Daun pisang

daun dari beberapa jenis tumbuhan palem yang digunakan sebagai media tulis
Revisi sejak 24 Januari 2018 07.40 oleh Akuindo (bicara | kontrib)

Daun pisang adalah daun yang dihasilkan tumbuhan pisang. Daun pisang dalam kuliner Nusantara memiliki peran utama sebagai pendukung dekorasi, pelengkap, dan pengemas bahan makanan; selain itu juga digunakan pada berbagai kegiatan keagamaan. Tradisi seperti ini juga dikenal di banyak tempat di Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Pohon pisang
Gambar daun pisang dari dekat

Daun pisang mengandung polifenol dalam jumlah besar yang sama seperti pada daun teh, berbentuk EGCG, sehingga menghasilkan aroma khas ketika menjadi bahan pelengkap makanan.

Sebagai pengemas makanan, dikenal berbagai teknik pelipatan daun pisang untuk fungsi yang berbeda-beda. Dalam khazanah kuliner Jawa dikenal teknik-teknik berikut:

  • pincuk (pengganti piring untuk wadah makanan berkuah, terbuka, biasanya untuk nasi liwet, pecel, dan sate)
  • pinjung (pembungkus makanan berkuah, tertutup, untuk bothok, meniran)
  • takir (pengganti mangkuk untuk wadah makanan berkuah, terbuka, biasanya untuk jenang)
  • terpelang (pembungkus satuan nasi atau ketan, tertutup)
  • tum (pembungkus untuk wadah makanan berkuah, tertutup)
  • samir (alas makanan berbentuk lembaran)
  • sudi (alas makanan kecil, wadah jajanan)
  • sudu/siru/suru (potongan memanjang daun pisang untuk digunakan seperti sendok)
  • sumpil (pembungkus berbentuk segitiga, biasanya untuk mengemas tempe)

Daun pisang yang digunakan untuk kemasan biasanya adalah daun pisang yang telah mengembang sempurna (bahasa Jawa: ujungan). Pada beberapa penganan juga digunakan daun pisang yang masih muda dan lunak (pupus). Apabila keindahan tidak dipentingkan, daun pisang yang menguning juga digunakan, tetapi belum mengering. Untuk digunakan biasanya direndam terlebih dahulu di air agar menjadi lentur.

Makanan khas Indonesia yang menggunakan daun pisang sebagai pelengkap, umumnya sebagai pembungkus atau alas, adalah: