David Sungahandra

Bergabung 15 Januari 2006
Revisi sejak 15 Januari 2006 05.30 oleh David Sungahandra (bicara | kontrib) (Komputer Bisa, Urusan Penyakit Bisa)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Buah tidak jauh dari pohonnya. Ungkapan itu barangkali tepat untuk David Sungahandra. "Kata orang, keahlian saya karena keturunan. Kakek, paman kakek dan bibi saya berprofesi sebagai sinshe. Mereka ahli meramu obat-obatan tradisional China," tutur David Sungahandra (31 tahun).
David mengaku sejak kecil sudah pandai memijat orang. Awalnya, ketika duduk dibangku SMP, seorang temannya di sekolah mengalami sakit lambung. Spontan, ia mencoba memijat kaki temannya. Tanpa diduga pijatan tersebut memberi kesembuhan.

Belakangan ini baru tahu bahwa titik dikaki yang dipijatnya merupakan titik Zhusanli (St36). Titik itu dalam pengobatan akupuntur merupakan titik Panjang Umur (titik Dewa).

Sejak itu David kerap memijat teman sekolahnya yang mengalami sakit. "Dulu, ketika memijat teman, saya hanya mengandalkan naluri, titik mana yang harus diterapi. Misalnya, ketika temannya sakit kepala, seketika itu juga pundak saya terasa cenut-cenut. Nah, berdasarkan pengalaman, titik-titik dipundak itulah yang saya pijat," tuturnya.

Dan memang, temannya itu mengaku rasa sakit dikepalanya hilang setelah pundaknya dipijat David. "Rasa cenut-cenut di pundak itu merupakan siyal buat saya dalam memijat. Bila saya sendiri yang sakit, saya hanya menekan secara naluriah, kira-kira titik mana yang harus diterapi," ujar pria kelahirah 4 Desember 1973 ini.

Selanjutnya, saat Davud duduk di bangku kuliah semester akhir, bibnya yang seorang dokter di Hongkong berkunjung ke Jakarta. Ketika itu bibinya mengalami diare yang tak kunjung reda, meski sudah disuntik antibiotik. Lalu, David dimintai untuk memijat bibinya yang sedang menderita itu.
"Saat itu saya memijatkaki dan tangannya berulang-ulang. Ketika sedang memijat, dia bilang bahwa pijatan saya adalah titik-titik akupuntur. Dia heran, disangkanya saya sudah belajar akupuntur," papar alumus Jurusan Komputer Universitas Bina Nusantara Jakarta ini. "Karena saya tidak pernah belajar akupuntur, dia menganjurkan untuk mendalami teknik tersebut. Katanya, dengan pengetahuan akupuntur, saya bisa membuka klinik pengobatan. Setelah dipijat, dia merasa badannya lebih enteng dan tidak lagi sering diare."
Atas anjuran bibinya, pada tahun 2000 David mengikuti kursus akupuntur selama enam bulan di IKNI (Ikatan Naturopati Indonesia). Menurutnya titik-titik jarung akupuntur yang dipelajari di tempat kursus, sama dengan titik-titik ketika ia sedang memijat. "Saya seing lewat jalan tersebut, tapi tiak tahu nama jalan itu," ujarnya melukiskan pengetahuan tentang akuputur pertama kali itu.

David mengaku, setelah menamatkan kuliah dan kursus, ia belum berani langsung membuka praktik pengobatan. "Saya lebih sering menerima panggilan untuk membersihkan virus komputer ketimbang melakukan penusukan dengan jarum akupuntur. Meski begitu sesekali memijat orang sakit masih saya tangani. Kebetulan saya pernah mengalami sakit paratifus. Saya tidak pergi ke dokter, melainkan menusukkan jarum akupuntur di tubuh ini. Hasilnya, saya bisa sembuh," kata pria yang tahun depan ingin mendalami pengobatan herbal di China itu.

Dari pengalaman menyembuhkan diri sendiri, ia mulai memberanikan diri membuka praktik pengobatan dengan akupuntur hingga sekarang.

Alamat Praktek

Klinik Medik Alternatif Senior
Jl. Palmerah Barat No. 33-37
Telpon : 021 53677835


Centra Dektoksifikasi Cikini
Jl. Cikini Raya No. 50
Telpon : 021 3103846

HP: 0855 78 333 99 / 021 308 27269