Ben L Salomon
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkan kategori. |
Kapten Benjamin Lewis Salomon, 1 November 1914 – 7 Juli 1944 adalah seorang dokter gigi dalam tentara angkatan darat Amerika Serikat saat Perang Dunia Kedua, ditugaskan sebagai tenaga bedah di garis depan. Ia terkenal karena secara tak terduga berani bertahan dari serangan dalam Pertempuran Saipan dan balik membunuh 98 tentara musuh dengan senapan mesin, sebelum akhirnya gugur. Ia dianugerahi Medal of Honor pada tahun 2002. Ia salah satu dari tiga dokter gigi yang pernah mendapat penghargaan ini.
Benjamin L. Salomon | |
---|---|
Lahir | Milwaukee, Wisconsin | 1 September 1914
Meninggal | 7 Juli 1944 Saipan, South Pacific Mandate | (umur 29)
Pengabdian | United States of America |
Dinas/cabang | United States Army |
Lama dinas | 1940–1944 |
Pangkat | Captain |
Kesatuan | 2nd Battalion, 105th Infantry Regiment 27th Infantry Division |
Perang/pertempuran | World War II |
Penghargaan | Medal of Honor Purple Heart |
Kehidupan
Ben L Salomon lahir dari keluarga Yahudi. Ia mengikuti gerakan kepanduan saat remaja, dan mendapat penghargaan medal of honor. Ia lulus dari Kedokteran Gigi USC Dental School pada tahun 1937. Pada tahun 1940, ia mendaftar dalam tentara Amerika Serikat, memulai karier sebagai Tamtama, dengan spesialisasi senapan dan pistol. Pada tahun 1942 ia diangkat menjadi bagian Army Dental Corps dengan pangkat Letnan Satu. Ia kembali dipromosikan menjadi Kapten pada tahun 1944.
Pada Juni 1944, ia ditempatkan di Saipan dan menyaksikan pertempuran sebenarnya. Ia menawarkan diri untuk menggantikan juru bedah yang sedang sakit. Pada tanggal 7 Juli, musuh sudah begitu dekat dan ia memerintahkan pasien yang terluka untuk diungsikan. Ia sendiri memanggul senapan mesin dan ikut bertahan, membunuh tentara Jepang yang berusaha masuk ke tenda medis.
Beberapa hari setelahnya, jenazahnya ditemukan bersama 98 musuh lainnya. Di tubuhnya terdapat 78 bekas tembakan dan banyak sekali tusukan bayonet, 24 di antaranya didapatkan saat masih hidup.
Kontroversi
Sebagai petugas medis, ia sebenarnya tidak diperbolehkan mengangkat senjata untuk menyerang, hanya boleh untuk membela diri. Karena itulah ia tidak pernah mendapat penghargaan Medal of Honor hingga dipertimbangkan kembali puluhan tahun setelahnya. Sebenarnya aksinya bisa disahkan atas alasan membela diri, namun senjata yang digunakannya adalah senapan mesin, yang tidak memenuhi syarat sebagai senjata perlindungan untuk tenaga medis.
Ia kembali diajukan berkali-kali untuk penghargaan tersebut, sampai akhirnya Dr. Robert West mengajukan pada tahun 1998, dan pada tahun 2002, Presiden George W Bush memberikannya.