Direktif Energi Terbarukan
Direktif Energi Terbarukan merupakan pengaturan segala kebijakan mengenai produksi dan promosi sumber energi terbarukan di Uni Eropa. Di tahun 2020, Uni Eropa menargetkan akan memenuhi paling tidak 20% dari seluruh kebutuhan energinya dengan sumber terbarukan. Untuk bahan bakar transportasi, paling tidak 10% dari keseluruhan energi harus didapatkan dari sumber terbarukan.[1]
Pada tanggal 30 November 2016, Direktif Energi Terbarukan mempublikasikan sebuah proposal yang berisi rencana Uni Eropa menjadi salah satu pelopor global untuk energi terbarukan, dan memastikan bahwa Uni Eropa akan memenuhi target penggunaan energi terbarukan paling tidak sebesar 27% di tahun 2030.
Rancangan Gerakan Nasional dan Laporan Kemajuan
Direktif Energi Terbarukan memberikan angka spesifik untuk target energi terbarukan di tiap negara anggota Uni Eropa, dengan mempertimbangkan titik awal dan potensi keseluruhan energi terbarukan di tiap negara.
Rancangan Gerakan Nasional
Target untuk penggunaan sumber daya terbarukan bervariasi angkanya, dari yang terendah 10% untuk Malta, dan tinggi 49% di Swedia, mengingat tiap negara anggota Uni Eropa memiliki kesediaan sumber daya yang berbeda dan pasar energi yang unik. Artinya, setiap negara perlu mengikuti jalan yang berbeda ketika harus memenuhi Direktif Energi Terbarukan, terutama untuk tahun 2020.
Dalam rancangan tindakan nasional, tiap-tiap negara memberikan info spesifik mengenai[2]:
- Target energi terbarukan untuk listrik, pemanas dan pendingin, serta sektor transportasi.
- Rencana integrasi dari beberapa teknologi terbarukan.
- Takaran kebijakan untuk mencapai target nasional, termasuk kerjasama dengan pihak yang berwenang di tingkat lokal, regional, dan nasional.
- Kebijakan nasional untuk mengembangkan sumber biomassa.
- Pengukuran yang memastikan bahwa biofuel yang digunakan memenuhi target dan sesuai dengan kriteria keberlanjutan (sustainability) Uni Eropa.
Laporan Kemajuan
Setiap dua tahun, seluruh negara anggota Uni Eropa melaporkan kemajuannya dalam mencapai target penggunaan energi terbarukan[3]. Laporan kemajuan terakhir dipublikasikan pada tahun 2017 (berdasarkan laporan nasional tahun 2015 dan data-data pendukung). Laporan terakhir menyebutkan bahwa :
- Secara keseluruhan, untuk konsumsi energi, Uni Eropa telah mencapai penggunaan energi terbarukan sebanyak 16% di tahun 2014, dan diperkirakan meningkat pada tahun 2015 menjadi 16.4%.
- Mayoritas negara-negara Uni Eropa cukup baik untuk mencapai targe, namun untuk memenuhi target di tahun 2020, diperlukan usaha yang berkelanjutan.
- Sektor transportasi telah mencapai angka 6% untuk penggunaan energi terbarukan di tahun 2015, beberapa negara anggota Uni Eropa harus lebih intens memaksimalkan usahanya untuk mencapai target 10% penggunaan energi terbarukan di bidang transportasi pada tahun 2020.
Laporan tersebut juga menekankan mengenai kontribusi energi terbarukan kepada lima dimensi Uni Energi, yakni:
- Keamanan energi : menggunakan lebih banyak energi terbarukan menyebabkan penghematan hingga €16 miliar untuk impor bahan bakar fosil pada tahun 2015, dan diperkirakan angka penghematan ini akan bertambah menjadi €58 miliar di tahun 2030.
- Integrasi pasar: teknologi yang lebih murah dan proposal baru di bawah Komisi “Clean Energy for All Europeans” selanjutnya akan membuat energi terbarukan dapat berpartisipasi di pasar dengan kedudukan yang sama dengan sumber energi lainnya.
- Efisiensi energi: pembangkit terbarukan dapat membantu mengurangi konsumsi energi primer dan meningkatkan kinerja energi yang diperlukan bangunan.
- Dekarbonisasi: pada tahun 2015, energi terbarukan akan berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca sejumlah ekuivalen dengan total emisi total negara Italia saat ini.
- Inovasi: Uni Eropa memiliki 30% paten global mengenai energi terbarukan, dan berkomitmen untuk memprioritaskan pengembangan dan inovasi untuk selanjutnya mendorong transisi energi.
Target Nasional Tiap Negara
Negara | Pencapaian di Tahun 2005 | Target di Tahun 2020 |
---|---|---|
Austria | 23,3% | 34% |
Belgia | 2,2% | 13% |
Bulgaria | 9,4% | 16% |
Siprus | 2,9% | 13% |
Republik Ceko | 6,1% | 13% |
Denmark | 17,0% | 30% |
Estonia | 18,0% | 25% |
Finlandia | 28,5% | 38% |
Perancis | 10,3% | 23% |
Jerman | 5,8% | 18% |
Yunani | 6,9% | 18% |
Hongaria | 4,3% | 13% |
Islandia | 63,4% | 72% |
Irlandia | 3,1% | 16% |
Italia | 5,2% | 17% |
Latvia | 32,6% | 40% |
Lituania | 15,0% | 23% |
Luksemburg | 0,9% | 11% |
Malta | 0,0% | 10% |
Belanda | 2,4% | 14% |
Norwegia | 60,1% | 67,5% |
Polandia | 7,2% | 15% |
Portugal | 20,5% | 31% |
Rumania | 17,8% | 24% |
Slowakia | 6,7% | 14% |
Slovenia | 16,0% | 25% |
Spanyol | 8,7% | 20% |
Swedia | 39,8% | 49% |
Britania Raya | 1,3% | 15% |
Referensi
- ^ "Renewable energy directive - Energy - European Commission". Energy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-05-09.
- ^ "National action plans - Energy - European Commission". Energy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-05-09.
- ^ "Progress reports - Energy - European Commission". Energy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-05-09.