Cindaga, Kebasen, Banyumas

desa di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah


Cindaga adalah desa di kecamatan Kebasen, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini berada di tepian Sungai Serayu. Di Desa Cindaga terdapat dua rawa-rawa yaitu Rawa Winong yang terletak di Grumbul Werdeg dan Rawa Kalong yang terletak di Grumbul Poncot Kidul. Selain itu juga terdapat Jembatan Lengkung melintang diatas Sungai Serayu yang merupakan bersejarah peninggalan Perang Dunia II. Dewasa ini Desa Cindaga juga mempunyai Paguyuban Warga Desa Cindaga sebuah wadah komunitas lokal berbasis warga Cindaga baik yg berdomisili di kampung atauoun yg diperantauan Paguyuban Warga Desa Cindaga dicetuskan oleh salah seorang pemuda eks aktivis 98 yang bernama Eko Sulistyo Santosa.Adapun Kegiatan yang dilakukan adalah Kegiatan Sosial.Saat ini Ketua Paguyuban Warga Desa Cindaga bernama Wawang.Paguyuban Warga Desa Cindaga bersifat gerakan pemikiran positif, kritis dan beretika tidak berafiliasi pada partai politik manapun.

Cindaga
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBanyumas
KecamatanKebasen
Kode pos
53172
Kode Kemendagri33.02.05.2008 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk-+ 6500 jiwa
Kepadatan-+ 100 jiwa per km
Peta
PetaKoordinat: 7°32′51″S 109°11′16″E / 7.54750°S 109.18778°E / -7.54750; 109.18778

Batas wilayah

Utara Desa Kebasen dan Sungai Serayu
Timur Desa Kalisalak dan Desa Sawangan
Selatan Kabupaten Cilacap
Barat Sungai Serayu

Pembagian wilayah

  1. Grumbul Berusan
  2. Grumbul Buntungan
  3. Grumbul Kemitan
  4. Grumbul Krunculan
  5. Grumbul Lemah Abang
  6. Grumbul Pasemutan
  7. Grumbul Poncot
  8. Grumbul Tambangan
  9. Grumbul Gilisampir
  10. Grumbul Welahar
  11. Grumbul Werdeg
  12. Grumbul Wungu Banjeng

Jembatan Lengkung

Di desa ini terdapat bangunan peninggalan masa Perang Dunia II berupa jembatan lengkung yang sudah berusia sekitar setengah abad lebih. Yaitu Jembatan sepanjang 250 meter yang membelah Sungai Serayu yang mulai dibangun Belanda pada 1938. Namun, pada 1942, ketika Jepang datang, jembatan tersebut dihancurkan. Pada 1946, Soekarno merancang desainnya sekaligus dan membangun kembali jembatan tersebut. Jika musim kemarau bekas jembatan yg runtuh tersebut akan terlihat di bawah jembatan. Ada nilai filosofis yang terkandung dalam jembatan tersebut yaitu di jembatantersebut ada lima lengkung yang berarti adalah lima sila Pancasila. Beberapa bagian jembatan yang kini sudah tidak dipakai tersebut juga pernah runtuh pada 26 Juni 2011[1].

Referensi