Sesaji

Revisi sejak 28 Maret 2018 01.35 oleh Fafha Rza (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Sesaji sama hal nya dengan Sesajen. Menurut adat Jawa Pemberian sesaji, laku sesirih (mencegah), dan laku semedi memiliki makna tata cara memberdayakan daya hidup...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Sesaji sama hal nya dengan Sesajen. Menurut adat Jawa Pemberian sesaji, laku sesirih (mencegah), dan laku semedi memiliki makna tata cara memberdayakan daya hidup agar dapat menjalankan kehidupan yang benar, baik, dan tepat, yakni menjalankan hidup dengan mengikuti kaidah memayu hayuning bawana. Sesaji atau sajen, jika dipandang dari perspektif agama, terkadang dianggap berkonotasi negatif, yakni sebagai biang kemusyrikan (penyekutuan Tuhan). Dalam Ilmu kejawen, maksud sesaji sebenarnya merupakan suatu upaya harmonisasi melalui jalan spiritual yang kreatif. Hal itu ditujukan untuk menyelaraskan dan menghubungkan antara daya aura magis manusia dengan seluruh ciptaan Tuhan. Khususnya kekuatan alam dan makhluk gaib.

Dengan kata lain, sesaji merupakan penyeimbangan manusia dalam hal gaib terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan. Penyeimbangan diartikan sebagai kesadaran manusia. Sekalipun manusia dianggap sebagai makhluk paling mulia, namun tidak ada alasan untuk mentang-mentang merasa diri paling mulia di antara makhluk lainnya. Sebab, kemuliaan manusia tergantung dari cara memanfaatkan akal budi dalam diri sendiri. Bila akal budi digunakan untuk kejahatan, maka kemuliaan manusia menjadi bangkrut, bahkan bisa lebih hina dibandingkan dengan binatang paling hina.

[1]

  1. ^ https://kibaguswijaya.com/hukum-menggunakan-mantra-jawa-dan-sesaji.html