Ritus Suriah Timur

konsep peribadatan kekristenan

Ritus Suriah Timur juga dikenal sebagai Ritus Kaldea, Ritus Asiria, atau Ritus Persia.

Sejarah dan Asal Mula

Ritus ini digunakan oleh umat Nestorian dan oleh umat Katolik Timur -di Syria, Mesopotamia, Persia, dan Malabar- yang telah berpisah dengan mereka. Umat Katolik Syria dan Mesopotamia kini umumnya disebut umat Kaldea, atau Asyria-Kaldea; istilah Kaldea, yang dalam bahasa Syria umumnya berarti penyihir atau ahli nujum, bermakna Kebangsaan Syria dan Bahasa Syria atau Aram (khususnya bentuk bahasa Aram yang terdapat dalam bab-bab tertentu dari Kitab Daniel) dalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, sampai para misionaris Latin di Mosul pada abad ke-17 menggunakannya untuk membedakan umat Katolik dari Ritus Syria Timur dengan umat Katolik dari Ritus Syria Barat, yang mereka sebut "umat Syria", dan dari umat Nestorian. Umat Nestorian menyebut diri mereka sendiri sebagai "umat Syria" (Surayi), dan bahkan hanya sebagai "umat Kristiani," meskipun mereka tidak mempermasalahkan nama "Nestorayi", dan membedakan diri mereka dari umat Kristiani lainnya dengan sebutan "Gereja Timur" atau "Umat Timur", lawan dari "Umat Barat", yang mereka artikan sebagai umat Katolik Latin, umat Ortodoks, umat Monofisit, dan umat Protestan.

Sebelumnya, terutama oleh umat Anglikan, mereka disebut dengan nama "Gereja Asyria", suatu nama yang dapat dipertanggungjawabkan secara arkeologis. Brightman, dalam tulisannya "Liturgies Eastern and Western", menggolongkan umat Katolik Kaldea dan Malabar serta umat Nestorian ke dalam "Ritus Persia", dan Uskup Arthur Maclean dari Moray and Ross (Anglikan), narasumber terpercaya mengenai umat Nestorian, menyebut mereka "Umat Syria Timur", yang mungkin adalah istilah yang paling memuaskan. Katalog liturgi di British Museum yang telah mengadopsi peristilahan Katolik, menyebut ritus dari umat Katolik Syria Timur dan umat Nestorian sebagai "Ritus Kaldea", ritus dari baik umat Katolik maupun umat skismatik India Selatan sebagai "Ritus Malabar", serta ritus dari umat Monofisit dan umat Katolik Syria Barat sebagai "Ritus Syria".

Bahasa yang digunakan dalam ketiga bentuk dari Ritus Syria Timur tersebut adalah Bahasa Syria, yang bentuk moderennya masih dipertuturkan oleh umat Nestorian dan beberapa umat Katolik. Asal mula ritus ini tidaklah diketahui. Menurut tradisi -berdasarkan legenda tentang hubungan korespondensi antara Raja Abgar dan Kristus, yang telah terbukti apokrip- Santo Thomas, Rasul Kristus, dalam perjalanannya menuju India, membentuk jemaat Kristiani di Mesopotamia, Asyria, dan Persia, dan meninggalkan Adaeus (atau Thaddeus), "salah satu dari ketujuh puluh utusan", dan Maris untuk memimpin mereka. Mereka dianggap sebagai penyusun liturgi Syria Timur, namun liturgi tersebut juga telah direvisi oleh Patriark Yeshuyab III sekitar tahun 650. Akan tetapi beberapa pihak menganggap bahwa liturgi tersebut dikembangkan dari liturgi Antiokhia.

Setelah Konsili Efesus (431), Gereja Seleukia-Ktesifon, yang saat itu dikepalai oleh seorang Katolikos yang tunduk pada Antiokhia, menolak menerima pengutukan terhadap Nestorius, memisahkan dirinya beserta Gereja di sebelah Timurnya dari Gereja Katolik. Pada tahun 498 Katolikos menggunakan gear "Patriark Timur", dan selama berabad-abad gereja yang sangat misioner ini terus menyebar ke seluruh Persia, Tartar, Mongolia, Tiongkok, serta India, berekembang sendiri, hampir tanpa pengaruh apapun dari Dunia Kristen lainnya.

