Kabupaten Banyuwangi

kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia

Kabupaten Banyuwangi (Bhs. Osing: Byanyuwangai, Aksara Bali: ᬩ᭄ᬬᬜᬸᬯᬗᬇ), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km2, atau lebih luas dari Pulau Bali (5.636,66 km2). Di pesisir Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan perhubungan utama antara pulau Jawa dengan pulau Bali (Pelabuhan Gilimanuk). Penduduk asli Kabupaten Banyuwangi adalah Suku Osing.

Kabupaten Banyuwangi
Banyuwangi
Blambangan
Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
Transkripsi lainya
 • Ejaan LamaBanjoewangi
 • Baliᬩ᭄ᬬᬜᬸᬯᬗᬇ
 • OsingByanyuwangai
Pantai Plengkung di Banyuwangi bagian selatan
Pantai Plengkung di Banyuwangi bagian selatan
Julukan: 
Kota Gandrung
Motto: 
Satya Bhakti Praja Mukti
(bahasa Indonesia: Setia pada bakti untuk masyarakat makmur)
Himne daerah: Umbul-Umbul Blambangan
Lokasi Banyuwangi di Jawa Timur
Lokasi Banyuwangi di Jawa Timur
Negara Indonesia
Provinsi Jawa Timur
Ibu KotaBanyuwangi
Hari Jadi18 Desember 1771[1]
Dibentuk1950, sebagai Kabupaten
Dinamai berdasarkanBlambangan
Kecamatan25
Desa217
Orang TerkenalWong Agung Wilis
Rempeg Jogopati
Sayuwiwit
Pemerintahan
 • JenisKabupaten
 • BupatiH. Abdullah Azwar Anas, S.Pd., S.S., M.Si.
 • Wakil BupatiH. Yusuf Widyatmoko, S.Sos.
Luas
 • Luas daratan5.782,4 km2 (22,326 sq mi)
 • Garis Pantai175,8 km2 (67,9 sq mi)
Populasi
 (2016)[4]
 • Total1,668,438
 • Kepadatan200/km2 (500/sq mi)
 • Peringkat kepadatan5[5](Jawa Timur)
 • Laki-laki
838,856 Jiwa
 • Perempuan
829,582 Jiwa
DemonimBanyuwangen
Ras
 • Suku BangsaOsing, Jawa, Madura, Bali, Tionghoa dll.
Kepercayaan
 • AgamaIslam 93.50%
Hindu 3.90%
Kristen Protestan 1.25%
Katolik 0.72%
Buddha 0.60%
Konghucu 0.03%[6]
Zona waktuUTC+7 (Waktu Indonesia Barat)
Kode Pos
684XX
Kode area telepon+62 333
GeocodeID-JW
Kode ISO 3166ID-BYW
Plat KendaraanP
APBD2.777,42 Miliar
PAD346,99 Miliar
PertuturanOsing, Jawa, Madura, Indonesia
Situs webbanyuwangikab.go.id

Pemerintahan

Berkas:Pendopo banyuwangi.jpg
Pendopo Kabupaten Banyuwangi

Secara administrasi, pemerintahan Kabupaten Banyuwangi dipimpin oleh seorang bupati dan wakil bupati yang membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi desa dan kelurahan yang dikepalai oleh seorang kepala desa dan seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kabupaten, sedangkan kepala desa dipilih oleh setiap warga desa setiap periode tertentu dan memiliki sebuah pemerintahan desa yang mandiri. Sejak 2005, bupati Banyuwangi dan wakilnya dipilih secara langsung oleh rakyat dalam pilkada, setelah sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kabupaten.

Perwakilan

Secara konstitusional, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banyuwangi merupakan lembaga perwakilan rakyat yang dipilih langsung oleh rakyat Banyuwangi pada pemilihan umum legislatif setiap lima tahun sekali. Anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi periode 2014–2019 adalah 50 orang yang didominasi oleh PDI Perjuangan (10 kursi), PKB (10 kursi), dan Partai Golkar (7 kursi)[7]. Pimpinan DPRD Kabupaten Banyuwangi periode 2014–2019 terdiri dari I Made Cahyana Negara (Ketua; PDI-P), Joni Subagio (Wakil Ketua; PKB), Ismoko (Wakil Ketua; Golkar), dan Sri Utami Faktuningsih (Wakil Ketua; Demokrat) yang resmi menjabat sejak 20 Oktober 2014.[8] DPRD Kabupaten Banyuwangi hasil Pemilu 2014 tersusun dari 10 partai politik, dengan perincian sebagai berikut:

