Wanita Angkatan Udara Indonesia
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada April 2016. |
Wanita Angkatan Udara Indonesia (sering disingkat Wara) adalah sebutan untuk prajurit TNI-AU wanita. Wara dibentuk agar kaum wanita dapat menjadi anggota TNI-AU seperti kaum pria. Wara dibentuk pada tanggal 12 Agustus 1962. Kini, banayak sekali anggota Wara yang berpangkat Marsekal Pertama TNI.
Sejarah
Latar belakang pembentukan
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Rl, peran serta kaum wanitra dalam perjuangan bangsa lndonesia tidak dapat diabaikan begitu saja. Berbekal semangat juang tokoh-tokoh wanita lndonesia pada era perjuangan merebut kemerdekaan, maka keberadaan kaum wanita pada masa perang kemerdekaan semakin nyata, mereka tidak tinggal diam melainkan ikut serta berjuang mengusir penjajah dari bumi Indonesia.
Untuk merealisasikan cita-cita Kartinidan didorong oleh semangat juang dalam mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara. Pada masa perang kemerdekaan, kaum wanita ikut berjuang di beberapa pangkalan AURI, antara lain di yogyakarta dan Bukittinggi. Mereka bertugas di bidang kesehatan, administrasi, penerangan, pelipat payung, PLLU, PHB dan dapur umum. para pejuang wanita inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Wanita Angkatan Udara.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut dan untuk mewadahi peran serta kaum wanita dalam perjuangan AURI, maka pada tahun 1962, Deputy Menteri/Panglima Angkatan Udara Urusan Administrasi Laksamana Muda Udara Suharnoko Harbani mendapat'tugas dan wewenang dari pimpinan TNI Angkatan Udara untuk membentuk Wanita Angkatan Udara (Wara), yang direalisasikan melalui pembukaan pendidikan Wara Pertama pada tanggal 10 Juni 1963 di Kaliurang yang berlokasi di lereng pegunungan Plawangan, Yogyakarta, dengan kepala sekolah Letnan Kolonel Penerbang Sumitro. Pendidikan diikuti oleh 30 orang wanita lulusan sarjana dan sarjana muda dari berbagai jurusan. Mereka mengikuti Pendidikan Dasar Militer selama tiga bulan di Lanuma Adisutjipto, dan dilantik menjadi Perwira Wanita Angkatan Udara Angkatan Pertama pada tanggal 12 Agustus 1963. Sejalan dengan pembentukan Wara, saat itu diputuskan pula bahwa Wara bukan merupakan korps tersendiri, tetapi diintegrasikan dalam korps yang berlaku di lingkungan TNI Angkatan Udara sama dengan anggota militer lainnya.
Sejak tahun 1975, pendidikan Penrvira Wara dilaksanakan di Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat (Pusdikowad) Lembang bersama korps wanita TNI lainnya. Seiring dengan perkembangan organisasi, pendidikan Wara berikutnya memberikan kesempatan kepada lulusan SLTA untuk dididik menjadi seorang Bintara Wara. Sejalan dengan perkembangan TNI Angkatan Udara, perjalanan Wara terus berkembang. Pelaksanaan tugas yang memerlukan keahlian khusus tidak lagi merupakan monopoli kaum pria, seperti penerbang, teknisi maupun peterjun, tetapi menyertakan anggota Wara yang berpotensi.
Wara boleh berbangga hati, karena tahun 1964 dua anggota Wara tetah dididik untuk menjadi penerbang TNI AU yang pertama, dengan meraih Wing Penerbang Kelas lll, yaitu Letnan Dua Lulu Lugiarti dan Letnan Dua Herdani, mereka juga menjadi penerbang militer pertama di lingkungan korps wanita TNl. Kemudian tahun 1982, TNI Angkatan Udara mencetak kembali penerbang wanita yang berasal dari Bintara Wara yaitu Sertu Hermuntarsih dan Serda Sulastri Baso. Mereka dididik bersama para penerbang pria. Kemudian tahun 1985, kembali mencetak penerbang Wara dari bintara; Serda Veronika Tig, Serda Hendrika, Serda Martini, Serda lnana Musailimah dan Serda Ratih. Setelah 22 tahun berselang, tepatnya pada 2007 TNI Angkatan Udara mencetak dua penerbang Wara atas nama Serda Sekti Ambarwati dan Serda Fariana Dewi. Kedua penerbang yang saat ini berpangkat Kapten Penerbang berdinas di Skadron Udara 2 Lanud Halim dan Skadron Udara 7 Lanud Suryadarma.
Tahun 1990, pimpinan TNI Angkatan Udara mulai memberikan kesempatan bagi Wara untuk mengikuti pendidikan olah raga terjun payung, dan terbang layang. Prestasi Wara dalam bidang olah raga semakin meningkat, dan tidak hanya olahraga dirgantara namun olahraga lainnya berhasil mengukir prestasi yang membanggakan. Cabang olahraga yang berhasil meraih beberapa medali emas dan perak adalah; terjun payung, terbang layang, menembak, tinju, bola voli, tenis lapangan dan Yongmudo. Kemudian pada tahun 2013, dilaksanakan rekrutmen wanita-wanita pilihan untuk dididik menjadi taruni sebagai calon-calon pemimpin TNI/TNI Angkatan Udara masa mendatang, mereka dididik di Akademi Angkatan Udara bersama-sama dengan taruna-taruna lainnya, dan pada tanggal 25 Juli 2017 sebanyak 12 taruni dilantik menjadi letnan dua oleh Presiden Rl di lstana Merdeka Jakarta.
