Kota Gunungsitoli
Kota Gunungsitoli adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008, sebagai salah satu hasil pemekaran dari Kabupaten Nias.
Kota Gunungsitoli | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Koordinat: 1°07′N 97°34′E / 1.12°N 97.57°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sumatera Utara |
Tanggal berdiri | 26 November 2008 |
Dasar hukum | UU Nomor 47 Tahun 2008 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Ir. Lakhomizaro Zebua |
Luas | |
• Total | 284,78 km2 (10,995 sq mi) |
Populasi ((2015)[1]) | |
• Total | 128.965 |
• Kepadatan | 4,5/km2 (12/sq mi) |
Demografi | |
• Bahasa | Nias, Indonesia |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0639 |
Kode Kemendagri | 12.78 |
Situs web | https://www.gunungsitolikota.go.id |
Sejarah
Gunungsitoli merupakan kota tertua dan terbesar yang ada di Kepulauan Nias. Setelah ditingkatkan statusnya dari kecamatan menjadi kota otonom, popularitas kota yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008 ini semakin melejit. Tak hanya pada tataran lokal atau regional. Bahkan, di tingkat internasional, Kota Gunungsitoli banyak menjadi bahasan diskusi.[2]
Berdasarkan catatan sejarah, Gunungsitoli atau sering disebut Luaha sudah dikenal dan dikunjungi sejak abad ke 18. Posisi kota Luaha ini terletak pada muara sungai Nou atau pasar Gunungsitoli saat ini. Pada saat itu ada tiga marga dominan yang menghuni kota Luaha, yaitu Harefa, Zebua, dan Telaumbanua atau lebih dikenal dengan Sitolu Tua.[2]
Belum diketahui secara pasti asal muasal penamaan Gunungsitoli. Tapi referensi yang ditemukan dari sebuah buku yang ditulis seorang pastor yang mendirikan Museum Pusaka Nias, disebutkan nama Gunungsitoli diberikan oleh para pedagang yang berasal dari Indocina daratan Asia. Kelak, para pedagang inilah yang disebut-sebut nenek moyang orang Nias. Merujuk secara harfiah, jelas kata Gunungsitoli berasal dari kata Gunung dan kata Sitoli. Gunung berarti tanah yang tinggi (berbukit) dan Sitoli berasal dari nama orang yang berdiam di bukit dekat rumah sakit (daerah Onozitoli sekarang).[2]
Geografi
Kota Gunungsitoli terletak di Pulau Nias dan berjarak sekitar 85 mil laut dari Kota Sibolga. Ada dua pintu masuk dan keluar Pulau Nias yang berada di Kota Gunungsitoli, yaitu Bandar Udara Binaka dan Pelabuhan Angin.
Secara topografi, sebagian besar wilayah kota berbukit-bukit sempit dengan ketinggian bervariasi antara 0-800 meter dpl. Struktur batuan dan susunan tanah umumnya bersifat labil mengakibatkan sering terjadi patahan pada jalan-jalan aspal dan longsor.[3]
Batas Wilayah
Utara | Kecamatan Sitolu Ori (Kabupaten Nias Utara) |
Timur | Samudera Indonesia |
Selatan | Kecamatan Gido dan Hili Serangkai (Kabupaten Nias) |
Barat | Kecamatan Alasa Talumuzoi dan Namohalu Esiwa (Kabupaten Nias Utara), serta Hiliduho (Kabupaten Nias) |
Pembagian Pemerintahan
Kecamatan di Kota Gunungsitoli adalah:
Perekonomian
Sebagian besar mata pencarian penduduk berasal dari sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan, termasuk juga perdagangan.
Pertanian
Padi sawah merupakan komoditas tanaman pangan terbesar yang diusahakan para petani. Pada tahun 2012, luas panen padi sawah mencapai 2.968 hektar dengan produksi sebesar 6.808 ton. Tanaman pangan terbesar berikutnya adalah ubi kayu dengan luas panen 231 hektar dan produksi 440 ton. Yang unik adalah komoditas ubi jalar. Luas panennya dapat mencapai 434 hektar, tetapi produksinya hanya 14 ton karena mayoritas penduduk menanam ubi jalar hanya memanfaatkan daunnya, bukan memanen umbinya, yang digunakan untuk makanan ternak babi.[4]
Pariwisata
Panorama pantai yang indah, rumah adat Nias, dan peninggalan sejarah berupa batu megalit yang tersebar di setiap kecamatan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Ada sembilan pantai yang telah dikomersilkan untuk umum, yaitu pantai Nusa Lima, Malaga, Marina, Simanaere, Laowamaru, Bunda, Muara Indah, Carlita, dan Hoya.[5] Keberadaan kota Gunungsitoli menjadi pintu grbang wisata di Pulau Nias, beberapa objek pariwisata, diantaranya:
- Gua Togi Ndrawa; sebuah gua kuno yang lokasinya berada di desa Lelewonu Niko'orano, Kecamatan Gunungsitoli, sekitar 3 km dari pusat kota.
- Muara Indah; sekitar 15 km dari pusat kota, tidak jauh dari Pantai Charlita. Tempat ini berada di muara sungai.
- Museum Pusaka Nias, berada di kota Gunungsitoli, di Jl. Yos Sudarso no. 134A. Museum ini berdiri pada tahun 1995, atas inisiatif Pastor Yohannes Hammerle.
- Rumah Adat Desa Tumori; sekitar 10 rumah adat di Desa Tumori, Kecamatan Gunungsitoli Barat, berjarak 30 menit dari Bandara Binaka.
Daerah-daerah otonomi yang diresmikan pada tanggal yang sama
- Kabupaten Mesuji, di Lampung.
- Kabupaten Tulang Bawang Barat, di Lampung.
- Kabupaten Pringsewu, di Lampung.
- Kota Gunungsitoli, di Sumatera Utara.
- Kabupaten Nias Utara, di Sumatera Utara.
- Kabupaten Nias Barat, di Sumatera Utara.
- Kabupaten Tambrauw, di Papua Barat.
- Kabupaten Pulau Morotai, di Maluku Utara.
- Kabupaten Intan Jaya, di Papua.
- Kabupaten Deiyai, di Papua.
- Kabupaten Sabu Raijua, di Nusa Tenggara Timur.
- Kota Tangerang Selatan, di Banten.
Referensi
- ^ Kota Gunungsitoli Dalam Angka 2016. Gunungsitoli: BPS. 2015.
- ^ a b c "Profil Kota Gunungsitoli". Kementerian Dalam Negeri. Diakses tanggal 2014-05-07.
- ^ Statistik Daerah Kota Gunungsitoli 2013. Gunungsitoli: BPS. 2013. hlm. 1. Diakses tanggal 07-05-2014.
- ^ Statistik Daerah Kota Gunungsitoli 2013. Gunungsitoli: BPS. 2013. hlm. 13. Diakses tanggal 07-05-2014.
- ^ Statistik Daerah Kota Gunungsitoli 2013. Gunungsitoli: BPS. 2013. hlm. 16. Diakses tanggal 07-05-2014.