Andi Mappanyukki

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan
Revisi sejak 5 Mei 2018 07.52 oleh Kevinjhie (bicara | kontrib) (→‎Menjadi Raja Bone: perbaikan kesalahan pengetikan)


Andi Mappanyukki (lahir 1885 - meninggal 18 April 1967) adalah salah tokoh pejuang dan seorang bangsawan tertinggi di Sulawesi Selatan. Ia adalah Putra dari Raja Gowa ke XXXIV yaitu I'Makkulau Daeng Serang Karaengta Lembang Parang Sultan Husain Tu Ilang ri Bundu’na (Somba Ilang) dan I Cella We'tenripadang Arung Alita, putri tertua dari La Parenrengi Paduka Sri Sultan Ahmad, Arumpone Bone (Raja Bone). Ia pulalah yang memimpin raja raja di Sulawesi Selatan untuk bersatu dan bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) di tahun 1950.

Berkas:Andi mappanyukki sultan ibrahim.jpg
Andi Mappanyukki-Raja Bone ke-32 dan Pahlawan Nasional RI

Biografi

Ia sejak berusia 20 tahun sudah mengangkat senjata untuk berperang mengusir kolonial Belanda, perang yang dilakoni dimasa muda itu takala mempertahankan pos pertahanan kerajaan Gowa di daerah Gunung Sari.

Menjadi Raja Bone

Pada tahun 1931 Kamis tanggal 12 April, atau 13 Syawal 1349H. atas usulan dewan adat ia diangkat menjadi Raja Bone ke-32 dengan gelar Sultan Ibrahim, sehingga ia bernama lengkap Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim. Gelar Sultan Ibrahim sendiri merupakan gelar yang diberikan kepadanya manakala menjabat Raja Bone kala itu (mangkauE Ri Bone). Pada masanyalah Kompeni Belanda di Celebes Selatan bernama Tuan L.J.J. Karon serta Raja Belanda di Nederland pada waktu itu bernama A.C.A de Graff[1]. Pada masa pemerintahan La Mappanyukki di Bone, Perang Dunia II pecah dan melibatkan seluruh negara-negara besar di Eropa. Negeri Belanda diserbu oleh Jerman, Ratu Belanda Wilhelmina melarikan diri bersama seluruh keluarganya ke Inggris untuk minta perlindungan.

La Mappanyukki (Penyebutan La merupakan gelar bangsawan Bugis, sedangkan I Mappanyukki merupakan gelar dari bangsawan Gowa) diangkat menjadi Arung MangkauE’ (Untuk istilah raja di Kerajaan Bone bernama Arung MangkauE') di Kerajaan Bone menggantikan pamannya yaitu sepupu satu kali ayahnya, karena jelas bahwa dia adalah cucu dari MappajungE. Dia merupakan turunan La Tenri Tappu MatinroE ri Rompegading. Dengan demikian Hadat Tujuh Bone dianggap tidak salah pilih dalam menentukan pengganti La Pawawoi Karaeng Sigeri sebagai Mangkau’ di Kerajaan Bone.

Karena menolak bersekutu dengan Belanda Ia pun “di turunkan” dari sebagai raja Bone oleh kekuatan dan kekuasaan Belanda, kemudian di asingkan bersama Istri (permaisuri) nya I' Mane'ne Karaengta Ballasari" dan Putra Putrinya selama 3,5 tahun di Rantepao, Tana Toraja. Ia pernah diangkat memimpin kerajaan suppa tahun 1902 s/d 1906 [2].

Pernikahan & Keturunan

Andi Mappanyukki memiliki permaisuri bernama I Mane'ne Karaengta Balla Sari & juga memiliki beberapa istri diantaranya I Batasai Daeng Taco, Besse Bulo (I Rakiyah Bau Baco Karaeng Balla Tinggi).

Ia juga mempunyai beberapa anak antara lain

  • Andi Bau Tenri Padang Opu Datu (P) Istri dari Andi Djemma Datu Luwu
  • Andi Bau Datu Cella Bone (P)
  • Andi Bau Tenri Datu Bau (p)
  • Andi Bau Parenrengi Datu Lolo (L)
  • Andi Bau To'Appo Datu Appo (L)
  • Andi Bau Datu Sawa (L).
  • Andi Abdullah Bau Massepe(L)[3]dari Pernikahannya dengan Besse Bulo (Putri La Sadapotto Addatuang Sidenreng XVI )
  • Andi Pangerang Petta Rani (L) dari Pernikahannya dengan I Batasi Daeng Taco

Wafat

Ia Mangkat pada tanggal 18 April 1967 di Jongaya (Jl. Kumala no.160 Makassar dan masih terjaga dan terawat sampai sekarang sebagai Rumah Ex. Raja Bone Andi Mappanyukki), dimana daerah ia juga dilahirkan. Makamnya tidak diletakkan di pemakaman raja-raja Gowa atau Bone lazimnya, tetapi oleh masyarakat dan pemerintah Republik Indonesia Makamnya di letakkan di Taman makam Pahlawan Panaikang Makassar (Ujung Pandang) dengan upacara kenegaraan.

Pahlawan Nasional RI

berdasarkan SK Presiden : Keppres No. 089/TK/2004, Tgl. 5 November 2004, Andi Mappanyuki diangkat sebagai pahlawan nasional. [4]. Menjelang proklamasi, ia juga bertindak sebagai penasihat BPUPKI. Setelah Indonesia merdeka, ia menyatakan bahwa Kerajaan Bone merupakan bagian dari Republik Indonesia. Pada masa Republik Indonesia Serikat, ia ikut menuntut peleburan Negara Indonesia Timur ke dalam RI. Keteladanan dan keteguhan hati beliau dalam berjuang dilkuti oleh putra-putranya, yaitu Andi Pangeran Petta Rani dan Andi Abdullah Bau Maseppe.

Referensi