudian membuat UNESCO menyetujui proposal pengajuan Italia.[4][6]

Pranala Luar

Referensi

  1. ^ a b "Art of Neapolitan 'Pizzaiuolo' - intangible heritage - Culture Sector - UNESCO". ich.unesco.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-08. 
  2. ^ "Spinning pizza dough is an art form according to UNESCO - CBBC Newsround" (dalam bahasa Inggris). 2017-12-07. Diakses tanggal 2017-12-08. 
  3. ^ "Naples celebrates UNESCO recognition of art of pizza making | The Guardian". www.theguardian.pe.ca (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-09. 
  4. ^ a b CNN, Manisha Ganguly,. "Naples' pizza spinning given UNESCO 'intangible heritage' status". CNN. Diakses tanggal 2017-12-08. 
  5. ^ Post, The Jakarta. "Naples pizza twirling wins coveted UNESCO 'intangible' status". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-09. 
  6. ^ France-Presse, Agence (2017-12-07). "Naples' pizza twirling wins Unesco 'intangible' status". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2017-12-08.