Pada akhir abad ke-14, penaklukan Timur Leng menghancurkan Gereja yang tumbuh subur ini dalam satu kali serangan, yang hanya menyisakan sedikit komunitas kecil di Persia, Turki di belahan Asia, Siprus, India Selatan, dan Pulau Suqutra di Samudera Hindia. Umat Nestorian Siprus bersatu dengan Roma pada tahun 1445; pada abad ke-16 terjadi skisma dalam patriarkat anatara dua garis penerus yang saling bersaing, yakni Mar Shimun dan Mar Elia; Kristianitas di Pulau Suqutra lenyap sekitar abad ke-17; Gereja Malabar terbagi atas umat Katolik dan umat skismatik pada tahun 1599, kaum skismatik kemudian berpindah dari Nestorianisme ke Monofisitisme dan menggunakan Ritus Syria Barat sekitar lima puluh tahun kemudian; pada tahun 1681 Gereja Uniat Kaldea, yang jatuh bangun keberadaannya sejak tahun 1552, akhirnya berdiri, dan pada tahun 1778 bertambah kuat dengan bergabungnya seluruh patriarkat Mar Elia, sehingga semua yang tersisa dari Gereja Nestorian yang asli hanyalah para penduduk sebuah distrik antara Danau Van dan Danau Urmi dengan Tigris, serta koloni di Palestina. Inipun makin berkurang akibat pembantaian oleh kaum Kurdi pada tahun 1843, dan perpindahan sejumlah besar jemaatnya ke dalam Gereja Rusia dalam beberapa tahun terakhir.

Pada akhir abad ke-19 ada upaya untuk membentuk sebuah "Gereja Kaldea Katolik Independen", seperti "Kaum Katolik Lama". Akibatnya terjadi perpecahan dengan beberapa umat Katolik Ritus Timur.

Tata Perayaan Ekaristi

Qurbana, "Persembahan"; Qudasha, "Pengudusan"

Ritus Syria Timur mengenal tiga anafora (doa syukur agung); yakni yang berasal dari para rasul (St. Adaeus dan St. Maris), yang berasal dari Nestorius, dan yang berasal dari Teodorus (dari Mopsuestia) Sang Penerjemah. Anafora yang pertama adalah bentuk yang biasa digunakan, dan merupakan sumber dari revisi anafora Malabar. Anafora kedua digunakan oleh umat Kaldea dan Nestorian pada hari Epifani, serta hari St. Yohanes Pembaptis, dan hari para Doktor Yunani yang dirayakan pada masa epifani pada hari Rabu Puasa Umat Niniwe, serta pada hari Kamis Putih. Anafora ketiga digunakan (kecuali jika diharuskan untuk menggunakan anafora kedua) oleh umat Kaldea dan Nestorian mulai hari Minggu Adven sampai hari Minggu Palma. Ketiga anafora ini menggunakan bagian pro-anaforal yang sama.

Ada tiga anafora lain yang disebutkan oleh Ebedyeshu (metropolitan dari Nisibis, 1298) dalam katalognya, yakni anafora yang berasal dari Barsuma, Narses, dan Diodorus dari Tarsus; namun ketiga anafora tersebut kini tidak lagi diketahui.


Penanggalan Liturgis

Penanggalan liturgis mereka sangat unik. Satu tahun liturgi dibagi dalam beberapa masa yang masing-masing terdiri atas kurang lebih tujuh minggu. Masa-masa yang dinamakan Shawu'i tersebut adalah Adven (disebut Subara, "Pemberitaan"), Epifani, Prapaskah, Paskah, Para Rasul, Musim Panas, "Elias dan Salib", "Musa", dan "Dedikasi" (Qudash idta). Masa "Musa" dan "Dedikasi" masing-masing hanya terdiri atas empat minggu. Hari-hari minggu umumnya dinamakan menurut Shawu'a di mana hari minggu tersebut jatuh, misalnya "Hari Minggu Keempat dari Epifani", "Hari Minggu Kedua dari Pemberitaan", dst., meskipun kadang kala nama hari Minggu tersebut berubah di pertengah suatu Shawu'a. Sebahagian besar "Peringatan" (dukhrani), atau hari-hari santo-santa, yang memiliki bacaan khusus dari Alkitab, jatuh pada hari-hari Jumat antara hari raya Natal dan masa Prapaskah, dan oleh karena itu merupakan hari-hari raya yang dapat jatuh pada tanggal yang berbeda satu tahun dengan tahun lainnya, namun beberapa hari raya, misalnya hari Natal, Epifani, Kenaikan, dan kira-kira tiga puluh hari-hari raya kecil yang tanpa bacaan khusus jatuh pada tanggal yang tetap tiap tahun.

Ritus Malabar banyak mengadopsi penanggalan Romawi, dan beberapa hari raya Ritus Romawi telah ditambahkan dalam penanggalan umat Katolik Kaldea. Hari raya Paskah umat Kaldea jatuhnya bertepatan dengan hari Paskah Gereja Ortodoks Timur, karena mereka menggunakan Kalender Julian, namun jumlah tahunnya dihitung bukan dimulai dari kelahiran Kristus, melainkan dari era Seleukia, yakni tahun 311 Sebelum Masehi.

Ibdat Sakramen dan Ibadat lainnya

Sumber dan referensi

Manuskrip dan edisi-edisi