Wanarata, Bantarbolang, Pemalang

desa di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah
Revisi sejak 8 Juni 2018 20.13 oleh Erdiyanto bin ismanto (bicara | kontrib) (Mbah Kyai Nursalam)

Sejarah

Wanarata
Berkas:Wanarata.png
Peta Wanarata
Peta lokasi Desa Wanarata
Negara  Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenPemalang
KecamatanBantarbolang
Kode pos
52352
Kode Kemendagri33.27.06.2002  
Jumlah penduduk1117jiwa
Peta
 Koordinat: 7°6′12″S 109°24′11″E / 7.10333°S 109.40306°E / -7.10333; 109.40306

Wanarata adalah desa di kecamatan Bantarbolang, Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia.

Wanarata adalah sebuah desa yang sekaligus menjadi ikon dan simbol untuk dukuh disekitarnya, dan juga menjadi pusat kelurahan desa. Wanarata dalam bahasa Jawa berarti Hutan yang rata, faktanya desa ini memiliki struktur tanah yang hampir sebagian besar rata.

Wanarata sendiri diduga adalah Desa warisan dari Kerajaan Majapahit, Pasundan serta Mataram. Sebagai bukti dari logat bicara satu kelurahan tersebut, setiap dusun berbeda-beda, inilah suatu keunikan tersendiri yang dimiliki oleh Desa Wanarata.

Masuknya Agama Islam

Sekitar tahun 1610 di desa ini masih menganut ajaran hindu, dan sebagian besar lagi mereka memeluk agama nenek moyang. Memang sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, agama kepercayaan para Raja-Raja terdahulu adalah Hindu Budha. Jadi tidak mustahil bilamana kedua agama tersebut sangat mengakar di masyarakat. Namun berkat keislaman Raden Brawijaya V setelah masuk Islam oleh Raden Said atau Sunan Kalijaga, sebagian besar rakyat Majapahit akhirnya memeluk Islam.

Syekh Ageng Gribig atau Syekh Maulana Maghribi

kemudian dengan datangnya Syeh Gribig, Mbah Nurul Salam, Mbah Soma, Mbah Gudang, Mbah Sirut, Mbah Anggrek mereka mengajarkan ilmu islam disekitar desa wanarata. Alhasil masih sedikit sekali yang memeluk agama islam didesa ini. Kemudian mereka melakukan siar dan mendirikan masjid di desa wanarata ( lokasi: dilapangan sepak bola Ds. Wanarata).

Mbah Kyai Nursalam

Mbah Kyai Nursalam adalah salah satu ulama pelopor syiar agama Islam di Desa Wanarata dan beliau juga merupakan waliyullah. Mbah Kyai Nursalam merupakan keturunan Syekh Ageng Gribig, dengan silsilah sebagai berikut: Mbah Kyai Nursalam -> Ki Radwan -> Nyi Saripah -> RK Samiyah -> Nyi Dram -> RK Srinah -> RK Makdum Kertajaya -> RK Daimah -> RK Nokidin Kertajaya -> RK Astra Jiwa -> RK Tanu Jiwa -> Ki Bagus Jiwa -> Pangeran Hagyana Atas Angin (Majalangu) -> Syekh Ageng Gribig (Syekh Maulana Maghribi).

Geografis

Industri

Genteng adalah salah satu dari produk yang dihasilkan oleh desa Wanarata, selain hasil pertanian padi. Desa ini dihimpit oleh dua sungai, sehingga menjadi tempat yang indah dan subur. Wanarata terdiri atas 10 dukuh yaitu dukuh gudang, dukuh benteng-karangsari, dukuh krajan III, dukuh Krajan IV, dukuh Krajan V-kalisirem, dukuh lenggak, dukuh kedungsambi, dukuh guluk, dukuh mulyoharjo dan dukuh karangpucung.

Produksi yang lainnya selain genteng adapula Batu bata merah, juga produksi rumah tangga yaitu pembuatan anyaman bambu, juga industri makanan kecil di antaranya yang sudah terkenal ke seluruh kabupaten pemalang yaitu apem, juga ada rengginang, juga berbagai olahan dari singkong.

Dukuh benteng merupakan central utama produksi genteng sedangkan dukuh lenggak dan kedungsambi merupakan central utama produksi bata merah.

Objek Wisata

Pariwisata yang di antaranya Jurug Duwur ( Air Terjun yang Tinggi) berada di dukuh Karang Pucung, sebelah timur Desa Wanarata. Monumen-monumen nasional disini pun masih terjaga yang antara lain berupa Tugu sutomo di karangpucung, Prasati kuno, dll.[butuh rujukan]

Referensi