Haurgeulis, Indramayu
Haurgeulis adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Haurgeulis | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Indramayu | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Drs. Nuradi, M.Si | ||||
Populasi | |||||
• Total | - jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 32.12.01 | ||||
Kode BPS | 3212010 | ||||
Luas | - km² | ||||
Kepadatan | - jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | 9 desa/kelurahan | ||||
|
Kecamatan ini berada di ujung barat daya wilayah kabupaten Indramayu dan juga dilalui jalur kereta api. Letaknya berbatasan langsung dengan kecamatan Compreng dan Cipunagara (Kabupaten Subang) di sebelah barat (oleh sungai Ci Punagara), kecamatan Gantar di sebelah selatan, kecamatan Kroya di sebelah timur, dan kecamatan Anjatan di sebelah utara.
Sejarah
Nama Haurgeulis berasal dari gabungan 2 kata dalam bahasa Sunda, yaitu Haur dan Geulis. Haur berarti bambu, sedangkan geulis berarti cantik. Jadi, nama Haurgeulis mempunyai arti Bambu Cantik atau Pring Ayu dalambahasa Jawa. Hali ini konon dikarenakan wilayah kecamatan ini pada masa lampau banyak ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan bambu yang mempunyai bentuk unik dan mempunyai manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar.
Pada masa perawalan abad ke-16, wilayah Haurgeulis (termasuk Gantar, Anjatan, Sukra, serta sebagian Kandanghaur dan Terisi) termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Sumedang. Sempat terjadi polemik antara penguasa Indramayu dengan penguasa Sumedang mengenai status wilayah ini.
Konon pada suatu ketika, penguasa Indramayu (lewat Nyi Endang Dharma) menyiapkan strategi khusus untuk bisa mendapatkan hak kekuasaan wilayah tersebut dari Kerajaan Sumedang. Nyi Endang Dharma (yang konon awalnya adalah seorang lelaki sakti) mengubah wujud aslinya menjadi seorang wanita yang cantik jelita. Kecantikannya membuat Raja Sumedang saat itu, Prabu Geusan Ulu Adji Putih, jatuh cinta dan berniat menikahi Nyi Endang Dharma. Prabu Geusan tak mengetahui bahwa wanita cantik tersebut sebenarnya adalah musuh besarnya. Nyi Endang Dharma pun menerima tawaran dari Sang Prabu, namun dengan ketentuan Sang Prabu mau memberikan untuknya wilayah yang kelak akan dijadikan tempat tinggalnya. Tanpa berpikir panjang, Prabu Geusan yang sudah terjebak oleh kelicikan Nyi Endang Dharma, langsung mengabulkan permintaannya demi cintanya.
Namun setelah Prabu Geusan mengikrarkan janjinya, tiba-tiba ia pun sadar bahwa Nyi Endang yang dicintainya adalah musuh besarnya dari pesisir utara. Semua wilayah yang ia berikan tadipun lenyap dan jatuh ke tangan Indramayu. Wilayah itulah yang kini menjadi daerah Haurgeulis (termasuk Gantar, Anjatan, Sukra, serta sebagian Kandanghaur dan Terisi).
Penduduk
Kecamatan Haurgeulis merupakan salah satu kecamatan yang memiliki karakteristik / kultur masyarakat yang heterogen. Letak geografisnya yang strategis membawa pengaruh pada pola hidup keseharian masyarakatnya. Suku Jawa masih merupakan golongan yang dominan di Haurgeulis, diikuti Sunda, Cina, Minang dan Arab. Sebagian besar dari orang-orang Cina, Arab dan Minang adalah orang-orang pendatang dan perantauan yang membuka usaha di Haurgeulis.
Bahasa yang digunakan di Haurgeulis sebagian besar adalah bahasa Jawa. Namun, tak semua bahasa Jawa yang ada di Haurgeulis memiliki dialek yang sama. Ada 3 dialek Jawa yang digunakan di Haurgeulis, yakni dialek Dermayon, dialek Cirebonan dan dialek Tegalan (mirip dialek Banyumasan). Masyarakat di desa Kertanegara, Karangtumaritis dan Wanakaya sebagian besar menggunakan dialek Cirebonan. Dialek Tegalan lazim dipakai oleh masyarakat di desa Sidadadi, Sumbermulya, blok Cipedang Bunder (desa Mekarjati), Lebak (desa Sukajati) dan sebagian wilayah timur desa Haurgeulis. Sementara dialek Dermayon digunakan oleh penduduk di desa Cipancuh, Mekarjati, Haurgeulis, Sukajati dan sebagian Sumbermulya.
Bahasa Sunda sendiri juga termasuk bahasa yang masih sering digunakan oleh masyarakat. Hal ini normal karena meskipun termasuk dalam wilayah Indramayu (yang notabene adalah Jawa), Haurgeulis pada awalnya adalah wilayah kekuasaan dari Sumedang. Bahasa Sunda yang digunakan di Haurgeulis umumnya adalah bahasa Sunda kasar. Wilayah yang penduduknya menggunakan bahasa Sunda antara lain desa Haurkolot, Cipancuh (blok Sumur Bandung / Karanganyar), Mekarjati (blok Babakan Jati II, III), Kertanegara (blok 18, 19, 22), Wanakaya (blok Maja) dan Karang Tumaritis (blok Karang Sambung).
Sementara sebagian kecil lagi dari masyarakat adalah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu yang digunakan. Wilayah yang menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari adalah daerah sekitar desa Haurgeulis (blok Pasar dan Babakan Negla) dan Sukajati (blok Masjid Al-Hanan, Warung Jambu dan sebagian Manggungan)
Mata pencaharian masyarakat Haurgeulis sebagian besar adalahberniaga (berdagang) dan bertani, diikuti sebagai karyawan pertokoan dan instansi serta wiraswasta. Intensitas perdagangan di Haurgeulis meruapakan salah satu yang terbesar di Kabupaten Indramayu, bersama Jatibarang. Seiring bertambahnya waktu, sebutan sebagai Kota Perdagangan pun kian melekat pada nama Haurgeulis.