Hu Jintao
Hú Jǐntāo (lahir 21 Desember 1942) adalah politikus Republik Rakyat Tiongkok yang menjadi Sekretaris Umum Partai Komunis Tiongkok pada 15 November 2002. Ia kemudian menjadi Presiden Republik Rakyat Tiongkok ke-6 pada 15 Maret 2003 hingga 15 Maret 2013.
胡锦涛 Hu Jintao | |
---|---|
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok | |
Masa jabatan 15 November 2002 – 15 November 2012 | |
Perdana Menteri | Wen Jiabao |
Presiden Republik Rakyat Tiongkok ke-6 | |
Masa jabatan 15 Maret 2003 – 15 Maret 2013 | |
Wakil Presiden | Xi Jinping |
Pengganti Xi Jinping | |
Wakil Presiden Republik Rakyat Tiongkok | |
Masa jabatan 15 Maret 1998 – 15 Maret 2003 | |
Presiden | Jiang Zemin |
Informasi pribadi | |
Lahir | 21 Desember 1942 Jiangyan, Republik Tiongkok |
Kebangsaan | Republik Rakyat Tiongkok |
Partai politik | Partai Komunis Tiongkok |
Suami/istri | Liu Yongqing |
Almamater | Universitas Tsinghua |
Profesi | Teknisi hidraulik |
Penghargaan
| |
Sunting kotak info • L • B |
Biografi
Ia lahir pada 21 Desember 1942 di Jiangyan, Jiangsu. Sumber lain menyebutkan, Hu Jintao lahir di Shanghai dan berasal dari keluarga pedagang teh yang merupakan anak tertua dari tiga bersaudara. Sumber lain juga menyebutkan, ada kemungkinan keluarga Hu keluar dari Shanghai pada masa pendudukan Jepang. Juga dilaporkan bahwa Hu muda tumbuh di Kabupaten Taizhou (Provinsi Jiangsu) di pesisir timur yang subur dan indah.
Keluarganya sendiri mengklaim Jixi sebagai kampung halaman mereka. Berdasarkan berbagai penelitian, ada kemungkinan keluarga Hu Jintao memiliki hubungan dengan seorang kelahiran Jixi ternama lain bernama Hu Shi, yang adalah pujangga dan ilmuwan pada awal abad ke-20 dan menjadi duta besar bagi Generalisimo Chiang Kai-shek di Washington, DC. Persoalannya, bila Hu Jintao memiliki hubungan dengan Hu Shi, maka akan susah diterima di Universitas Qinghua pada tahun pertama dilaksanakannya kampanye politik “Anti Kanan” (1959). Memang, orang-orang bermarga Hu dari Jixi dikenal sebagai klan yang berpendidikan baik sehingga Hu Jintao bisa jadi cocok dengan gambaran ini.
Setelah menyelesaikan studi di bidang Rekayasa Konservasi Air dengan nilai A, Hu tetap bekerja di Universitas Qinghua sebagai asisten politik dan diidentifikasi sebagai “calon prospektif” PKT di universitas. Rektor Universitas Qinghua (Jiang Nanxiang) yang memiliki kedekatan hubungan dengan Sentral Komite PKT dan para pemimpin di Beijing menaruh perhatian terhadapnya. Jiang dikenal sering merekomendasikan para mahasiswa Qinghua untuk pekerjaan kader di kantor pusat PKT.
Pada masa Revolusi Kebudayaan, seperti umumnya orang muda saat itu, Hu Jintao dikirim ke provinsi termiskin di Tiongkok, yaitu Gansu dan secara cepat mengalami promosi beberapa kali. Hu Jintao bergabung dengan PKT pada tahun 1964. Pada tahun 1965, ia lulus universitas dengan gelar insinyur dalam bidang hidraulik.
Soal kemiskinan telah ia lewatkan di sejumlah daerah miskin di Tiongkok. Di mulai di Provinsi Ganzu (Tiongkok Barat laut) sebagai Wakil Sekretaris PKT Ganzu tahun 1980. Ketuanya (Song Ping) yang juga lulusan Qinghua kemudian menjadi salah satu pemimpin PKT beraliran konservatif. Song memperkenalkan Hu kepada Hu Yaobang pada tahun 1982 yang kemudian diangkat menjadi Wakil Sekretaris Liga Pemuda Komunis pimpinan Hu Yaobang.
