Gereja Kristen Indonesia Bungur

gereja di Indonesia
Revisi sejak 9 Desember 2017 02.34 oleh Abdullah Faqih (bicara | kontrib) (ss)

Gereja Kristen Indonesia Bungur atau disingkat menjadi GKI Bungur adalah sebuah bangunan peribadatan umat Krsitiani di Jakarta yang masih menggunakan Bahasa Mandarin dalam praktik beribadahnya. Secara spesifik, GKI Bungur berada di Jalan Perniagaan No.1, Jakarta dan dianggap sebagai salah satu gereja paling bersejarah di Indonesia karena mencirikan pengaruh dari VOC semasa penjajahan kolonial dengan budaya Tionghoa. Cikal bakal berdirinya GKI Bungur telah dimulai sejak tahun 1868 dimana ada 17 orang yang dibaptis dan kemudian menjadi Jemaat Patekoan. Selain menggunakan Bahasa Mandarin dalam praktik ibadahnya, mereka juga merayakan ibadah khusus untuk memperingati Tahun Baru Imlek serta budaya Tionghoa lainnya.

Sejarah

Mula-mula, di Indonesia terjadi misi Kristenisasi yang dikerjakan oleh perkabaran Injil dari Zending Belanda, orang Tionghoa Perantauan dan orang Tionghoa Peranakan. Hubungan antara perkabaran injil dengan keberadaan orang Tionghoa itu bukan lagi menjadi hal yang asing bagi Indonesia. Pada waktu itu, telah berdiri beberapa jemaat Kristen Tiongho di beberapa kota, seperti Indramayu, Cirebon, Bandung dan Jakarta. Di tahun 1889, pemerintah Hindi Belanda juga mengakui keberadaan mereka dengan pemberian nama “Evangelische Chineesche Gemeente” yang pada tahun 1938 dikenal dengan nama Tionghoa sebagai “Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Khu Hwee West Java” atau THKTKH-KH West Java.

Setelah diakui secara resmi oleh pemerintah, THKTKH-KH West Java mulai melakukan aktivitas peribadatannya. Pada tahun 1868, mereka membatis 17 orang dewasa yang merupakan jemaat Patekoan. Jemaat Patekoan tersebut dianggap sebagai cikal bakal berdirinya GKI Bungur. Ke-17 orang itu juga menjadi anggota inti atau orang yang pertama kali membangun GKI Bungur. Dalam perkembangannya, jemaat Patekoan mengalami kemajuan yang cukup siginifikan. Pada tahun 1950, mereka membeli sebidang tanah seluas 3800 m2 untuk dijadikan tempat ibadah terpisah dengan THKTKH-KH West Java. Sejak bulan April tahun 1952, THKTKH-KH West Java juga berdiri sendiri menjadi sebuah jemaat yang kini disebut GKI Gloria. Kemudian, di tahun 1952 terjadi berkabaran injil di jemaat Patekoan yang dilakukan oleh beberapa pekerja gereja dari Jemaat Pinangsia. Mereka mengabarkan Injil di daerah Pasar Senen yang kemudian di tahun yang sama dianggap sebagai waktu berdirinya GKI Bungur.

Jumlah jemaat yang beribadah ke GKI Bungur lama kelamaan semakin meningkat. Para pemuka agama di gereja itu akhirnya berpikir untuk membentuk susunan Majelis Jemaat yang bertugas untuk menanungi yayasan gereja. Mereka merasa sudah waktunya untuk mencari tempat ibadah yang permanen yang bertugas untuk menggalang dana untuk pembelia rumah ibadah mereka. Akhirnya, terbentuklah yayasan bernama Yayasan GKI Bungur besar pada tanggal 2 Agustus 1956 dan diketuai oleh Tjuang Oen Tek. Setelah melewati beberapa proses pengumpulan dana, pada bulan Agustus 1956, GKI Bungur berhasil membeli sebidang tanah seluas 2.280 m2 yang terletak di Jalan Bungur, Jakarta. Hanya berselang satu tahun, yakni pada tahun 1957, diadakan kebaktian peresmian yang juga dihadiri oleh Departemen Agama Republik Indonesia sebagai pembimbing masyarakat Kristen. Tempat itu kemudian dijadikan sebagai tempat ibadah tetap jemaat GKI Bungur.

Pada tahun 1963, GKI Bungur tidak memiliki pendeta. Pendeta sebelumnya yang memberitakan Injil melanjutkan studi ke luar negeri, sehingga aktivitas perkabaran Injil sempat terganggu. Mereka juga membuat siasat terkait banyaknya jemaat yang tidak bisa membaca huruf Mandarin. Setiap hari minggu, mereka membuka satu kebaktian yang menggunakan Bahasa Indonesia. Begitu pun tentang kebutuhan ruang-ruang kelas baru akibat bertambahnya anak-anak sekolah yang perlu pengabaran Injil. Di tahun 1970, majelis jemaat memutuskan untuk membangun kelas-kelas baru untuk sekolah minggu.

