Kharmides (dialog)
Bagian dari seri tentang |
Plato |
---|
Perumpamaan dan metafora |
Lihat pula |
Xarmides (/ˈkɑːrmɪdiːz/; bahasa Yunani: Χαρμίδης) adalah sebuah dialog Platon, di mana Sokrates terlibat percakapan dengan seorang lelaki tampan dan populer tentang makna sophrosyne, yaitu kata Yunani yang biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai "temperance" ('keugaharian'), "self-control" ('pengontrolan-diri'), atau "restraint" ('pengekangan'). Seperti halnya dialog awal khas Platon, keduanya tidak pernah sampai pada definisi yang benar-benar memuaskan, tetapi diskusi tersebut tetap memunculkan banyak poin penting.
Latar belakang dan karakter
Sokrates menarasikan dialog tersebut, dan berkata bahwa dia telah kembali dari sebuah pertempuran di Potidaea, yaitu sebuah kota yang dikepung dan ditaklukan oleh bangsa Athena pada permulaan Perang Peloponnesos. Sokrates berkata bahwa, segera setelah kembalinya ke rumah, dia kembali memulai percakapan yang biasa dilakukannya dengan menuju ke palaestra di Taureas, yaitu sebuah sekolah gulat di mana anak-anak laki-laki biasa berkumpul. Dengan bantuan Chaerephon, yang mendorongnya mengenai detil pertempuran tersebut, Sokrates mendekati Kritias dan bertanya kepadanya tentang urusan rumah, keadaan filsafat terkini, dan apakah ada anak laki-laki yang membedakan dirinya untuk kebijaksanaan atau keindahan, atau keduanya. Kritias menjawab bahwa Sokrates akan segera mengenal keindahannya secara langsung, karena Xarmides dan rombongannya baru saja tiba.
Kritias memberitahukan Sokrates bahwa Xarmides adalah sepupunya, yaitu anak pamannya, Glaukon. Chaerephon bergegas mendekat dan bertanya kepada Sokrates apakah anak laki-laki itu tidak indah, dan Sokrates setuju. Chaerephon mengatakan dengan sugestif bahwa jika Sokrates dapat melihat bentuk tubuhnya yang telanjang, dia akan melupakan semua wajah tampannya. Sokrates mengatakan kepada Kritias, bahwa semua ini akan bagus dan baik jika anak laki-laki tersebut juga memiliki jiwa yang mulia. Sokrates mengatakan kepada Kritias bahwa sebelum mereka melihat tubuhnya, mereka akan meminta anak lelaki tersebut untuk melepaskan dan menunjukkan jiwanya kepada mereka.
Xarmides adalah paman Platon, yaitu kakak ibunya. Kritias, adalah pecakap Sokrates lainnya, di mana Xarmides adalah sepupu pertama, yang membuat sepupu pertama Plato Kritias dibuang. Baik Kritias, maupun Xarmides melanjutkan menjadi anggota penting dari Tiga Puluh Tiran, yaitu rezim oligarkis berumur pendek yang didirikan setelah kekalahan Athena di Perang Peloponnesia pada tahun 404 SM, dan membuat pertanyaan tentang peri sophrosyne mereka, atau keugaharian, yang ironis, tetapi penting.