Keresidenan Manado

wilayah administratif di Hindia Belanda

Karesidenan Manado (bahasa Inggris: Manado Residency; bahasa Belanda: Residentie Manado), adalah salah satu karesidenan di bawah Gubernemen Grote Oost, Hindia Belanda, yang dibentuk pada tanggal 1 Januari 1926. Ibu kota karesidenan terletak di Kota Manado. Karesidenan Manado terdiri dari tiga afdeling (distrik), yaitu Afdeling Manado, Afdeling Gorontalo, dan Afdeling Midden Celebes – Sulawesi Tengah.

Pada tahun 1910, saat seluruh bagian Sulawesi Tengah telah jatuh di bawah kekuasaan Hindia Belanda, pemerintah kolonial di Karesidenan Manado mulai mengontrol dan menerapkan sistem pajak terhadap populasi masyarakat yang berjumlah hampir 1 juta jiwa di daerah yang berukuran setara dengan Portugal ini.[1]

Karesidenan Manado berakhir saat pendudukan Jepang di Indonesia dimulai. Bagaimanapun, arsip kolonial dari Karesidenan Manado, sebuah rekaman sejarah publik yang disimpan oleh pemerintah kolonial selama setidaknya dua setengah abad, hilang. Seorang pria tua yang bekerja di kantor Dewan Minahasa (bahasa Belanda: Minahassaraad) saat berkunjung ke kantor Residen, menyaksikan beberapa perwira kolonial Belanda yang membakar kertas-kertas arsip tersebut.[2]

Residen

  • Tammo Petrus Adriaan Martheze (21 April 1817-November 1818)
  • Johan Fredrik Roos (November 1818-Juni 1824)
  • Johannes Wenzel (Juni 1824-1826)
  • Daniel Francois Willem Pietermaat (10 Februari 1826-1827)
  • Hugo Cornets de Groot (1827-13 Agustus 1827)
  • Daniel Francois Willem Pietermaat (13 Agustus 1827-1832)
  • Joan Pieter Cornelis Cambier (1832-Juni 1942)
  • Johannis Benedictus Lodewijik Engelhard (16 Juni 1942-1843)
  • Arnoldus Johannes Van Delden (1842-1843)
  • Abraham Isaac Van Olpen (1843-1850)
  • Reinier Carel Scherius (1850 (1848?)-1851)
  • Carel Pieter Brest van Kempen (1851-1852)
  • Adrian Luberth Andriesse (1852-1853)
  • Albert Jacques Frederic Jansen (1853-1859)
  • Casparus Bosscher (1859-1861)
  • Charles Jean Bosch (1861-1862)
  • Michael Wilhelm Scheltema (1862)
  • Willem Christiaan Happe (1862-1864)
  • Frederik Justus Herbert van Deinse (1864-1871)
  • Petrus van der Crab (1871-1875)
  • Samuel Corneille Jean Wilhelm van Musschenbroek (1875-1876)
  • Anthonie Hendrik Swaving (21 Januari 1876-1877)
  • Peter Adriaan Matthes (1878-1881)
  • F. L. Wattendorff
  • Owen Mauritz de Munnick (1883-1885)
  • Johannes Cornelis Wilhelmus Diedericus Adrianus van der Wyck (1885-1888)
  • Marinus Cornelis Emanuel Stakman (1889-1892)
  • Eeltje Jelles Jellesma (1892-1903)
  • Steven Jan Matthijs van Geuns (1903-1906)
  • Jacobus Koos van Hengel (1906-1910)
  • Philippe Jules van Marle (1910-1914)
  • Wilhelm Frans Johannes Kroon (1915-1919)
  • Fredrik Hendrik Willem Johan Rijken Logeman (1919-1922)
  • Jan Tideman (1922- Mei 1926)
  • Harko Johannes Schmidt (1 Mei 1926-Maret 1930)
  • Anton Philip van Aken (1930-1932)
  • Frans Herman Visman (1932-1935)
  • Jan Jongejans (1935-1936))
  • M. van Rhijn (4 Maret 1936-1941)
  • Frederik Charles Hendrik Hirschmann (31 Mei 1941-1942)

Referensi

  1. ^ Henley, David. "Conflict, Justice, and the Stranger-King Indigenous Roots of Colonial Rule in Indonesia and Elsewhere" (PDF). Universitas Stanford. hlm. 12. Diakses tanggal 25 November 2016.  line feed character di |title= pada posisi 41 (bantuan)
  2. ^ Lapian, A.B. "Personal Reflections on the Japanese Occupation in Indonesia" (PDF). Universitas Kyoto. hlm. 214. Diakses tanggal 25 November 2016. 

Sumber