Partai Kursi
Lambang PDI-P PDI-P 10
  PKB 10
Lambang Partai Golkar Partai Golkar 7
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat 5
  Partai Gerindra 5
  Partai Hanura 4
  PPP 4
  Partai NasDem 2
Lambang PKS PKS 2
  PAN 1
Total 50

Pembagian administratif

Kabupaten Banyuwangi terdiri atas 25 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi terdiri dari:

Geografi

Kabupaten Banyuwangi yang secara geografis terletak pada koordinat 7º45’15”–8º43’2” LS dan 113º38’10” BT.

Wilayah kabupaten Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.344 m) dan Gunung Merapi (2.799 m). Di balik Gunung Merapi terdapat Gunung Ijen yang terkenal dengan kawahnya. Gunung Raung dan Gunung Ijen adalah gunung api aktif.[butuh rujukan]

Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan pengembangan penyu. Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas Purwo.

Pantai timur Banyuwangi (Selat Bali) merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur. Di Muncar terdapat pelabuhan perikanan.

Transportasi

Ibu kota Kabupaten Banyuwangi berjarak 290 km sebelah timur Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur jalur kereta api pulau Jawa yaitu Stasiun Banyuwangi Baru.[9]

Pelabuhan Ketapang terletak di kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal ferry, LCM, roro dan tongkang.[butuh rujukan]

Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember di kedua jalur tersebut tersedia bus eksekutif/PATAS maupun ekonomi.

Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api Surabaya – Pasuruan – Probolinggo – Jember dan berakhir di Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Baru terletak di Kota Banyuwangi tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Stasiun Kereta Api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun Banyuwangi Baru, Karang Asem, (Kecamatan Glagah), Rogojampi, Stasiun Kalisetail, (Kecamatan Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore, Sumberwadung dan Halte Krikilan.

Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Using Transport serta van atau yang oleh masyarakat setempat disebut 'colt' yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.

Bandar Udara Blimbingsari di kecamatan Blimbingsari dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi (2000–2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005–2010). Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWX) – Jakarta (CGK) – Banyuwangi (BWX) dan Banyuwangi (BWX) – Surabaya (SUB) – Banyuwangi (BWX).

Selain itu terdapat Pelabuhan Tanjung Wangi di Ketapang, Kecamatan Kalipuro selain sebagai pelabuhan bongkar muat barang dan peti kemas, juga melayani pelayaran ke kepulauan di bagian timur Madura, seperti Kep. Sapeken, Kep. Kangean, dan Kep. Sapudi.

Penduduk

Penduduk Banyuwangi cukup beragam. Mayoritas adalah Suku Osing, namun terdapat Suku Madura (kecamatan Muncar, Wongsorejo, Kalipuro, Glenmore dan Kalibaru) dan suku Jawa yang cukup signifikan, serta terdapat minoritas suku Bali, dan suku Bugis. Suku Bali banyak mendiami desa di kecamatan Rogojampi, bahkan di desa Patoman, Kecamatan Rogojampi seperti miniatur desa Bali di pulau Jawa. Suku Osing merupakan penduduk asli kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai sebuah sub-suku dari suku Jawa. Mereka menggunakan Bahasa Osing, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing mendiami di Kecamatan Glagah, Licin, Songgon, Kabat, Giri, Kota serta sebagian kecil di kecamatan lain.[butuh rujukan]

Sejarah

Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. Pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun. Pada masa ini secara administratif VOC menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar penyerahan kekuasaan jawa bagian timur (termasuk blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Padahal Mataram tidak pernah bisa menguasai daerah Blambangan yang saat itu merupakan kerajaan hindu terakhir di pulau Jawa. Namun VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaanya sampai pada akhir abad ke-17, ketika pemerintah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan. Daerah yang sekarang dikenal sebagai "kompleks Inggrisan" adalah bekas tempat kantor dagang Inggris.[butuh rujukan]

VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaanya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772). Dalam peperangan itu terdapat satu pertempuran dahsyat yang disebut Puputan Bayu sebagai merupakan usaha terakhir Kerajaan Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu VOC. Pertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda. Namun pada akhirnya VOC-lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai bupati Banyuwangi pertama dan tanda runtuhnya kerajaan Blambangan. Tetapi perlawanan sporadis rakyat Blambangan masih terjadi meskipun VOC sudah menguasai Blambangan. Itu bisa terlihat dengan tidak adanya pabrik gula yang dibangun oleh VOC saat itu, berbeda dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur.

