Kapal penjelajah
Kapal penjelajah (penjajap, bahasa Portugis: Pangajava) adalah sejenis perahu yang digunakan untuk pertempuran di laut. Perahu jenis ini dulu banyak digunakan baik oleh angkatan laut maupun bajak laut di Nusantara. Kapal penjelajah berbentuk panjang dengan haluan dan buritan yang sangat lancip dan dibuat ringan agar dapat bergerak cepat. Ukurannya beragam, namun semakin kecil perahu Kapal penjelajah makin baik, karena kecepatannya menjadi bertambah besar. Serangan biasanya dilakukan menggunakan Kapal penjelajah kecil yang dapat bergerak cepat, sedangkan Kapal penjelajah besar berfungsi sebagai pelindung.
Kapal penjelajah lazimnya memiliki dua tiang layar. Layar berbentuk segi empat dan terbuat dari kajang. Sebagian besar perahu terbuka, kecuali di buritan yang diberi beratap sebagai tempat kedudukan nakhoda. Di tempat ini juga amunisi dan senjata disimpan.
Untuk keperluan bertempur Kapal penjelajah dilengkapi baik dengan meriam berkaliber besar maupun lela (meriam yang lebih kecil dari meriam Barat). Dua meriam diletakkan di bagian depan, menembus sisi perahu, dengan moncong sejajar dengan arah perahu. Lela diletakkan melintang pada lambung kanan dan kiri. Pada Kapal penjelajah kecil hanya ada satu atau dua lela.
Selain layar, Kapal penjelajah juga dapat dibantu oleh dayung. Penjelajah berukuran sedang memiliki 20-30 pendayung, dan dengan dayung pendak kapal penjelajah dapat bergerak dengan cepat baik ke depan maupun belakang. Saat Tome Pires mengunjungi Nusantara pada abad ke-16, penjajap/penjelajah adalah jenis kapal kedua yang dihitungnya setiap sampai pada suatu pelabuhan setelah kapal jung.[1]
Lihat pula
- Cetbang, meriam era Majapahit
- Lanong
- Kakap (perahu)
- Meriam kecil
Rujukan
- Adrian B. Lapian (2009). Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut:Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX. Jakarta: Komunitas Bambu.
- ^ Pires, Tome. Suma Oriental. London: The Hakluyt Society.