Dari sudut bahasa, secara etimologi, kata “millah” berasal dari Bahasa Aram. Aram adalah salah satu suku yang ada di jazirah Arabia. Kata millah sendiri tersebut dalam lima belas ayat dalam Al-Qurān, sembilan kali dalam ayat-ayat makkiyah dan enam kali pada ayat-ayat madaniyah, dan dalam berbagai konteks bahasan, yang umumnya berhubungan dengan para nabi, khususnya nabi Ibrahim.

Kata millah seperti halnya dengan kata dīn, adalah sebutan bagi sesuatu yang telah disyariatkan oleh Allah kepada umat manusia melalui para nabi dan rasul-Nya agar manusia dapat berhubungan dengan-Nya. Dalam istilah bahasa Turki “millet”, istilah yang digunakan oleh Turki Utsmani untuk seluruh agama yang berkembang di wilayahnya. Bahkan dalam bahasa Turki dan Persia, kata “millet” sering dipakai dalam pengertian “bangsa, rakyat atau negara”.

Dalam pemakaiannya, kata millah dalam Al-Quran umumnya disandarkan pada nabi yang membawanya, seperti millah Ibrahim, millah para nabi (Syu’aib, Ismail, dan keturunan Ishaq as.) dan millah Muhammad. Berkaitan dengan kata millah yang disandarkan langsung kepada Ibrahim, setidaknya ada empat alasan utama mengapa beliau memiliki tempat yang spesial nan mulia di sisi Allah, yakni:

1. Ibrahim dianugerahi keistimewaan sebagai kekasih Allah, terpilih sebagai nabi dan imam, dan banyak kemudian dari keturunannya yang menjadi orang-orang pilihan (nabi dan rasul) Allah pula, khususnya dari garis keturunan Ishaq dan Ismail.

2. Ibrahim adalah salah seorang nabi yang menerima gelar ulū al-‘azmi yang artinya adalah gelar khusus bagi golongan nabi pilihan yang mempunyai ketabahan luar biasa.

3. Ibrahim adalah sosok manusia teladan yang mampu membuktikan kecintaannya hanya kepada Allah, meski harus meninggalkan orang tua dan bangsanya, bahkan bersedia untuk mengorbankan anak-anak yang dikasihinya.

4. Ibrahim adalah akar tunggang dari pokok pohon Anggur Allah, karenanya semua agama samawi tidak bisa dipisahkan dari millah Ibrahim. Nabi Musa, Yesus (Isa) dan Muhammad adalah generasi pelanjut dari misi risalah millah nabi Ibrahim yang merupakan dīn Allah, Tuhan Semesta Alam sebagai satu-satunya Jalan Kebenaran Tuhan; sistem hidup yang benar, fitrahnya manusia.

Dengan demikian, Millah Abraham (Millah Ibrahim) adalah Jalan Kebenaran Allah, Tuhan Semesta Alam, Tuhan YME yang menjadi konsep dan jalan hidup para Nabi dan Rasul dalam memperjuangkan tegaknya sistem hukum yang benar demi terwujudnya kedamaian dan kesejahteraan hidup di muka bumi. Millah Abraham inilah yang disebut dengan din al qayyim, yakni din al-Islam yang hanif (sistem Islam yang murni).

Referensi