Tokoh sejarah fiksi yang terkenal adalah Putri Sri Tanjung yang di bunuh oleh suaminya di pinggir sungai karena suaminya ragu akan janin dalam rahimnya bukan merupakan anaknya tetapi hasil perselingkuhan ketika dia ditinggal menuju medan perang. Dengan sumpah janjinya kepada sang suami sang putri berkata: "Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang janin ini bukan anakmu tetapi jika berbau harum (wangi) maka janin ini adalah anakmu". Maka seketika itu darah yang mengalir ke dalam sungai tersebut berbau wangi, maka menyesalah sang suami yang dikenal sebagai Raden Banterang ini dan menamai daerah itu sebagai Banyuwangi.

Tokoh sejarah lain ialah Minak Djinggo, seorang Adipati dari Blambangan yang memberontak terhadap kerajaan Majapahit dan dapat ditumpas oleh utusan Majapahit, yaitu Damarwulan. Namun sesungguhnya nama Minak Djinggo bukanlah nama asli dari adipati Blambangan. Nama tersebut diberikan oleh sebagian kalangan istana Majapahit sebagai wujud olok-olok kepada Brhe Wirabumi yang memang putra prabu hayam wuruk dari selir. Bagi masyarakat Blambangan, cerita Damarwulan tidak berdasar. Cerita ini hanya bentuk propaganda Mataram yang tidak pernah berhasil menguasai wilayah Blambangan yang saat itu disokong oleh kerajaan hindu Mengwi di Bali.

Julukan

 
Patung selamat datang di Banyuwangi pada kaki gunung Gumitir

Kabupaten Banyuwangi menyandang beberapa julukan, di antaranya:

  • The Sunrise of Java

Julukan The Sunrise of Java disandang Kabupaten Banyuwangi tidak lain karena daerah yang pertama terkena sinar matahari terbit di pulau Jawa.

  • Bumi Blambangan

Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan, karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan Mataram dan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di pulau Jawa.

  • Kota Osing

Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Osing. Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi. Sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku osing mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang berbeda dari masyarakat jawa dan madura.

  • Kota Santet

Julukan Banyuwangi kota santet terkenal sejak peristiwa memilukan ketika 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu santet. Peristiwa ini dikenal luas oleh masyarakat sebagai “Tragedi Santet” Tahun 1998.

  • Kota Gandrung

Kabupaten Banyuwangi terkenal dengan Tari Gandrung yang menjadi maskot kabupaten ini.

  • 'Kota Banteng

Kabupaten Banyuwangi dijuluki kota banteng dikarenakan di Banyuwangi tepatnya di Taman Nasional Alas Purwo terdapat banyak banteng jawa.

  • Kota Pisang

Sejak dahulu Kabupaten Banyuwangi sangat dikenal sebagai penghasil pisang terbesar, bahkan tiap dipekarangan rumah warga selalu terdapat pohon pisang.

  • Kota Festival

Berawal dari sukses penyelenggaraan kegiatan budaya Banyuwangi Ethno Carnival pertama pada tahun 2011 lalu, maka pada tahun-tahun berikutnya seakan tak terbendung lagi semangat dan kegairahan masyarakat Banyuwangi untuk mengangkat potensi dan budaya daerah melalui rangkaian kegiatan yang dikemas dalam tajuk Banyuwangi Festival. Maka sejak 2012 acara Banyuwangi Ethno Carnival ditahbiskan menjadi agenda tahunan berbarengan dengan kegiatan lain, baik yang bersifat seni, budaya, fesyen, dan wisata olahraga.

Wisata

 
Ombak Pantai Plengkung, salah satu ombak terbaik di dunia.

Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak objek wisata seperti[10][11][12]

Kuliner Banyuwangi

Masakan

Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam masakan khas Banyuwangi, diantaranya:

  • Sego tempong
  • Sego cawuk
  • Pindang Srani
  • Sego Gecok
  • Sego Golong
  • Sate Kalak
  • Pecel Pitik
  • Sambel Lucu
  • Jangan Kelor
  • Jangan Kesrut
  • Jangan Pakis
  • Jangan Lobok
  • Jangan Lompong
  • Jangan Bobohan
  • Jangan Jawar
  • Jangan Leroban
  • Jangan Pol
  • Jangan Klenthang
  • Jangan Bung
  • Pelasan Oling
  • Pelasan Uceng
  • Peceg Lele
  • Uyah Asem Pitik
  • Kupat Lodoh
  • Pindang koyong
  • Bothok Simbukan
  • Bothok Tawon
  • Ayam Pedas Genteng
  • Rujak Letog
  • Sambel Pedho
  • Sambel Pindang
  • Sambel Pete
  • Oseng-oseng Pare
  • Bindol Pakem
  • Tahu Petis
  • Wiyongkong
  • Rujak soto
  • Pecel Thotol
  • Lak-lak

Jajanan tradisional

Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam jajanan pasar khas Banyuwangi, diantaranya:

  • Bagiak
  • Sale Pisang Barlin
  • Kelemben
  • Satuh
  • Manisan Cerme
  • Manisan Pala Kering
  • Manisan Tomat
  • Manisan Kolang-kaling
  • Ladrang
  • Kacang Tanah Open Asin
  • Dodol Salak
  • Sale Pisang Anggur
  • Loro Kencono
  • Karang Emas
  • Kolak Gepuk
  • Widaran
  • Wiroko
  • Petulo
  • Ketan Kirip
  • Onde – Onde
  • Tahu Walek
  • Minuman

    Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam minuman khas Banyuwangi, diantaranya:

    • Secang
    • Selasih
    • Ronde
    • Angsle
    • Caok
    • Setup Semarang
    • Kolak Duren
    • Kopi Luwak
    • Kopi Lanang
    • Kopi Kemiren
    • Es Gedang Ijo
    • Es Temu lawak

    Oleh-oleh

    Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam oleh-oleh khas Banyuwangi, diantaranya:

    • Awug (iwel-iwel)
    • Lanun
    • Serabi Solo
    • Dodol garut
    • Jenang Kudus
    • Jenang Bedil
    • Jenang Mutioro
    • Jenang Selo
    • Ketot
    • Apem Takir
    • Lak-lak
    • Precet
    • Sumping
    • Bikang
    • Setupan Polo

    Seni budaya

    Kabupaten Banyuwangi selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa, Tionghoa dan budaya lokal yang saling isi mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui di wilayah manapun di pulau Jawa.[butuh rujukan]

    Di dusun Selorejo, kecamatan Glenmore, di lereng Gunung Raung, terdapat Pura Beji Ananthaboga, sebuah pura dan petirtaan yang terletakserta menempati wilayah Perhutani KPH Banyuwangi Barat.

     
    Petirtan di Pura Beji Ananthaboga dan Pelinggih Ganesha

    Batik

    Batik yang disebut-sebut sebagai jati diri Bangsa Indonesia tak bisa diragukan. Keberadaannya memang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya orang Jawa. Motif-motifnya pun terinspirasi tak jauh dari kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan banyuwangi, memiliki beberapa motif yang terkenal yaitu

    • Gajah oling
    • Paras Gempal
    • Sekar Jagad
    • Kangkung Setingkes
    • Mata Ayam

    Jenis Batik tadi merupakan sebagian dari Motif Batik khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.

    Kesenian tradisional

    Berkas:Penari gandrung.jpg
    Penari Gandrung di depan rumah adat Osing desa Kemiren.
    Berkas:Gamelan Banyuwangi.jpg
    Gamelan Banyuwangi yang mengiringi tari gandrung.

    Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain:

    Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.

    Musik khas Banyuwangi

    Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.

    Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama, dan angklung, atau rebana.

    Daftar perguruan tinggi

    Perguruan tinggi negeri

    Logo Nama Perguruan Tinggi Alamat
    Politeknik Negeri Banyuwangi Labanasem
    Berkas:LOGO-LP3B.png Loka Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi Blimbingsari
    Berkas:Universitas Airlangga.svg Universitas Airlangga PDD Banyuwangi Giri

    Perguruan tinggi swasta

    Logo Nama Perguruan Tinggi Alamat
    Universitas 17 Agustus 1945 Taman Baru
      Universitas PGRI Banyuwangi Kertosari
      Universitas Bhakti Indonesia Sraten
    Berkas:Logostikombwi.jpg Sekolah Tinggi Komunikasi PGRI Banyuwangi Taman Baru
    Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi Giri
    Akademi Kelautan Banyuwangi Ketapang
    Akademi Kesehatan Rustida Krikilan
    Institut Agama Islam Darussalam Blokagung
    Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng

    Referensi

    Pranala luar