Trirejo, Loano, Purworejo
Trirejo adalah desa di kecamatan Loano, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia.
Trirejo | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Purworejo | ||||
Kecamatan | Loano | ||||
Kode pos | 54181 | ||||
Kode Kemendagri | 33.06.15.2002 | ||||
Luas | 5600 km² | ||||
Jumlah penduduk | 2500 jiwa | ||||
Kepadatan | 250 jiwa/km² | ||||
|
desa Trirejo berbatasan langsung dengan Sungai Bogowonto disebelah timur.Utara Desa Loano.Selatan Kelurahan Baledoni dan keseneng dan barat Desa kalinongko.
Karena terletak ditepi sungai bogowonto maka masyarakat sekitar desa menggunakan sungai tersebut untuk berbagai macam kegiatan Penduduk di sepanjang Sungai Bogowonto memanfaatkan untuk sumberdaya perikanan baik secara tradisional dengan cara memancing atau menjala. Besarnya debit air Sungai Bogowonto juga dimanfaatkan untuk pengairan/ irigasi melalui sejumlah bendung. Ada 3 bendungan di sungai ini yakni Bendung Boro, Bendung Penungkulan, dan Bendung Triredjo / Sejiwan sebagai bendung paling atas. Saat ini sedang dlakukan pengembangan dan ekplorasi Sungai Bogowonto ini untuk sarana wisata kayaking dan arung jeram[2]. Sungai Bogowonto memiliki banyak potensi sebagai bahan baku pembuatan batu akik. Bahkan, di sungai itu bisa dianggap sebagai gudang batu di wilayah Purworejo. Seperti daerah lain, batu dari Sungai Bogowonto juga terdapat motif mulai gambar, pemandangan, sumur bandung, hingga kecubung. Untuk jenisnya juga banyak, seperti jesper, pancawarna, kecubung, madu, giok, cempaka atau anggur, fosil kayu, dan badarbesi tetapi bukan magnet. Selama ini, batu jenis pancawarna dan kecubung paling banyak diminati masyarakat[3]
PEMBAGIAN ADMINISTRASI DESA TRIREJO
Desa trirejo dibagi menjadi 5 dusun atau RW
Nama Dusun
Sejiwan Lor = RW1
Sejiwan Kidul = RW2
Kedungdowo Kulon = RW3
Kedungdowo Wetan = RW4
Watubelah = Rw5
Budaya
Desa Trirejo memiliki budaya sebagaimana desa-desa yang ada di Kabupaten Purworejo, seni hadroh atau rebana. Budaya dan adat istiadat masyarakat Desa ini masih terpelihara dengan baik, di mana sifat gotong royong masih cukup tinggi terutama dalam membangun rumah di mana budaya sambatan masih sangat terpelihara dengan baik. Hal tersebut sebagai modal dasar untuk kegiatan pembangunan dan menanamkan rasa kegotongroyongan.