Struktur Organisasi

Secara umum, GKI Bungur memiliki struktur kepengurusan yang sangat rinci. Mereka memfokuskan bidang-bidang tertentu dengan sumber daya manusia yang secara khusus dan spesifik mengatur persoalan terkait. Posisi pendeta dalam struktur organisasi gereja dianggap sebagai ketua umum sekaligus pembina dalam setiap bidang kepengurusan. Majels jemaat dan diaken juga ditunjuk oleh pendeta menjadi ketua bidang maupun anggota bidang serta pelaksana kegiatan. Secara lebih rinci, bentuk struktur organisasi GKI Bungur adalah ketua umum; ketua 1; ketua 2; sekretaris umum; wakil sekretaris umum; bendahara umum; wakil bendahara umum. Sementara untuk setiap bidang, strukturnya meliputi bidang 1 (kesaksian pelayanan); bidang 2 (Persekutuan); bidang 3 (Pembina); bidang 4 (Sarana penunjang). Keseluruhan bidang-bidang tersebut terdiri dari ketua bidang; wakil ketua bidang; anggota; dan Pembina.

Selain itu, GKI bungur juga memiliki badan pelayanan jemaat yang mencakup komisi anak, komisi remaja, komisi pemuda, komisi dewasa muda, komisi wanita, komisi usia indah, komisi pengabaran Injil, komisi musik, komisi literatur multimedia, seksi data perlawatan jemaat, seksi pengembangan Mandarin, seksi pelayanan pos alam sutera, dan YPK Saint John. Keseluruhan badan pelayanan jemaat tersebut memiliki struktur yang terdiri dari majelis penghubung dan Pembina.

Kegiatan di GKI Bungur

Kegiatan Ibadah

Berbeda dengan gereja pada umumnya, GKI Bungur juga mengadakan kegiatan ibadah umum sebanyak empat kali setiap hari Minggu, yaitu satu kali ibadah umum menggunakan Bahasa Madarin dan tiga kali ibadah umum menggunakan Bahasa Indonesia. Durasi atau lamanya waktu ibadah biasanya hanya satu setengah jam setiap kalinya. Sementara untuk jemaat ibadah, pengurus tidak membatasi hanya pada jemaat tetap di GKI Bungur, melainkan juga jemaat sementara atau pun simpatisan tanpa terbatas umur.

Ibadah Umum

Ibadah umum dalam Bahasa Mandarin biasanya dihadiri oleh jemaat yang lanjut usia, jemaat keturunan Tionghoa yang fasih berbahasa Mandarin, atau jemaat yang sedang menemani orang tuanya beribadah. Jemaat yang biasa dan yang belum lanjut usia biasanya akan mengikuti ibadah di ruangan yang berbahasa Indonesia. Meskipun kegiatan ibadah umum itu dibagi menjadi Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia, khotbah dalam bentuk Bahasa Indonesia biasanya hanya disebutkan sesekali saja. Pengurus gereja kemudian menyediakan dua orang liturgos yang bertugas membawakan urutan liturgy ibadah. Satu liturgos menggunakan Bahasa Mandarin dan sisanya bertugas menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Lagu-lagu rohani yang mereka nyanyikan berbahasa Indonesia yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin. Di dalam tampilan LCD, panitia juga menyertakan teks lagu dalam Bahasa Indonesia sekaligus dalam Bahasa Mandarin. Sehingga, seluruh jemaat akan merasa nyaman untuk beribadah di GKI Bungur.

Selain kebaktian atau ibadah umum, GKI Bungur juga mengadakan ibadah lainnya seperti sekolah minggu anak, kebaktian remaja, persekutuan pemuda, persekutuan dewasa, persekutuan firman dan doa, persekutuan usia indah, persekutuan doa pagi, dan lain lain.

Sekolah Minggu

Sekolah Minggu dikhususkan untuk anak-anak berusia sekolah, mulai dari usia 4 hingga 11 tahun. Sebagaimana sekolah-sekolah formal lainnya, Sekolah Minggu juga membagi anak-anak ke dalam kelas-kelas tertentu sesuai dengan tingkatannya. Di dalam kelas, mereka akan diceritakan berbagai macam cerita-cerita Alkitab yang di penghujung kelas selalu diberikan pesan moral yang dapat dipelajari dari kisah-kisah tersebut. Setiap kelas juga memiliki guru sebagai pengajar, namun tidak memiliki rapor atau ujian sebagaimana yang dilakukan oleh sekolah formal.

Kebaktian Remaja

Kebaktian Remaja dalam GKI Bungur lebih menyasar jemaat berusia 14-20 tahun atau usia SMP-SMA. Kegiatan ibadah yang dilakukan para remaja tersebut adalah dengan menyanyikan lagu-lagu rohani serta menampilkan pertunjukan music yang telah mereka aransemen sendiri. Mereka juga menggunakan alat-alat music seperti gitar, keyboard, bass, cajon, dan beberapa alat music lainnya. Pendeta atau evangelis juga akan memberikan khutbah kepada mereka, namun masih seputar kehidupan remaja sehingga firman Tuhan dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka.

Persekutuan Pemuda

Persekutuan pemuda secara khusus adalah kegiatan yang dirancang oleh GKI Bungur untuk melayani jemaat berusia 21-29 tahun atau usia perguruan tinggi hingga bekerja. Persekutuan pemuda diadakan setiap minggu ketiga atau keempat setiap hari Minggu selama satu bulan.  Konsep yang diajarkan dalam kelas persekutuan pemuda tidak jauh berbeda dengan kelas kebaktian remaja. Mereka juga menyanyikan lagu-lagu rohani dan terdapat pendeta yang memberikan khutbah. Bedanya, tema khutbah yang diberikan kepada mereka lebih banyak terkait dunia perkuliahan maupun dunia kerja.

Referensi