Emiria Soenassa

pelukis perempuan dari Tidore
Revisi sejak 23 Maret 2018 17.11 oleh Brigitta.isabella (bicara | kontrib) (Menambah Kategori:Pelukis menggunakan HotCat)

Emiria Soenassa adalah pelukis perempuan yang lahir di Tanahwangko, Tidore, Sulawesi Utara. Ia baru mengawali karier seninya pada usia 46 tahun.[1] Selama berkarier di bidang seni ia menggunakan nama Emiria Sunassa Wama‟na Poetri Al-Alam Mahkota Tidore sebagaimana tercatat dalam buku Orang Indonesia Terkemoeka di Djawa terbitan Goenseikanbu tahun 1944.[2]

Emma Wilhemina Parera
Emiria Soenassa
Wama’na Putri Al Alam Mahkota Tidore
Lahir1895
Tanawangko, Kampung Tidore, Sulawesi Utara
Pendidikan
  • Europese Lagere School,
  • Pendidikan perawat di Rumah Sakit Cikini Jakarta,
  • Belajar Tari ballet di Dalcroze School, Brussel, Belgia,
Karya terkenal
  • Telaga Warna (1940),
  • Pasar,
  • Angklung,
  • Orang Irian dengan Boeroeng Tjenderawasih (1948),
  • Mutiara Bermain,
  • Kembang Kemboja di Bali (1958),
  • Wanita Sulawesi (1958),
  • Market (1952),
  • Panen Padi (1942),
  • Pengantin Dayak,
  • Mario Penari Bali,
  • Dua Wajah Papua,
  • Pemanah Dayak

Pendidikan dan karier kesenian

Emiria hanya mengenyam pendidikan formal sampai kelas 3 di Europese Lagere School. Pada tahun 1912-1924 ia mengikuti pendidikan perawat di Rumah Sakit Cikini, Jakarta. Dua tahun kemudian ia menikah dengan seorang diplomat asing yang pernah dirawatnya, lantas pasangan ini pun berangkat ke Eropa. Di Eropa Emiria belajar tari ballet di Dalcroze School, Brussel, Belgia.[3]

Setelah bercerai dengan suaminya, pada tahun 1920-an, Emiria sudah kembali berada di Hindia Belanda dan dikabarkan bahwa selama 1920an-1930-an Emiria menjelajahi nusantara, bekerja di perkebunan dan pertambangan serta hidup dengan suku Dayak di Kalimantan dan suku Kubu di Sumatera Selatan.[4]

Belakangan, ia bertemu dengan Guillaume Frederic Pijper, seorang Kepala Kantor Urusan Bumiputra di bawah pemerintah kolonial yang sangat menyukai seni. Pertemuannya dengan Pijper mulai membuat Emiria terdorong untuk melukis.

Emiria belajar melukis secara otodidak seperti kebanyakan pelukis pada masanya, dan diketahui pernah belajar di Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi).[5] Di masa penjajahan Jepang, Emiria merupakan anggota bagian seni pusat kebudayaan Jepang, Keimin Bunko Shidoso.

Misteri kematian dan peninggalan

Pada tahun 1950-an Emiria yang aktif di lingkaran seni Jakarta tiba-tiba menghilang dari peredaran. Ia kemudian diketahui meninggal di Lampung pada tahun 1964. Lukisan-lukisan peninggalan Emiria disimpan oleh teman dan tetangganya, Jane Waworuntu. Pada Oktober 2010, sebuah pameran di Bentara Budaya Yogyakarta bertajuk "Masa Lalu Selalu Aktual" menampilkan 28 lukisan Emiria dari koleksi keluarga Waworuntu.[5]

Referensi

  1. ^ Heidi Arbuckle, "Emiria Soenassa Membayangkan Nusa", Kompas, 12 Desember 2010.
  2. ^ https://lukisanku.id/emiria-sunassa/
  3. ^ http://historia.id/persona/emiria-sunassa-perupa-perempuan-genius
  4. ^ “Bertjakap-tjakap dengen Prinses Tidore tentang Daerahnja: Irian,” Starweekly, no. 203, 20 November 1949, hlm. 10.
  5. ^ a b https://nasional.kompas.com/read/2010/10/27/14070768/fakta.dan.mitos.emiria.soenassa