Memang, menjadi tidak biasa dan perlu diberi catatan bahwa Hu Jintao mampu bekerja untuk pemimpin dari kelompok konservatif (Song Ping) dan kelompok moderat (Hu Yaobang). Hal ini menunjukkan bahwa Hu Jintao memiliki pemikiran terbuka dan hati-hati. Tahun 1985, ia menjadi Sekretaris PKT di Provinsi Guizhou (Tiongkok Barat Daya) dan menunjukkan reputasi sebagai pemimpin yang baik serta berupaya mengerti masalah yang dialami rakyat di daerah miskin tersebut.
Tahun 1988, Hu ditunjuk sebagai Sekretaris PKT Tibet. Inilah jabatan yang menambah kontroversi dalam kariernya yang sebelumnya sangat tenang dan efisien. Kerusuhan muncul di Tibet sebelum ia tiba di Lhasa. Bulan Maret 1988 terjadi demonstrasi besar yang kemudian ditumpas dengan kekerasan. Undang-undang Darurat diberlakukan, kemudian menjadi preseden yang diberlakukan di Beijing dalam menghadapi gerakan pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen.
Sejak itu tak pernah ada kata kompromi atas setiap aksi yang hendak memisahkan Tibet dari Tiongkok, sehingga ia dianggap bertanggung jawab atas kematian Lama Panchen (pemimpin spiritual tertinggi kedua di Tibet). Namanya juga tersangkut dalam kasus Tiananmen yang menewaskan 218 warga sipil dan 23 tentara serta 7.000 orang terluka pada awal 1989.
Tahun 1990, dia menghabiskan waktunya di Beijing dan terpilih untuk mengatur persiapan penyelenggaraan Kongres PKT ke-14 (1992). Kongres ini menjadi penting sebagai pengatur transisi kekuasaan kepemimpinan pasca Deng Xiaoping. Dalam kongres itulah, Deng Xiaoping mempromosikan Hu Jintao dari sekretaris partai provinsi memasuki ruang kekuasaan sebagai “kader lintas generasi”.
Ketika memimpin Sekolah PKT sejak tahun 1993, Hu Jintao melakukan perubahan dengan mendorong diskusi terbuka membahas masalah reformasi. Lintasan kariernya menunjukkan bahwa ia mampu bekerja efektif. Lebih dari sepuluh tahun rela menunggu dan tampaknya dia telah mengakumulasi kekuasaan dan inisiatif. Posisinya sebagai pengganti Jiang Zemin kian jelas tahun 1998 ketika menjadi Wakil Presiden dan Wakil Ketua Komisi Militer Pusat pada tahun 1999.
Kongres PKT ke-16 Oktober 2002 memastikannya sebagai pemimpin Tiongkok. Kongres berakhir dengan memilih 9 anggota Komite Tetap Politbiro PKT dengan Sekretaris Jenderal Hu Jintao sebagai inti kepemimpinan Tiongkok. Berbagai kritikan langsung diarahkan padanya. Dalam buku China’s New Rulers yang mengutip dokumen sangat rahasia Tiongkok menyebutkan kebiasaan Hu yang setia dan taat. Secara bertahap, ia memperoleh hormat dan dukungan berspektrum regional dan politik.
Jabatannya kian lengkap ketika menjabat pemimpin negara pada tahun 2003. Ia menggantikan Jiang Zemin yang mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Partai Komunis (2004), Ketua Umum Komisi Militer Partai Komunis (2004), dan Ketua Umum Komisi Militer Republik Rakyat Tiongkok. Ia menjabat sebagai Presiden Republik Rakyat Tiongkok hingga tahun 2013. Pada 13 Maret 2013, setelah sebuah pemungutan suara dalam pertemuan parlemen di Beijing, ia digantikan oleh Xi Jinping sebagai Presiden Republik Rakyat Tiongkok [1].
Referensi
Pranala luar
Didahului oleh: Jiang Zemin |
Presiden Republik Rakyat Tiongkok 2003—2013 |
Diteruskan oleh: Xi Jinping |
Didahului oleh: Rong Yiren |
Wakil Presiden Republik Rakyat Tiongkok 1998—2003 |
Diteruskan oleh: Zeng Qinghong |
Didahului oleh: Jiang Zemin |
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok 2002–2012 |
Diteruskan oleh: Xi Jinping |
Didahului oleh: Jiang Zemin |
Pimpinan Komisi Militer Pusat PKT 2004–2013 |
Diteruskan oleh: Xi Jinping |
Didahului oleh: Jiang Zemin |
Pimpinan Komisi Militer Pusat RRT 2005-2012 |
Diteruskan oleh: Xi Jinping |