Suku Angkola

salah satu kelompok etnik Batak
Revisi sejak 13 Februari 2018 20.59 oleh Ilmardalimunthe (bicara | kontrib) (Angkolanesia satu suku g hampir punah)

Suku Angkolanesia

suku angkola bukan batak * sabba * tercatat dalam sejarah sejak zaman masa Dinasti kerajaan mesir sebelum dan sesudah Fir'aun berkuasa yg dimana rakyat mesir sangat memerlukan kapur barus untuk sebagai bahan pengawet yg diambil dari tapanuli selatan dan suku angkolanesia tercatat pula hasil perlawanan dan kemenangan masyarakat angkola yang dipimpin Tongku Ompu Jolak Maribu Dalimunte dibantu oleh para pengawalnya Tongku Malim Lemleman Harahap dan Oppu Toga Langit Harahap dan Parmata Sapiak Daulay melawan Rajendra Chola dari abad 10 M sampai abad 12 M , setelah kemenangan itu , Tongku Jolak Maribu mendirikan Kesultanan Aru / Barumun pasukan Rajendra Chola pun lari ke Utara yang sekarang mungkin menjadi suku PakPak.

Pada abad 13 masa pemerintahan Marwan Hrp gelar Sultan Nasinok mendapat serangan Baroar Nan Sakti (Nasution) dari Pagaruyung, mereka berhasil menguasai Aru

 Sebenarnya Islam sudah masuk ke Tapanuli Selatan sejak abad 7 masehi, ini terbukti adanya batu nisan yang berumur 200 hijriyah di padang mardia, Mandailing dan padang bolak, Padang Lawas utara. 

Harahap bukan keturunan suku batak adalah merupakan keturunan Syeh Ompu Nimarguru Harahap. Masuknya Islam di Tapanuli bagian Selatan seabad seiring masuknya islam 7 masehi di Barus, Tapanuli Tengah.

Sultan Husein Hrp gelar Sultan diLangit berhasil meminta bantuan ke Malaka, dan mendatangkan orang Bugis yang sekarang jadi Lubis menggantikan Sultan Pulungan di Mandailing Julu, marga lubis sangat pandai membuat Senjata seperti Namora Pande Bosi Lubis sehingga Mandailing Julu pun bisa di ambil alih memisahkan Mandailing Godang dan Pagaruyung. Sultan Husein Hrp pun berhasil menika hi putri Sultan Malaka yaitu Ince Purnama. Ketika Malaka diserang Portugis, Sultan Husein Hrp memberikan tanahnya di Riau untuk diduduki Johor pengganti Malaka yang Baru karena Sultan Malaka adalah mertua Sultan Husein Hrp .

       Pada abad 14 Panglima Karim Daulay menantu Sultan Husein Hrp ditugaskan menjalin hubungan diplomatik  Pasai, mengunjungi Samudra Pasai tapi Karim Daulay dihina disana. Panglima Karim Daulay dan Sultan Husein Hrp yang tidak terima, merekapun bekerja sama dengan Portugis untuk mengalahkan Samudra Pasai, dibawah pimpinan panglima Rizal Rambe gelar Namora Rambe dan Ahmad Lubis gelar Namora di Tamiang , Pasaipun kalah ditangan kesultanan Aru dan Portugis.
       Pada Abad 15 kesultan Aceh muncul sebagai kerajaan baru, Aceh menyerang Aru, diserang sampai ke Portibi dekat Sungai Batang Pane, Sultan Ali Bincar Hrp gelar Sultan Simarsinar pun tewas ditangan pasukan Aceh dan ratusan pasukan Gajahnya pun diangkut oleh Aceh, tetapi Ratu Aru Sambilan Jogi Daulay selamat dia meminta bantuan ke Portugis, portugis lagi sibuk melawan Sisingamangaraja 1 di Barus, Sisingamangaraja 1pun berhasil mengusir Marga Siregar dan pengikutnya seperti Ritonga, Silo dari Toba.

Ratu Aru Daulay berhasil menikah dengan Sultan Johor, otomatis Aru sekarang dipimpin Sultan Johor. Saudara almarhum Ali Bin car Hrp tidak terima dengan pernikahan Ratu Aru Daulay, mereka pun membentuk kesultanan Aru Barumun ,mereka pun melakukan pemilihan Sultan Baru dan yang terpilih adalah anak dari Sultan Gunung tua dan Sarifah keturunan Alawiyin, keturunan mereka digelari Baginda untuk yang putra, Puti atau Putri untuk yang perempuan, otomatis pemimpin Aru Barumun dengan gelar Baginda, pemimpin Aru Barumun mengundang orang Bakkara seperti Hasibuan pada abad 15, Hasibuan pun diberikan tanah dihulu Barumun . Kesultanan Aru Barumun mendapat bantuan dari portugis, pemimpin Aru Johor yaitu Putri Hijau pun ditangkap Portugis dan menembaki pasukan Aru Johor dilangkat. Kesultanan Aru Barumun berhasil memisahkan Aru Johor dan Johor,Aru Barumun berhasil menguasai Deli Serdang sampai Labuhan Batu, Aru johorpun kalah dibikin Aceh.

Abad ke ke 16-18 Kesultanan Aru Barumun semakin terdesak karena Aceh, Johor dan BelandaBelanda bekerjasama mengalahkan Aru di Sumatera Timur dan Portugis di Malaka. Kesultanan Aru Barumun pun kehilangan wilayahnya di Sumatera timur saat Sultan Iskandar Muda yang bekerja sama dengan Belanda.Barumun

          Pada tahun 1803 Sultan Aru Barumun terakhir yaitu Fakhruddin Hrp gelar Baginda Soripada di Kota Pinang dan Aminuddin Hrp gelar Baginda Pamenan di Pasir Pangarayan, Rokan, Riau kedua Baginda takluk dibuat Pasukan Paderi yang di Biayai Inggris, paderi dibawah pimpinan Tuanku Tambusai dan Tuanku kota pinang yang bermahzab wahabi. Pasukan Belanda pun tiba di Tapanuli Selatan mereka membiayai masyarakat Sunny untuk melawan wahabi, paderi pun berhasil terusir dari Tapsel.Belanda juga turut menghapus perbudakan di Tapsel.

Pranala luar

Referensi

https//www.sabbaangkola.blogspot.com/