Selama kurun waktu 54 tahun, TNI Angkatan Udara telah memiliki prajurit Wara sebanyak 1710 personel baik perwira maupun bintara. Dengan motto "Kanya Bhakti Sakti Sejati", yang berarti prajurit wanita yang mengabdikan diri kepada bangsa dan negara dengan keahlian dan kemahiran yang dimilikinya, memotivasi Wara agar selalu mengasah diri untuk dapat meraih kesempatan lebih luas lagi. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila anggota Wara pernah dipercaya menduduki jabatan strategis seperti Komandan Pangkalan dan dilibatkan dalam operasi untuk mendukung misi perdamaian dunia, bahkan sudah ada yang meraih pangkat Marsekal Pertama sebanyak sebelas personel.
Selain itu, penempatan anggota Wara dalam mengisi kebutuhan organisasi TNI Angkatan Udara terus berkembang, meliputi semua bidang, baik di bidang staf operasi, personel, kesehatan, pendidikan maupun logistik, dan pramugari. Demikian pula dalam bidang penugasan lainnya, personel Wara tidak hanya bertugas dijajaran TNI Angkatan Udara, namun juga di instansi Kemhan/Mabes TNl. Disamping itu, beberapa anggota Wara juga pernah menjadi anggota DPR pusat maupun daerah, dan sampai saat ini Wara tetap menjalin kerja sama dengan korps wanita angkatan lain. Sedangkan dalam bidang pendidikan, berbagaijenjang pendidikan, baik dalam lingkungan TNI Angkatan Udara maupun luar negeri, telah diikuti anggota Wara dengan baik. Keberhasilan Wara dalam mengemban tugasnya tidak hanya memberikan sumbangan positif bagi keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas TNI Angkatan Udara, akan tetapi juga merupakan salah satu bukti keberhasilan perjuangan kaum wanita lndonesia. Semoga Wanita TNI Angkatan Udara (Wara), tetap menjadi srikandi kebanggaan Angkatan Udara khususnya, bangsa dan negara pada umumnya.
Teknisi Pesawat Terbang
Tujuh penerbang Wara, rata-rata sudah 18 tahun menggeluti penerbang. Dari dua kali pendidikan penerbang militer wanita, dua orang yang senior, Sulastri Baso dan Hermuntarsih, sudah mencapai pangkat etnan Kolonel Penerbang. Lima yang lain, umumnya berpangkat Kapten Penerbang kecuali yang mengundurkan diri lebih awal dari Wara, Sumartini dan Hendrika Aries. Namun, kedua wanita itu pun masih menggeluti penerbangan di luar TNI AU sebagai pilot sipil, seperti halnya Sumartini yang menerbangkan Pesawat Angkut Transall, buatan Perancis, milik PT. Manunggal Air.
Sementara yang tetap di TNI AU, semua sudah memasuki staf baik di Markas Besar maupun di markas-markas satuan daerah. Kapten Penerbang Inana Musailimah misalnya, orang yang berhasil menyandang captain pilot pada Pesawat Casa 212, kini ditugaskan di staf pengasuh pada Akademi Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta, yang menurut rencana tahun depan akan menerima taruna wanita.
Berbeda dengan para penerbang yang sudah pindah tugas ke dalam gedung, maka untuk polisi militer (provost) yang jumlahnya 20 orang, sepenuhnya di lapangan. Wanita umumnya takut panas, namun tidak demikian bagi provost-provost wanita itu. Dengan tutup kepala baret biru, mengenakan sabuk kopelriem putih, pistol dan terkadang memakai sepatu lars, mereka mengatur dan menjaga keamanan di pangkalan-pangkalan udara. Tidak canggung lagi, karena mereka menyadari benar akan tugasnya. Tugas bidang kepolisian seperti yang dilakukan Sersan Adveni dan Sersan Rina Dwi Rejeki itu sudah menjadi pilihannya dan mereka bangga melakukannya.
Juga para tehnisi wanita, mereka pun sudah terbiasa harus bertangan hitam dan berbaju kotor. Tidak mengeluh mereka melakukan tugas perbaikan pesawat tempur, angkut maupun helikopter, karena pekerjaan itu mereka senangi. Sersan Avridayanti, Sersan Dian Melani atau Sersan Iin Herawati, tiga dari 11 wanita-wanita tehnisi itu, hampir setiap hari berada di ``kolong`` Pesawat Fokker F-27 Troopship atau Helikopter S-58T Sikorsky Twinpac. Mereka menyatakan bangga, karena hanya merekalah wanita-wanita yang bisa melakukan tugas memperbaiki pesawat terbang.
Olahraga Dirgantara
Prestasi Wara di bidang olahraga dirgantara pun membanggakan. Tidak semua cabang olahraga udara ikut serta dalam PON. Hanya empat cabang. Justru keikutsertaan cabang terjun payung dan terbang layang dalam PON XV di Jawa Timur, menguntungkan para atlet peterjun dan penerbang layang Wara. Pada PON XIV lalu misalnya, medali emas dan perak berhasil dimiliki Sersan Dua Dewi Saryaningsih dan Sersan Dua Retno Supriyantari yang telah menjadi yang terbaik masing-masing dari cabang terbang layang dan terjun payung untuk peserta wanita. Sebelumnya, pada kejuaraan dunia terjun payung untuk ketepatan mendarat di Senayan, tim Pink Force yang terdiri Sersan Endang Dwi Sulistyani, Sersan Dua Ni Putu Mardiyani, Sersan Dua Ike Pujiati dan Sersan Dua Retno Supriyantari, yang merupakan tim Wanita TNI AU berhasil memikat dan menjadi favorit yang selalu menghiasi halaman surat kabar kala itu. Mereka memang wanita-wanita jago.